NusaNTaRa.Com
byMuhammaDNunukaN, S a b t u, 2 7 J u l i 2 0 2 4
Ilustrasi hantaman benda planetoid pada Bumi sehingga terciptalah Bulan dari materi yang terlempar ke orbit.
يَسْـَٔلُكَ النَّاسُ عَنِ السَّاعَةِۗ قُلْ اِنَّمَا عِلْمُهَا
عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَمَا يُدْرِيْكَ لَعَلَّ السَّاعَةَ تَكُوْنُ قَرِيْبًا
Artinya : " Orang-orang bertanya kepadamu (Nabi Muhammad)
tentang hari Kiamat. Katakanlah bahwa pengetahuan tentang hal itu hanya ada di
sisi Allah. " Tahukah engkau, boleh jadi hari Kiamat itu
sudah dekat ", (QS.
Al-Ahzab : 63)
Peristiwa kiamat digambarkan dalam Al-Qur’an sebagai peristiwa
dahsyat dan mengerikan, tapi bagi
golongan manusia ini kiamat bukan sesuatu yang menakutkan, sebaliknya peristiwa itu merupakan hari raya
yang menyenangkan layaknya. Hal ini sebagaimana diterangkan Syaikh Abdul
Qadir al-Jilani dalam kitabnya yang berjudul “Jala’
Al-Khathir”. Lantas siapa golongan
manusia yang menganggap hari kiamat ini sebagai hari raya yang menyenangkan ? simak ulasannya berikut ini.
Ini Golongan yang Tak Takut dengan Kiamat
Moskipun mengerikan, bagi
orang-orang yang beriman dan bertakwa hari ini bukan hari yang manakutkan. bahkan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mengingatkan
bahwa karena keniscayaan terjadinya, maka kiamat ini harus selalu ada dalam
hati dan pikiran setiap orang. " Buatlah hari kiamat tersebut terjadi di dalam
dirimu, sebelum benar-benar terjadi ", Ujar Cakap Besar Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
dalam Kitab Jala’ Al-Khathir.
Syaikh Abdul Qadir, berpendapat bahwa bagi sebagian kaum
hari kiamat ini merupakan hari kebangkitan kebahagiaan sekaligus juga hari
mengerikan sebagian yang lain, hari ini juga menjadi hari raya bagi sebagian
kaum dan menjadi hari penyesalan bagian sebagian yang lainnya. Menurutnya di hari itu nyata tampak seluruh
amalan-amalan mereka dan cahaya pada wajah-wajah mereka. Salah satu golongan
orang yang beruntung di hari kiamat menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jailani di
antaranya ialah para syuhada.
Menurut beliau, ruh para syuhada dan orang-orang yang
beriman ini berada di dalam sangkar burung-burung
hijau yang berkicau di surga dan terbang menuju ke sorot lampu di bawah arsy, kemudian dia akan datang menemui jasadnya lagi
ketika peniupan ruh yang kedua ke bumi untuk klarifikasi dan penghitungan amal
pada hari kiamat
Nama lengkapnya Syekh Abdul Qadir al-Jailani ialah Sayyid
Muhyidin Abu Muhammad Abdul Qadir bin Abi Shalih Musa Zangi Dausat
al-Jailani. Ia lahir di Desa Nif atau
Naif, termasuk wilayah distrik Jailan. Daerah itu disebut juga dengan Jilan,
Kailan, Kilan, atau al-Jil. Lokasinya
masih dalam area budaya Kurdistan, persisnya
sekitar 150 kilometer sebelah timur laut Baghdad, Irak. Syekh Abdul Qadir al-Jailani pertama kalinya
menghirup udara dunia pada waktu fajar, Senin, 1 Ramadhan 470 H, bertepatan
dengan tahun 1077 M. Ia wafat di Baghdad pada Sabtu, 11 Rabiuts-Tsani 561
H/1166 M.
Kebanyakan manakib (biografi) tokoh sufi ini penuh dengan
fiksi, tanpa mendasarkan pada fakta-fakta sejarah, sesungguhna
ulama ini merupakan tokoh sejarah yang cukup besar dalam wacana
pemikiran Islam, terutama sejarah tasawuf. Sehingga, para ulama banyak mengungkapkan
bahwa Syekh Abdul Qadir merupakan mujtahid abad ke-14. Menurut Walter Braune dalam bukunya, Die “Futuh
al-Ghaib” des Abdul Qodir (Berlin &
Leipzig, 1933), ia adalah wali yang paling terkenal di dunia Islam. Sedangkan,
penulis Muslim Jerman, Mehmed Ali Aini (Un Grand Saint del Islam : Abd
al-Kadir Guilani, Paris, 1967), menyebut al-Jailani sebagai orang suci terbesar
di dunia Islam.
Ia lahir sebagai anak yatim (di mana ayahnya telah wafat sewaktu beliau masih dalam kandungan enam bulan) di tengah keluarga yang hidup sederhana dan saleh. Ayahnya, al-Imam Sayyid Abi Shalih Musa Zangi Dausat, adalah ulama fuqaha ternama, Mazhab Hambali dan garis silsilahnya berujung pada Hasan bin Ali bin Abi Thalib, menantu Rasulullah SAW. Sedangkan, ibunya adalah Ummul Khair Fathimah, putri Sayyid Abdullah Sauma'i, seorang sufi terkemuka waktu itu. Dari jalur ini, silsilahnya akan sampai pada Husain bin Ali bin Abi Thalib dam jika silsilah ini diteruskan, akan sampai kepada Nabi Ibrahim melalui kakek Nabi SAW, Abdul Muthalib. Ia termasuk keturunan Rasulullah dari jalur Siti Fatimah binti Muhammad SAW. Karena itu, ia diberi gelar pula dengan nama Sayyid. (dr. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani (Sumber: Kemenag))
Kiamat hari berakhirnya kehidupan di muka bumi.
Kiamat tidak menakutkan orang beriman ujar Abd Kadir Jailani.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar