NusanTaRa.Com
byMuhammaDBakkaranG, 09/05/2019
byMuhammaDBakkaranG, 09/05/2019
Wacana
beberapa negara Eropa yang berusaha menjegal masukanya Crude Palm Oil (CPO)
asal Indonesia ke wilayahnya dengan alasan tidak ramah lingkungan, tampaknya
bakal semakin sulit. Hal ini terjadi karena ilmuwan dalam negeri
berhasil menemukan teknologi pengolahan minyak kelapa sawit menjadi bensin
nabati berkualitas tinggi dan siap pakai,
temuan inilah yang diprediksi bakal membuat Benua Biru itu kelabakan.
Dilansir
dari nasionalisme.co, adalah sosok IGB Ngurah Makertiharta yang merupakan
akademisi Reaksi Kimia dan Katalis Institut Teknologi Bandung, berhasil
mengolah minyak sawit menjadi bensin di Bandung pada 1 Mei 2019. “ Mereka panik setelah kita bisa mengubah
minyak sawit menjadi bahan bakar dan CPO kita serap sendiri ”, Ujar SiDin IGB
Ngurah Makertiharta.
Merujuk
data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi CPO di tahun
2018 mencapai 43 juta ton. Hal ini pun menjadi rekor terbaru sekaligus
mengalahkan hasil sebelumnya pada 2017 yang sebesar 28 juta ton. Tak salah bisa
Indonesia masuk sebagai salah satu negara produsen Crude Palm Oil (CPO)
terbesar di dunia. Dengan adanya temuan
baru yang bisa diubah menjadi bensin berkualitas tinggi, tentu menjadi nilai
tambah bagi produk tersebut.
Penelitian
tentang minyak sawit ini, sejatinya telah dirintis sejak 35 tahun silam oleh
Prof. Subagjo dan para pakar di Teknik Kimia. Bersama dengan sejumlah mahasiswa
program studi Teknik Kimia S1, S2, dan S3 di ITB, para ilmuwan cerdas itu
melakukan beberapa penelitian dan pengembangan formula. Bahan bakar nabati yang
dihasilkan dari teknologi yang ada bersifat drop-in, di mana bahan bakar ini
dapat dipakai dalam mesin secara langsung tanpa harus dicampur dengan BBM dari
fosil.
Bahkan,
setelah melewati serangkaian pengujian, minyak sawit yang telah diolah dengan
katalis hasilnya sangat persis, dengan senyawa yang ada pada energi fosil.
Nantinya, produk turunan berupa energi yang dihasilkan ini akan diberi nama
sesuai dengan jenis nya, yaitu bensin menjadi bensin nabati, diesel menjadi
diesel nabati dan avtur juga jadi avtur nabati.
Seperti
yang diberitakan sebelumnya, Komisi Eropa telah memutuskan bahwa kelapa sawit
bakal dijegal d Benua Biru itu karena dianggap mengakibatkan deforestasi
berlebihan, sehingga penggunaannya dalam bahan bakar transportasi harus
dihapuskan. Sesuai rencana, hal tersebut akan dilakukan secara bertahap pada
2019 hingga 2023 dan dikurangi menjadi nol pada 2030. Peraturan inilah yang
sempat mendapat penolakan keras dari negara-negara penghasil kelapa sawit
(Council of Palm Oil Producing Countries/CPOC) terutama dimotori Indonesia dan
Malaysia.
Namun
dengan adanya teknologi temuan para anak bangsa yang bisa mengubah minyak sawit
menjadi bahan bakar non-fosil (nabati), diprediksi bakal menyulitkan Eropa
untuk meloloskan aturannya tersebut. Alasan tidak ramah lingkungan, jelas
bukanlah hal yang tepat jika nantinya dialamatkan pada produk energi terbarukan
itu. Tak salah bila beberapa negara di Eropa diprediksi bakal merasa panik
seperti yang diutarakan oleh salah satu ilmuwan ITB di atas.
Dengan
adanya teknologi yang bisa mengubah minyak sawit menjadi bahan bakar non-fosil
(nabati), industri kelapa sawit yang terus menerus dikembangkan bakal memiliki
beberapa keuntungan, seperti harga sawit yang meningkat karena bisa diserap
untuk sektor energi dan menjadi nilai tambah dari produk turunan yang
dihasilkan. Doakan semoga bisa cepat berkembang ya sahabat Boombastis.
drBoombastis, Dany, 05/2019.
Makan mangga jangan dikuliti,
Indonesia
menemukan Sawit jadi bensin Nabati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar