NusanTaRa.Com
byLaDollaHBantA, 8/Januari/2019
byLaDollaHBantA, 8/Januari/2019
Badan
legislatif China secara resmi menghapuskan batas masa jabatan kepresidenan pada
hari Minggu (11/3/2018), sebuah langkah yang mungkin didorong oleh ketakutan
Presiden Xi Jinping terhadap pertikaian antarfaksi dan bahkan kudeta yang gagal
di dalam Partai Komunis. Ini bermakna bahwa Xi Jinping yang dilantik sebagai
presiden China pada Februari 2013 akan menempati posisi presiden hingga akhir
hayatnya atau seumur hidup.
Xi Jinping,
yang tidak memiliki aliansi faksi, menjadi presiden lima tahun yang lalu
setelah koalisi Jiang memiliki kontrol luas selama hampir dua dekade, menurut
Sino Insider, sebuah firma konsultasi yang khusus mengamati kepemimpinan China. "
Sejak menjabat pada tahun 2012, Xi
Jinping telah terlibat dalam
kontes hidup-dan-mati dengan faksi politik Jiang Zemin yang berpengaruh ", Ujar SiDin Don Tse, CEO Sino
Insider, dan Larry Ong, seorang analis senior dalam tulisan mereka di Business
Insider.
Meski
Partai Komunis China satu - satunya partai yang ada di China, realita
menampakkan ada dua faksi berbeda. Pertama
Faksi koalisi populis dan Kedua
Faksi yang namanya sesuai nama mantan Presiden Jiang Zemin - Elitis
dan terdiri dari 'princelings' atau pemimpin dari keluarga pejabat
tinggi. Pada tahun 2012 dan 2017
beredar rumor mengenai faksi Jiang yang telah merencanakan sebuah kudeta
politik. Terlepas dari rumor yang tidak didasarkan pada informasi yang terbuka
secara publik, Xi Jinping mengambil tindakan tegas.
Kepala
badan pengawas sekuritas China, Liu Shiyu, mengonfirmasi posisi partai dalam
kudeta di kongres tahunan negara bulan Oktober 2016 dengan mengatakan beberapa anggota
partai " merencanakan untuk merebut
kepemimpinan partai tersebut dan merebut kekuasaan Negara ". Kudeta di China yang dikuasai satu Partai
secara ketat hampir muskil, mungkin retorika yang pas itu mrnggambarkan beta
kerasnya tindakan antikorupsi Xi terhadap saingan polititnya dan ini memperngaruhi
Xi untuk memperkuat posisinya di dalam perang antarfaksi.
Sementara
itu, wakil direktur studi China di Center for Strategic and International
Studies (CSIS), Scott Kennedy, mengatakan kepada CNBC International penghapusan
batas masa jabatan presiden itu menggambarkan situasi baru di China di mana apa
yang baik untuk Xi berarti juga baik untuk partai dan China secara
keseluruhan. " Apa yang baik untuk China juga baik untuk
dunia. Semua hal tersambung dan sangat berbeda dengan politik China [di era]
Deng Xiaoping ", Ujar SiDin Scott
Kennedy.
Presiden
Cina Xi Jinping, disambut dengan tepuk tangan dalam pembukaan Kongres Nasional
Partai Komunis Cina ke-19 di di Beijing,
Cina, 18 Oktober 2017. Xi Jinping mengatakan
China memasuki era baru Sosialisme dengan kekhasan-kekhasan Cina. Xi diharapkan memantapkan kekuasaannya
selama kongres ke-19 Partai Komunis
Oktober 2017 ini berlangsung.
Kongres ini merupakan acara lima tahunan, yang akan mengocok ulang susunan
pemimpin generasi pada partai.
Posisi
China saat ini lagi menanjak naik ke
panggung global dan Amerika Serikat fokus pada masalah domestik, para ahli
meragukan apakah Xi bisa memimpin negaranya melewati masa-masa sulit di
depan. “ Xi mengepalai semua pusat
kekuasaan yang penting mulai dari militer hingga ke kepresidenan. Xi menjadi
pusat perhatian di ranah kepemimpinan China modern ”, Ujar SiDin
Kerry Brown King,s College London.
Perbedaan
kepemimpinan Xi yang sangat eklessife dan mencolok kala dia mengampanyekan anti
Korupsi yang berdampak langsung dengan
pencopotan jabatan di segala tingkat pemerintahan dari mulai daerah hingga
pusat. Sekitar 300.000 kasus korupsi terjaring pada tahun 2015. Para pelaku
mendapat sanksi ringan hingga berat berupa hukuman penjara diatas sepuluh
tahun. “ Kampanye itu meningkatkan kepercayaan publik
terhadap Partai Komunis China mengingat korupsi sudah menjadi masalah besar
dalam sistem komunis sejak akhir Revolusi Budaya ”, Ujar SiDin Li.
Partai
Komunis partai tunggal China,
Xi
Jinping sejak 2018 presiden seumur Hidup di China.