NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 22/03/2019
byBakuINunukaN, 22/03/2019
Sepasang
suami istri wisatawan asing dipaksa
penonton untuk mencoba permainan Lukah Gilo di lapangan depan Kantor Bupati
Kabupaten Solok, Sumatra Barat,
diliputi rasa penasaran bercampur was-was Eurica berseru I'm scared!
kepada suaminya Wiegertz yang
berdiri menyaksikannya. Eurica, turis dari San Francisco, Amerika Serikat itu
ragu-ragu memegang ujung keranjang lukah, alat perangkap ikan dari bambu dengan
kedua tangannya yang diperagakan sebagai alat pertunjukan.
Don't
worry ! Pembawa acara berusaha menenangkan Eurica dan penonton kembali bersorak meminta Eurica dan
Wiegertz memainkan Lukah Gilo, Lukah Gilo menggunakan bubu penangkap ikan yang
dijampi-jampi sehingga bisa bergerak liar saat dimainkan dua orang. Kehidupan warga Solok dan suku
Minangkabau sangat dekat dengan Lukah
baik sebagai alat penangkapan ikan maupun sebagai permainan Gaib, karena Lukah
yang telah dimantera akan berisi mahluk gaib
sehingga dapat bergerak liar sebagaimana keinginan dukunnya.
Lukah
Gilo merupakan kesenian tradisional dari suku Minangkabau yang tinggal di Sumatra
Barat mirip dengan jailangkung yang berisi
roh atau mahluk halus dikendalikan oleh seorang pawang. Lukah Gilo, Lukah yang didandani menyerupai manusia memakai baju dan kain sarung dan Ujung lukah yang
lancip ditancapkan labu sehingga mirip kepala serta Labu kemudian diberi ijuk
menyerupai rambut. Lukah Gilo konon
berwujud perempuan karena memakai baju kurung warna merah muda dengan renda
warna emas di dada dan ujung lengan. Memakai sarung hitam.
Eurica
diminta menadahkan tangan menopang Lukah Gilo bersama satu pemain lukah
lainnya. Penonton kembali bersorak, ingin menyaksikan orang asing merasakan
kedahsyatan amukan goyangan Lukah Gilo di tangannya.
Di
bawah temaram lampu neon dengan suhu udara malam semakin dingin, Lukah Gilo
mulai dimainkan dan penonton membentuk
lingkaran besar di lapangan depan Kantor Bupati Kabupaten Solok di Arosuka pada
11 Agustus 2018 saat itu. Kegiatan
tersebut sempena acara kesenian rakyat untuk
menyambut acara pengangkatan Bupati Solok, Gusmal, menjadi Ketua Lembaga
Kerapatan Adat Minangkabau, Kabupaten Solok, kegiatan inipun diisi dengan
berbagai atraksi
kesenian
rakyat dari nagari-nagari, seperti
Randai, Saluang, menari di atas pecahan kaca, dan Lukah Gilo.
M
Dahar Pakiah Sinaro 78 tahun, Sang guru lukah atau pawang, menyanyikan syair di
tengah malam yang hening terdengar sangat magis. Empat pemain Lukah Gilo berdiri
mengibas-ngibaskan kain hitam di dekat kepala sang lukah yang bergoyang pelan
di tangan yang memainkannya, penonton diam dan menunggu kejutan yang akan
terjadi pada Lukah Gilo. Suara guru lukah masih terdengar merdu dan lantang.
Ambin
mukarambin. Anggai-anggai tumbuah di Pagai. Tampuruang bamato tigo. Anak
Isialam gadang lampai. Kok patuik bajanji duto o silawasi o silawasi. Roh sang Lukah Gilo mulai dipanggil oleh Sang
guru dengan meninggikan suara nyanyiannya agar ia tergoda dengan nyanyian tersebut.
Anak
simalin sialuka. Diam di hulu lambag bangko. Apo karajo sari-sari. Rintang
marawik-rawik rotan. Rotan ka panjalai luka.
Kok luka banyak ulahnyo. Galinggam tumbuah di bukik. Anak capo tumbuha
di labah. Malenggang luka sadikik. Maliek parangai Allah. Anak kumbang sidanguang-danguang. Nan
basarang di buluah minyak. Jaan luka duduak tamanuang. Jan malu dek urang
banyak. Lukah Gilo bergoyang pelan di tangan
dua orang yang menahannya kemudian
goyangannya makin mengeras
kearah depan dan belakang. Konon, roh yang bersemayam dalam lukah marah
karena dalam mantra itu asal-usulnya yang dari rotan itu disebut-sebut.
Rang
titi titian talang. Rang titi duo baduo. Gendiang dek kain basalang. Licin dek
minyak rag baminto. Kok geniang iyoalah geniang. Kok tampan iyolah tampan.
Cacek sabuah rang katokan. Nan bagolek-golek dilaca. Kapalimau tanah banda aia. Lolok bakalang
cirik ayam. Gilo la si gadi rotan. Gilo la si gadi bamban. Gi. Dekapo si luka
gilo. Gilo diagak bayang-bayang lo la sianu neen. Angui dipanggang rajo jin
Lukah
terlihat semakin liar bergoyang. Syair
yang dilantunkan sang guru memang berisi hinaan terhadap lukah. Syair itu menyatakan lukah tidur dalam
kandang ayam bersama tahi ayam. Syair lainnya mengatakan baju sang lukah dari
pinjaman, minyak rambutnya minta sama orang.
Roh marah. Lukah bergoyang dengan amat kencang di tangan kedua pemain
yang memegangnya. Lukah bergerak liar menarik mereka ke sana ke mari.
Eurica
berteriak sambil tertawa keras yang dibantu suaminya yang ikut membantu menahan lukah kemudian penonton
bersorak-sorai melihat pertunjukan itu.
Lukah akhirnya bisa diam setelah kepalanya dipegang sang guru lukah
dengan mulutnya komat-kamit membaca
mantra untuk menenangkan Lukah Gilo. Lukah
Gilo kemudian dimainkan lagi berkali-kali oleh pemain lainnya dan berkali-kali pula Lukah Gilo bergoyang dengan
kencang dan liar hingga dua orang memegangnya hampir terlempar ke tanah saat
berusaha menahannya diikuti ledakan tawa
penonton melihat ulah Lukah.
Guru
Lukah Gilo, M Dahar Pakiah Sinaro mengatakan lukah dapat bergoyang keras karena
dirasuki keturunan Jin yang dipanggil Sang guru masuk ke lukah. "
Itu sebabnya main lukah itu tidak akan masuk akal. Ini main batin ", Ujar SiDin Dahar.
Permainan ini biasanya ditampilkan untuk membuat suasana gembira seperti
saat pesta adat, pesta hari-hari besar nasional seperti perayaan 17 Agustus. "
Dulu juga digunakan untuk memanggil orang-orang, saat ada pengumuman
dari kepala nagari, luka dimainkan untuk mengumpulkan orang-orang ", Ujar SiDin Dahar Pakiah Sinaro.
Permainan
Lukah Gilo kini tidak banyak lagi yang memainkan, di Kabupaten Solok hanya ada di Nagari
Taruang-Taruang di Kecamatan Sungai Lasi. Dahar Pakiah Sinaro adalah
satu-satunya orang yang bisa memainkan lukah.
Pada 5 tahun lalu, pemerintahan Nagari Taruang-Taruang berinisiatif
melestarikannya dari keterancamana punah,
" Saat itu saya sekretaris
nagari, bersama wali nagari kami berpikir, kalau paman saya ini sudah
meninggal, tidak ada lagi yang bisa main lukah, padahal itu harus
dilestarikan ", Ujar SiDin Natarsan
yang juga keponakan Dahar Pakiah.
Natarsan
dan Dahar pergi ke hutan mencari mamban dan rotan untuk membuat lukah yang baru
karena Lukah lama milik Dahar sudah terlalu tua. "
Kami lalu membuat lukah ini, juga ada tiga lukah lainnya yang ukurannya
beragam , paling besar tingginya dua meter
", Ujar SiDin Natarsan. " Saat ini sudah beberapa yang bisa memainkan
lukah dengan memanggil ruh lukah, termasuk saya juga sudah bisa ", Ujar SiDin Natarsan dan menambahkan bahwa syair
lagu dalam Lukah Gilo ikut menghasut roh jin yang ada dalamnya menjadi marah
sehingga lukah menjadi liar.
Alam
pana alam Gaib kuasa Allah,
Lukah
Gilo lawakan permainan roh marah .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar