Selasa, 02 Juli 2024

SUKU KARO DARI INDIA SELATAN, MEREKA BUKAN ORANG BATAK

NusaNTara.Com 

byGreaTBritteN,        S   e   n   i   n,     0    1       J     u     l     i       2   0   2   4  

Suku Karo bukan suku Batak

Dalam buku,   "  Sejarah Pijer Podi, Adat Nggeluh Suku Karo Indonesia (1995)  ",  karya Kol (Purn) Sempa Sitepu menuliskan dengan tegas jika Suku Karo bukan berasal dari si Raja Batak,  Sehingga menurutnya  penyebutan Batak Karo jelas mengubah sejarah sebenarnya.   Dalam penjelasannya, dia pun mencantumkan silsilah  suku Karo yang dirangkumnya  dari cerita leluhurnya yang lahir tahun 1838.   Dituliskan jika leluhur etnis Karo dari India Selatan yang berbatasan negara Myanmar.

Dahulunya, ada seorang raja hidup dengan permaisurinya di seberang laut India Selatam.  Sang raja rupanya memiliki panglima bernama Karo yang merupakan orang keturunan India.   Entah tiba-tiba sang raja mengatakan pada Panglima Karo,  kalau dia  kepingin  pergi ke lokasi baru untuk mendirikan kerajaannya disana.   Sang putri raja Si Miansari ikut serta dalam misi rombongan.    Miansari yang sudah menyimpan rasa kepada Karo memilih ikut rombongan dengan pasukan yang dipimpin sang panglima tersebut.

Pasukan pun berlayar hingga tiba di Pulau Pinang. Konon mereka tinggal beberapa bulan di pulau itu hingga sang Raja kepincut dengan pulau yang lebih luas  berada  di sebelah selatan.   Dengan semangat raja pun akhirnya meminta pasukan bersiap untuk menyeberang,  tapi apa nak cakap,  nahas menerpa perjalanan mereka   di tengah laut,   mereka diterjang ombak besar hingga pasukan terpencar – pencar dengan perahu masing-masing.   Beruntung putri Miansari dengan rombongan Panglima Karo terdampar. Sementara keberadaan sang raja tak diketahui.

Setelah keadaan rombongan kembali membaik Putri Miansari dengan Panglima Karo pun sepakat pergi untuk melanjutkan misi  perjalanan  tersebut  dengan  hanya  membawa dua dayang dan tiga pengawal menemani mereka.   Dalam perjalanan  pencarian tempat baru itu, akhirnya Miansari dan panglima menikah.   Rombongan pun akhirnya tiba di pulau Perca (Sumatera)  dan  saat ini, tempat tersebut dinamakan Belawan.

Masih belum ingin menetap, rombongan pun menelusuri aliran sungai hingga tiba di tempat yang kini dinamakan  Durin Tani,  di tepat itu diketahui ada gua yang disebut gua Umang  tapi dianggap tak aman,  Panglima Karo dengan rombongan pergi hingga sampai  ke tempat bernama Buluhawar, Bukum.   Mereka pun tinggal di kaki gunung  yang kini bernama Sikeben yang berdekatan dengan Bandarbaru.   Masih mencari tempat yang lebih nyaman, Karo kembali berpindah hingga tiba di kaki Gunung Barus. Meski pemandangan dan udara di tempat tersebut sangat disukai rombongannya, Karo tetap ingin mencari tempat lain yang mirip dengan tanah kelahirannya.

Saat beristirahat di bawah pohon beringin, Karo mengutus anjing untuk menyusuri sungai yang kini disebut Sungai Lau Biang. Beruntung anjing itu kembali dengan selamat.   Karo dan rombongan pun kembali melakukan perjalanan hingga tiba di daratan tinggi bernama Mulawari atau berseberangan dengan si Capah (Seberaya).  Daratan tinggi  ini  kini sebut dengan nama  Tanah Karo.

Keturuan Putri Miansari-Karo

Pernikahan Putri Miansari-Karo dikaruniani tujuh anak. Anak pertama hingga keenam semuanya perempuan  :   1. Corah,  2. Unjuk,  3. Tekang,  4. Girik,  5. Pagit  dan  6. Jile.    Anak ketujuh berjenis kelamin laki-laki,   karena akan menjadi penerus, anak ketujuh ini diberi nama Meherga (berharga).   Lahir anak ketujuh Karo ini juga menjadi cikal bakal terciptanya merga di Suku Karo. Merga pun akhirnya menikah dengan anak Tarlon (saudara bungsu dari Miansari) bernama Cimata.

  Merdang Merdem  :  Kerja tahunan Suku Karo    

Merga dan Cimata pun memiliki lima anak laki-laki  yang namanya menjadi induk marga Suku Karo. Anak pertama yakni Karo (sebagai leluhur agar diingat para keturunannya)  dan  anak keduanya yakni Ginting.   Anak ketiga yakni Sembiring. Nama itu diambil kata kata Si Mbiring yang artinya hita. Konon, Sembiring ini paling hitam di antara saudaranya. Anak ke empat Peranginangin. Dia diceritakan lahir saat angin puting beliung. Sementara anak kelima atau bungsu diberi nama Tarigan.

Dalam kisah lain.   Pada tahun1980-an, muncul Jamalludin Tarigan,  beliau  seorang tokoh Karo yang juga Anggota DPR RI dari Partai PPP. Beliau pernah melakukan konsolidasi serta mengumpulkan tokoh-tokoh Karo dan melakukan komferensi pers di Jakarta,  menyampaikan ke publik tentang jatidiri Karo bukanlah Batak.   Kemudian oleh Drs Roberto Bangun seorang Tokoh Pendidikan, Pers, dan Tokoh Masyarakat Karo di Jakarta  juga pernah sebagai Anggota DPRD DKI fraksi Golkar, pemilik Yayasan Pendidikan Bangun di Tanjung Priuk, juga pernah menuliskan dan menerbitkan buku yang berjudul  “Mengenal Orang Karo”,  terbit pada tahun 1989.

Di dalam bukunya itu, Roberto Bangun menyatakan Karo Bukan Batak. Beliau juga melampirkan beberapa pernyataan Karo Bukan Batak oleh tokoh terkemuka Suku Karo di Tanah Karo maupun di perantauan, seperti dari Dr. Masri Singarimbun (Akademisi), Ingan Pulung Sinulingga (Kepala Desa Perbesi), TK Purba (Tokoh Masyarakat), H. Djamaluddin Tarigan (Anggota DPR RI), Drs. Teridah Bangun (Budayawan), HG. Tarigan (Akademisi), Biak Ersada Ginting (Budayawan), dan banyak lagi.

Selain itu, ada peristiwa pembatalan nama Tahura Sisingamangaraja XII di Tongkeh, Berastagi pada tahun 1988 yang ditolak karena dirasakan melukai hati Masyarakat Karo, karena Pahlawan Nasional Sisingamanga XII berasal dari Orang Batak bukan dari Orang Karo. Penolakan saat itu dilakukan besar-besaran oleh kalangan Karo dan pemuka Karo seperti Dalan Nggit Sembiring dikenal sebagai Nanggalutu yang seorang pejuang Karo angkatan 45, Mimbar Tarigan saat itu Ketua Pemuda Pancasila Kabupaten Karo dan lain-lain; dan kalangan Mahasiswa yang salah satunya adalah Joy Harlym Sinuhaji.

Itulah sejarah kenapa orang Karo tidak mau disebut orang Batak. Mereka tidak ingin menghapus sejarah leluhurnya hingga disebut suku Batak.

Upacara Kematian adat Karo


Suku Karo  bukan  turunan  dari  si  Raja Batak .

Suku Karo Berasal dari Daratan India Selatan seberang Lauk.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KENAPA MARWAH DAUD YANG BERPENDIDIKAN TINGGI PERCOYO DIMAS KANJENG ?

NusaNTaRa.Com    byDannYAsmorO,           R       a       b        u,        1       5        M      e      i        2     0      2     4 ...