NusanTaRa.Com
byKariTala LA, 16/04/2019
byKariTala LA, 16/04/2019
Misteri kehidupan satwa unik
diperairan Danau Sentani menjadi viral pasca Banjir bandang dan
longsor menghantam Kota Sentani dan Kota Jayapura, Papua, Sabtu (6/3/19), karna
ikan-ikan yang terbawa air bah melintas di perumahan masyarakat diantaranya
tedapat ikan Hiu. Staff peneliti
Oseanografi LIPI, Selvi Oktaviyani mengatakan bahwa Papua memiliki dua spesies
hiu tawar, hiu Glyphis dan Pari Gergaji sebagaimana yang terdapat pada banjir
tersebut sebagai satwa Endemik karena telah ada sejak dahulu.
Peneliti senior Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, berpendapat bahwa hiu ini berasal dari Danau Sentani, dan merupakan spesies hiu yang beradaptasi untuk hidup di wilayah air tawar. Menurut pakar Geologi bahwa dahulu Danau sentani merupakan bagian dari laut kemudian bergerak naik sehingga beberapa ikan laut yang terjebak harus beradaptasi seiring perubahan kondisi yang menjadi danau termasuk jenis Hiu itu untuk dapat hidup dan kemudian menjadi satwa endemik Danau Sentani.
Hari Suroto menyebutkan kalau hiu-hiu itu awalnya adalah hiu laut, mereka terjebak di Danau Sentani akibat peristiwa alam yang memisahkan danau itu dari laut, kemudian hiu air tawar di Danau Sentani yang telah berevolusi dari hiu laut menjadi penghuni endemik Sentani yang berair tawar. “ Bagian laut ini, sebelah utara berbatasan dengan Gunung Dafonsoro atau kini Cagar Alam Cycloop. Bagian laut ini terhubung oleh sungai dan mata air dari Cycloop ”, Ujar SiDin Hari NusanTaRa.Com, Selasa (19/3/2019).
Dengan pandangan demikian Selvia sendiri tak memberi komentar, ia beranggapan bahwa memang ada spesies hiu yang bisa hidup baik di air tawar, payau, dan asin, seperti hiu Banteng di Australia. " Ada beberapa jenis hiu yang sifatnya euryhaline, artinya memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas yang tinggi, dengan kata lain, bisa hidup di air tawar, payau, atau air laut ", Ujar SiGaluh Selvia.
“ Hiu yang merupakan ikan air asin kemudian beradaptasi dengan air danau dan air sungai atau sumber mata air tawar yang terhubung dengan Danau Sentani. Dalam perkembangannya hiu-hiu ini berubah menjadi ikan hiu air tawar ”, Ujar SiDin Hari. Dugaannya tersebut karena terdapat bukti arkeologi tentang motif-motif ikan hiu pada Situs Megalitik Tutari, serta peninggalan Suku Sentani yang tinggal di Pulau Asei menggambarkan ikan hiu pada lukisan kulit kayu. Hari menambahkan adanya pengetahuan Suku Sentani tentang keberdaaan ikan hiu yang sempat menghilang dan pernah ditemukan lagi pada tahun 1970-an.
Peneliti senior Balai Arkeologi Papua Hari Suroto, berpendapat bahwa hiu ini berasal dari Danau Sentani, dan merupakan spesies hiu yang beradaptasi untuk hidup di wilayah air tawar. Menurut pakar Geologi bahwa dahulu Danau sentani merupakan bagian dari laut kemudian bergerak naik sehingga beberapa ikan laut yang terjebak harus beradaptasi seiring perubahan kondisi yang menjadi danau termasuk jenis Hiu itu untuk dapat hidup dan kemudian menjadi satwa endemik Danau Sentani.
Hari Suroto menyebutkan kalau hiu-hiu itu awalnya adalah hiu laut, mereka terjebak di Danau Sentani akibat peristiwa alam yang memisahkan danau itu dari laut, kemudian hiu air tawar di Danau Sentani yang telah berevolusi dari hiu laut menjadi penghuni endemik Sentani yang berair tawar. “ Bagian laut ini, sebelah utara berbatasan dengan Gunung Dafonsoro atau kini Cagar Alam Cycloop. Bagian laut ini terhubung oleh sungai dan mata air dari Cycloop ”, Ujar SiDin Hari NusanTaRa.Com, Selasa (19/3/2019).
Dengan pandangan demikian Selvia sendiri tak memberi komentar, ia beranggapan bahwa memang ada spesies hiu yang bisa hidup baik di air tawar, payau, dan asin, seperti hiu Banteng di Australia. " Ada beberapa jenis hiu yang sifatnya euryhaline, artinya memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas yang tinggi, dengan kata lain, bisa hidup di air tawar, payau, atau air laut ", Ujar SiGaluh Selvia.
“ Hiu yang merupakan ikan air asin kemudian beradaptasi dengan air danau dan air sungai atau sumber mata air tawar yang terhubung dengan Danau Sentani. Dalam perkembangannya hiu-hiu ini berubah menjadi ikan hiu air tawar ”, Ujar SiDin Hari. Dugaannya tersebut karena terdapat bukti arkeologi tentang motif-motif ikan hiu pada Situs Megalitik Tutari, serta peninggalan Suku Sentani yang tinggal di Pulau Asei menggambarkan ikan hiu pada lukisan kulit kayu. Hari menambahkan adanya pengetahuan Suku Sentani tentang keberdaaan ikan hiu yang sempat menghilang dan pernah ditemukan lagi pada tahun 1970-an.
“
Kalau melihat dari fotonya, ukuran hiu tersebut anakan dari
Carcharhinus melanopterus. Logikanya
jika jenis ini ada di Danau Sentani maka tentu ada induknya. Jadi statement
bahwa hiu ini hidup di air tawar menurut saya tidak mungkin. Sejauh ini saya
belum menemukan referensi yang menyebutnya bahwa C. melanopterus hidup di air
tawar ”, Ujar SiDin Dharmadi Peneliti Utama pada Pusat Riset Perikanan
Badan Riset dan SDM (BRSDM) Kelautan Perikanan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (KKP), Kamis (21/3/2019). Senada dengan Dharmadi, Peneliti Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI Silvia Oktaviana mengatakan hiu tersebut berjenis
blacktip karena mudah dikenali dari bagian hitam di sirip dan bentuk kepala
yang cenderung lonjong.
Namun Selvi tak menyangkal bahwa ada catatan penemuan jenis hiu air tawar di Papua Nugini, “ Ada record penemuan di Papua Nugini, sehingga mungkin saja ada (hiu air tawar) di Papua. Tetapi perlu penelitian lebih lanjut ”, Ujar SiGaluh Selvi. Sehingga akan menjadi kesempatan yang menarik bila hiu ditemukan untuk diteliti, “ Sebetulnya ada kesempatan untuk ambil sampel (dari hiu tersebut). Sampel ada bisa dicek dan diteliti apakah benar jenis spesies laut atau jangan-jangan hiu spesies air tawar ”, Ujar SiGaluh laji.
Pari Gergaji adalah ikan pari yang masih memiliki kekerabatan dengan hiu disebut elasmobranchii yang merupakan sub-kelas dari pohon keluarga ikan kartilaginus (memiliki tulang rawan). Dimana hiu (Selachii) dan Pari (Batoidea) adalah anggota kelasnya, Pari Gergaji sendiri masuk dalam superorder Batoidea, yang berarti ia masih satu keluarga dengan ikan jenis-jenis Pari lain. Pari Gergaji sering disamakan dengan Hiu Gergaji oleh masyarakat, karena bentuk fisiknya yang menyerupai ikan hiu. Perbedaannya terlihat pada Hiu memiliki celah insang di sisi kiri dan kanan kepala, sementara ikan pari memiliki celah insang di bagian bawah moncongnya.
Seperti namanya, Pari Gergaji memiliki keunikan dimana moncongnya memiliki sebarisan gigi-gigi tajam yang berfungsi sebagai alat perlindungan diri, dan sensor untuk berburu. 'Gigi' tersebut sesungguhnya ada kulit modifikasi yang keras dan runcing, sehingga menyerupai gergaji. Pari Gergaji sering terlihat di kedalaman dangkal, dan makanannya berupa ikan-ikan kecil, serta krustasea, seperti kepiting, lobster, dan udang. Salah satu spesies Pari Gergaji adalah Pristis microdon yang ditemukan di Danau Sentani.
Glyphis, atau Hiu Sungai, merupakan salah satu genus dalam pohon keluarga hiu yang terdiri dari tiga spesies hiu yang lazim ditemukan di perairan air tawar, dengan pengecualian spesies Speartooth Shark yang juga ditemukan di pesisir pantai. Genus ini terdiri dari tiga jenis spesies hiu : Glyphis gangeticus, hiu penghuni sungai gangga, Glyphis garricki, atau Northen River Shark yang ditemukan di Papua Nugini dan daerah selatan Australia, serta Glyphis glyphis, atau Speartooth Shark yang terlihat dari Australia hingga Papua. Hiu Sungai merupakan spesies langka yang terancam punah karena aktivitas manusia, seperti polusi, pemancingan dan pembangunan rumah.
Namun Selvi tak menyangkal bahwa ada catatan penemuan jenis hiu air tawar di Papua Nugini, “ Ada record penemuan di Papua Nugini, sehingga mungkin saja ada (hiu air tawar) di Papua. Tetapi perlu penelitian lebih lanjut ”, Ujar SiGaluh Selvi. Sehingga akan menjadi kesempatan yang menarik bila hiu ditemukan untuk diteliti, “ Sebetulnya ada kesempatan untuk ambil sampel (dari hiu tersebut). Sampel ada bisa dicek dan diteliti apakah benar jenis spesies laut atau jangan-jangan hiu spesies air tawar ”, Ujar SiGaluh laji.
Pari Gergaji adalah ikan pari yang masih memiliki kekerabatan dengan hiu disebut elasmobranchii yang merupakan sub-kelas dari pohon keluarga ikan kartilaginus (memiliki tulang rawan). Dimana hiu (Selachii) dan Pari (Batoidea) adalah anggota kelasnya, Pari Gergaji sendiri masuk dalam superorder Batoidea, yang berarti ia masih satu keluarga dengan ikan jenis-jenis Pari lain. Pari Gergaji sering disamakan dengan Hiu Gergaji oleh masyarakat, karena bentuk fisiknya yang menyerupai ikan hiu. Perbedaannya terlihat pada Hiu memiliki celah insang di sisi kiri dan kanan kepala, sementara ikan pari memiliki celah insang di bagian bawah moncongnya.
Seperti namanya, Pari Gergaji memiliki keunikan dimana moncongnya memiliki sebarisan gigi-gigi tajam yang berfungsi sebagai alat perlindungan diri, dan sensor untuk berburu. 'Gigi' tersebut sesungguhnya ada kulit modifikasi yang keras dan runcing, sehingga menyerupai gergaji. Pari Gergaji sering terlihat di kedalaman dangkal, dan makanannya berupa ikan-ikan kecil, serta krustasea, seperti kepiting, lobster, dan udang. Salah satu spesies Pari Gergaji adalah Pristis microdon yang ditemukan di Danau Sentani.
Glyphis, atau Hiu Sungai, merupakan salah satu genus dalam pohon keluarga hiu yang terdiri dari tiga spesies hiu yang lazim ditemukan di perairan air tawar, dengan pengecualian spesies Speartooth Shark yang juga ditemukan di pesisir pantai. Genus ini terdiri dari tiga jenis spesies hiu : Glyphis gangeticus, hiu penghuni sungai gangga, Glyphis garricki, atau Northen River Shark yang ditemukan di Papua Nugini dan daerah selatan Australia, serta Glyphis glyphis, atau Speartooth Shark yang terlihat dari Australia hingga Papua. Hiu Sungai merupakan spesies langka yang terancam punah karena aktivitas manusia, seperti polusi, pemancingan dan pembangunan rumah.
Anak kribo di pinggir danau,
Meski Tawar Danau Sentani ada ikan
Pari dan Hiu.
Sungguh besar kuasa tuhan akan kejadian ini
BalasHapus