NusaNTaRa.Com
byIrkaBPiranhA, K a m i s, 1 0 F e b r u a r i 2 0 2 2
Gerakan reformasi
pada 21 Mei 1998 yang menjadikan
Presiden Soeharto harus dari posisinya, membuat
segala hal yang berhubungan dengan Bapak Pembangunan itu tak menarik
lagi kalau tak mau dibilang dibenci.
Hal ini bukan hanya terjadi
pada para pejabat negara yang
berusaha menjauhkan diri dengan orang
yang berkuasa di Indonesia selama 32 tahun,
tapi bahkan pada uang pecahan Rp 50.000 bergambar wajah
Soeharto pun tak laku, bahkan dijauhi masyarakat sebagaimana dituliskan Kompas
pada 31 Agustus 2000, dua tahun setelah Soeharto jatuh.
Artikel itu menggambarkan
bagaimana uang yang
berganbar Soeharto tak diterima
mulai dari pedagang hingga pegawai kafe
sebagai bayaran atau tips.
Seperti seorang pedagang nasi di Palmerah Barat tak mau dibayar
pelanggannya menggunakan uang emisi tahun
1993 atau 1995 dan minya dibayar dengan uang pecahan yang lain, "
Kalau gambar Soeharto beginian udah kagak laku lagi. Di mane-mane juga
ditolak ", Ujar SiGaluH pemilik warung nasi.
Saat artikel itu ditulis, uang itu memang sudah mulai ditarik Bank Indonesia sejak 21 Agustus
2000 dari peredaran secara perlahan selama 10 tahun yang
bermakna bahwa uang itu baru
benar-benar tak dapat digunakan sebagai alat transaksi pada 20 Agustus 2010.
Namun sudah banyak enggan menerima,
para pramuria juga enggan menerima tips dari pengunjung dengan uang yang
juga memiliki gambar pembangunan Indonesia itu. Tak jarang hal ini menyebabkan
pertengkaran mulut kasir atau pramuria dengan pengunjung, "Alah, kalian, kan, bisa nukerin uang
ini di bank. Jangan mempersulit pengunjung dong," ujar seorang pengunjung.
Bank Indonesia sendiri memiliki alasan kuat untuk
dapat mengeluarkan uang itu pada
22 Februari 1993, sebagai menghormati berlangsungnya 25 tahun Indonesia membangun di bawah Presiden Soeharto. Uang
bergambar Soeharto tersenyum berada di satu sisi dan
gambar pesawat Garuda lepas landas dengan latar belakang Bandara
Soekarno Hatta berada di sisi lainnya
serta gambar watermark bergambar Jenderal
Sudirman agar uang tidak mudah dipalsukan.
Lantas bagaimana
kisah uang Rp 50,000 bergambar
Soeharto, yang cukup popular kala dikeluarkan tahun 1993 untuk
memperingati Pak Soeharto Presiden RI ke-2 sebagai
“ Bapak Pembangunan Nasional
“. Bagi mereka yang pernah hidup diera peredaran uang tersebut
banyak memuji desain grafik dan penggunaan kertas uang dianggap
memiliki desain yang istimewa dan kwalitas yang sangat tinggi meski harus
menerima perlakuan kurang baik dari warga Indonesia dikarenakan oleh
pandangan masyarakat terhadap keadaan politik yang dialami saat itu.
Dalam tim desainer yang dimiliki oleh PERURI kala itu, ada
sekitar 20 orang yang masing-masing bersaing secara individu untuk membuat
masing-masing rancangan dan konsep saat mendapat pesanan dari BI yang ingin
mengedarkan uang edisi khusus Soeharto.
Dalam tim desainer milik PERURI kala itu terdapat 20 desainer yang bersaing untuk mengajukan rancangan
desain uang, dalam sekian banyak konsep
dan desain yang diajukan akhirnya terpilih dua rancangan milik dirinya yaitu uang pecahan 50 ribu yang terbit tahun
1993 dan pecahan 20 ribu cendrawasih yang terbit pada tahun 1995.
Faktanya, uang tersebut menjadi uang kertas pertama berbahan
polimer yang pertama kali diterbitkan di Indonesia, kala itu uang berbahan polimer banyak
digunakan oleh negara lain termasuk Inggris karena dinilai lebih bersih,
aman dan tahan lama dibanding uang
berbahan kertas biasa. Uang kertas
polimer juga dinilai lebih tahan terhadap pemalsuan berkat kemampuan
menampilkan citra layaknya jendela atau bagian transparan pada uang yang tidak
dimiliki uang dengan bahan kertas biasa,
karena itu Faisol ditugaskan belajar ke Inggris untuk menyelami
bagaimana teknik, kualitas dan mendesain
uang kertas berbahan polimer.
Fakta menarik lainnya, sebagian besar uang kertas Indonesia
yang terbit antara tahun 1952 hingga 1988 mencantumkan nama desainer atau
perancang uang tersebut ini dapat dilihat pada bagian sisi kiri
bawah, perancang tertulis dalam huruf
kapital dan diikuti dengan tulisan "DEL" yang merupakan singkatan
dari "Delinavit" dalam bahasa Prancis, yang memiliki makna perancang
uang. Pencantuman ini tentunya sebagai
bentuk penghargaan terhadap hasil karya
mereka dan pemberian Plakat oleh PERURI
dan masyarakatpun jadi tahu siapa penciptanya.
Sejak tahun 1990-an hingga saat ini, bagian nama perancang tersebut mulai dihilangkan oleh pihak BI, termasuk uang edisi khusus Soeharto yang pada saat itu dirancang oleh Faisol Musthofa dan penghargaan itu oleh pihak PERURI digantikan dengan plakat yang diberikan langsung pada desainer uang kertas yang beredar. Faisol mengungkap, bahwa proses pembuatan uang secara keseluruhan pada kala itu melalui waktu yang panjang dan belum semudah sekarang yang sudah dipermudah dengan adanya perkembangan teknologi.
Indah diri dalam gambar Photo,
Faisol Musthofa perancang uang bergambar Soeharto.
NusaNTaRa.Com Advertisement
Melayani Pemasangan Iklan
Sila dail Talian 0812 5856 599
Tidak ada komentar:
Posting Komentar