NusanTaRa.Com
byBakkaranGNunukaN, 15/05/2019
byBakkaranGNunukaN, 15/05/2019
Tradisi
warga muslim di Kepaon Dempasar Bali di setiap hari ke – 10 bulan Ramadan
adalah tradisi mengibung atau makan bersama warga muslim di Kepaon setiap hari
ke-10 bulan puasa sehingga dalam sebulan dapat sampai 3 kali, tradisi ini sudah diwarisi secara
turun-temurun. " Dalam Al-Quran ada 10 juz, setiap
menamatkannya kami selalu rayakan dengan makan bersama ", Ujar SiDin Padani menceritakan asal
usul tradisi ini.
Jika
perayaan ini berjalan, puluhan nasi kapar berdatangan ke dalam Masjid Besar
Al-Muhajirin di kampung muslim Kepaon di Denpasar Selatan, Bali. Kemudian
diikuti kehadiran beberapa warga Pemaksaan Kelod setingkat Rukun Tetangga (RT)
dengan cekatan mengambil nasi dan lauk serta langsung dimakan bersama-sama
dengan mengitari sajian tersebut.
Mangibung
adalah tradisi makan bersama masyarakat Muslim Kepaon dan Karangasem, Bali. Empat hingga tujuh orang duduk melingkar
mengitari sajian makanan yang dihamparkan pada pelepah pisang atau nampan biasa
disebut Nasi Kapar. Mereka lalu makan sambil
berbicara hal-hal ringan. Kebiasaan ini konon sudah ada sejak 1692
masehi.
Nasi
kapar adalah hidangan yang ditempatkan dalam helai daun
pisang
atau nampan dikelilingi oleh lauk ikan, daging ayam, daging sapi, dan sayur
urap. “ Jika tidak isi sayur urap
kurang afdal ”, Ujar SiDin Padani tokoh
masyarakat kampung muslim Kepaon, Rabu (15/5/2019). Sayur urap dalam nasi kapar terdiri dari
sayur kecambah dan kacang panjang bercampur bumbu kelapa parut. " Ini melambangkan kebersamaan ",
Ujarnya lagi. " Warga secara sukarela membuat nasi kapar ”,
Ujar SiDin Padani seraya menyebut inspirasi tradisi juga dipengaruhi kultur
Bali dengan mayoritas warga beragama Hindu.
Nasi
kapar dalam acara mengibung disediakan warga secara bergiliran. " Pada 10 hari
pekan pertama oleh warga Pemaksaan Kelod, Sementara pada hari ke-10 pekan kedua akan
disediakan warga Pemaksaan Tengah.
Yang ketiga disediakan oleh warga Pemaksaan Utara ”, Ujar SiDin Padani sambil
menyuap urapnya.
Warga
Pemaksaan Kelod, Ahmad Endi (18 tahun), mengatakan rutin mengikuti tradisi
mengibung di Masjid Besar Al-Muhajirin, " Senang dengan nuansa kebersamaan, dan Saya suka sambal Matahnya ". Sedang
Sabillurohman, 37 tahun, selalu menantikan Kedonteng yaitu olahan daging sapi, menu ini seperti rendang berisi serundeng
atau kelapa parut.
Takmir
Masjid Besar Al-Muhajirin, Abdul Rozak (50 tahun), mengatakan persiapan
mengibung akan diumumkan sehari sebelumnya melalui pengeras suara, " Diumumkan setelah salat tarawih dan
sebelum sahur ", Ujarnya.
Kampung
muslim Kepaon juga memiliki kesenian Tari Rodat yang menunjukkan alkulturasi
budaya Bali dan Melayu. “ Geraknya dari
budaya Bali dan lagu Melayu Palembang ”, Ujar SiDin Rozak yang masih keturunan
Melayu Palembang.
Tradisi
lain di kampung muslim Kepaon yang
dilaksanakan saat Ramadhan selain Mangibung adalah tradisi Puluran, namun
tradisi ini sejak tahun 2000-an sudah mulai ditinggalkan. Tradisi puluran adalah warga membawa berbagai
yang kemudian dibagikan kepada warga lain di masjid, makanan yang dibawa untuk puluran adalah
jajan pasar, minuman manis, atau bubur, “ Karena
faktor ekonomi, sekarang yang tarawih ribuan, kalau dulu masih sedikit ",
Ujar SiDin Rozak.
Rozak
mengatakan, keberadaan warga muslim di Kepaon memiliki hubuungan dengan Puri
Pemecut, terkait erat dengan cerita Raden Ayu Siti Khotijah atau Gusti Ayu Made
Rai sebelum menjadi mualaf. Gusti Ayu
Made Rai merupakan seorang putri raja di Puri Pemecutan, "
Waktu zaman kerajaan, putri raja dibawa ke Jawa dan memeluk Islam. Ia kembali
ke Bali tetap sebagai muslim ", Ujar SiDin Rozak.
Raden
Ayu Siti Khotijah dan pengikutnya mendapatkan tempat di sekitar Puri Pemecutan
hingga akhirnya ke wilayah Kepaon. "
Dulu ini kebun atau hutan. Nama kebun menjadi kebon hingga disebut Kepaon ",
Ujarnya laji. Warga kampung muslim
Kepaon terdiri suku Jawa, Bugis, dan mayoritas Melayu, sebagaimana terlihat
pada nisan di tempat pemakaman umum setempat.
Tari
Bali dengan sesajennya,
Mangibung
tradisi muslim Denpasar di bulan Puasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar