NusaNTaRa.Com byRaisALembuduT, S a b t u 13 M a r e t 2021
Sejumlah warga Biak dilaporkan menolak pembangunan lokasi peluncuran roket hasil kerja sama dengan Spacex di Kabupaten Biak Numfor Papua karena dikhawatirkan fasilitas itu akan merusak lingkungan dan membuat pemduduk lokal akan kehilangan tempat tinggal. Pembangunan ini hendaklah berdasar pada kepentingan pengembangan Antariksa dan dapat diterima masyarakat dengan baik.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) membantah bahwa Spacex akan membangun landasan peluncuran roket di Biak Numfor namun LAPAN menyebutkan bahwa Spacex berniat membangun bandar Antariksa untuk lepad landas dan mendaratkan pesawat ruang angkasa dan itupun masih sebatas pembahasan tahap awal dan proposal lokasi proyek itu masih dipelajari oleh Pemerintah Indonesia.
Gagasan pembangunan bandar antariksa Indonesia telah digagas beberapa tahun lalu sebelum ada kerja sama dengan Spacex.. Berdasarkan kajian pembangunan bandar antariksa LAPAN, pembangunan bandar antariksa merupakan salah satu amanat yang tertuang dalam Undang-undang RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan. dan telah masuk dalam Draft Rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040.
Dalam rencana Induk Penyelenggaraan Keantariksaan Tahun 2016-2040 dijelaskan bahwa pada periode tahun 2036-2040 teknologi peroketan Indonesia diharapkan sudah memiliki program peluncuran roket pengorbit Satelit ke orbit rendah/low earth orbit (LEO). Indonesia direncanakan mampu meluncurkan dan mengoperasikan Satelit observasi bumi, Telekominikasi dam Navigasi., " Pada saat itulah Indonesia harus sudah memiliki bandar antariksa, tidak lagi bergantung kepada negara lain ", kutip dari hasil kajian.
Dalam kajian itu diungkapkan, pembangunan bandar antariksa di Biak Numfor karena LAPAN memiliki aset lahan di Kabupaten Biak Numfor yang berada di Desa Soukobye Biak Utara sekitar 40 km dari kota Biak seluas 1 juta m2 atau 100 ha. Penetapan LAPAN akan Biak Numfor sebagai Bandar Antariksa karena Biak dekat dengan Ekuator dan Langsung menghadap ke samudera Pasifit.
Bambang Brodjonegoro Menristek dan Kepala BRIN menjelaskan Indonesia merupakan negara yang paling strategis untuk meluncurkan roket termasuk membawa satelit ke luar angkasa karena berada di garis khatulistiwa. Bambang juga menyebutkan membangun bandar antariksa lebih menguntungkan dari pada hanya menciptakan roket dan nilai ekonomi global diproyeksikan akan meningkat menjadi lebih dari US$ 1 trilliun per tahun pada 2040, sangat menguntungkan.
Bandar Antariksa saat ini hanya dimiliki oleh negara maju seperti Amerika Serikat, Rusia, Perancis, China dan India, namun menurutnya semuanya jauh dari garis khatulistiwa. " Kelebihan dari peluncuran wahana antariksa dari wilayah equator adalah dapat mempercepat laju wahana antariksa yang diluncurkan, namun tetap hemat bahan bakar ", Ujar SiGaluH Astri Rafikasari dari LAPAN.
Dalam Jurnal " Pemetaan Elit Politik Lokal di Pulau Biak dan Pengaruhnya Terhadap Rencana Pembangunan Bandar Antariksa ", peneliti Pusat Kajian Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN, Astri Rafikasari mengatakan suatu bandar antariksa yang berada di khatulistiwa memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang berada di wilayah lain jika akan meluncurkan suatu wahana antariksa ke orbit geostationary (GEO).
Bumi luas tak seluas angkasa,
Bandar Antariksa Indonesia akan dibangun di Biak Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar