NusanTaRa.Com
byDannYAsmorO, 06/05/2019
byDannYAsmorO, 06/05/2019
Sosok
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, dikenal suka berkelakar. Juru bicara Gus Dur
saat masih jadi Presiden, Yahya Cholil Staquf menjelaskan, Gus Dur suka humor
karena ia produk pesantren. Di dunia pesantren kehidupan santri dan kiai selalu
dihiasi dengan humor. Sehingga hal yang rumit bisa diselesaikan di pesantren
dengan cara humor.
Menurut
Yahya, humor bagi Gus Dur fungsinya antara lain untuk kritik sosial, kritik
kepada penguasa dan kritik diri sendiri. Fungsi lainnya untuk langkah
diplomasi. Karena diplomasi yang diawali dengan humor membuat suasana jadi cair
dan ngobrolnya lebih enak.
Saat
dia didesak mundur dari jabatan presiden, Gus Dur mengkritik diri sendiri.
" Saya kok diminta mundur. Wong maju saja harus didorong dan butuh bantuan
orang lain ", kata Gus Dur saat itu. Ada juga humor untuk mengkritik orang
lain.
Berikut
dua humor karangan Gus Dur.
Duo
pemimpin negara di Asia Tenggara, Suharto, Presiden RI dan Perdana Menteri
Singapura 1955-1990, Lee Kuan Yew bertemu. Kebetulan keduanya memiliki hobi
yang sama, memancing.
Singapura
dikenal sebagai negara maju dan kaya, namun tidak demokratis. Karena rakyatnya
dibungkam atau tidak boleh mengkritik kebijakan pemerintah.
Gus
Dur bercerita, suatu hari Suharto dan Lee Kuan Yew memancing bersama dari atas
kapal. Namun ketika memancing, Lee Kuan Yew selalu gagal mendapatkan ikan, sementara
Suharto selalu dapat ikan.
Perbedaan
nasib itu membuat Lee Kuan Yew iri kepada Suharto. “ Ini gimana ceritanya,
sampeyan dapet terus, saya gak pernah dapet ”, keluh Lee Kuan Yew kepada
Suharto.
“ Loh
ya gimana kamu mau dapat ikan. Wong semua mulut kamu tutup, termasuk mulutnya
ikan-ikan. Ikan-ikan gak pernah bisa makan umpanmu karena mulutnya kamu tutup ”,
kata Suharto.
*
* *
Suatu
hari di akhirat, penghuni neraka dan penghuni surga yang berasal dari Indonesia
melakukan musyawarah. Mereka sepakat ingin membangun jembatan yang
menghubungkan surga dan neraka. Fungsinya, agar penduduk dua tempat itu gampang
kalau mau bersilaturrahmi dan mudah saling mengunjungi.
Penghuni
neraka segera menyusun panitia. Keputusannya cepat dan segera dieksekusi.
Walhasil, jembatan di neraka selesai terlebih dulu.
Lain
halnya di surga. Mereka belum ada perkembangan apa-apa. Lambat dan tak ada yang
diselesaikan. Jangankan jembatannya, rancangannya saja belum terpasang.
Penghuni
neraka marah-marah ke penghuni surga. “ Hei penghuni surga cepet kerjain,
jembatan kami sudah selesai, nih ”.
Mendengar
itu, penghuni surga lantas membalas, “ Mas,
bagaimana kami mau ngerjain jembatan? Wong pimpinan proyek, pemborong, sama
menterinya kan tinggal di neraka semua ”.
(MR)
drBeritagar.id, Jumat 10mei2019
Bintang
di dinding Cicak,
Gus
Dur ulama yang sering lucu dengan Melawak.