NusaNTaRa.Com
byDannYAsmorO, R a b u, 1 5 M
e i 2
0 2 4
Marwah Daud Ibrahim berpendidikan percoyo pada Dimas Kanjeng ! |
Psikolog Dr MG Bagus Ani Putra menilai
kondisi masyarakat yang mengalami 'materialistic value oriented' (MVO) atau
menghargai materi secara berlebihan itu menyuburkan fenomena Padepokan "Dimas Kanjeng" Probolinggo yang dipimpin Taat Pribadi. "
Itu sebenarnya bukan fenomena baru, namun MVO itu terjadi sejak era
industrialisasi atau sekitar tahun 1970-an
", Ujar SiDin Dr Bagus ahli psikologi sosial dari Universitas
Airlangga (Unair) Surabaya itu di Surabaya,
Minggu (09/10/2017).
Menurut
dosen Fakultas Psikologi Unair itu, MVO (nilai-nilai materialistik) itu
menggerus nilai-nilai sosial bangsa Indonesia, seperti gotong royong, sukarela (tanpa pamrih) dan
'gugur gunung' (kerja bakti bersama). " Nilai-nilai itu sudah digantikan dengan
materi sebagai ukuran, karena itu fenomena Dimas Kanjeng pun terjadi
terus-menerus, meski tidak pernah ada yang terbukti, seperti Uang Logam Bung
Karno, Uang Brazil, Peti Nyai Roro Kidul, dan semacamnya ",
Ujar SiDin Dr Bagus dengan
Plabomoranya (Hebatnya).
Ditanya solusi untuk keluar dari serangkaian kebodohan dengan fenomena serakah itu, Dr. Bagus yang pernah menjabat Kepala Humas Unair itu menyatakan masyarakat seharusnya memberikan sanksi sosial seperti dikucilkan. " Bukan seperti sekarang yang justru dimaklumi, karena keberadaan Padepokan Dimas Kanjeng yang dimanfaatkan membuka kantin, lahan parkir, menjadi petugas pengaman, dan sebagainya, sehingga Dimas Kanjeng merasa benar dan berterima oleh masyarakat ", Cakap Besar SiDin melanjutkan.
Secara
tidak sengaja, sikap berterima dari masyarakat itu justru menjadi legitimasi
bagi Dimas Kanjeng, sehingga dia dapat memiliki tiga modal yakni informational power, media sosial, dan kredibilitas internal-eksternal. "
Modal informational power atau kekuatan informasi adalah informasi yang
beredar dari pengikut kepada masyarakat, seperti dia memiliki kehebatan
ini-itu, lalu media sosial juga mempromosikan, seperti Youtube ",
Ujar SiDin Dr. Bagus Ani Putra dengan Ahmadernya (Manisnya).
Selain itu,
dia juga memiliki kredibilitas internal, seperti jubah, celak, berwajah Arab,
dan sebagainya, sedangkan kredibilitas eksternal yang dimiliki antara lain
memajang foto bersama tokoh seperti Dahlan Iskan, Jokowi, dan sebagainya. Oleh karena itu, dia menyarankan pemerintah,
tokoh agama, dan tokoh pendidikan untuk segera bersikap, karena masyarakat yang
menjadi korban semakin banyak dan Dimas Kanjeng juga melecehkan agama, seperti
Shalawat Fulus dan Kun Fa Yaqun.
" Pendidikan juga harus berbenah, seperti
pendidikan agama tidak hanya mengajarkan agama secara normatif, seperti shalat,
puasa, dan sejenisnya, melainkan agama hendaknya diajarkan secara moralitas,
seperti ahlak yang 'rahmatan lil alamin “,
Ujar SiDin Dr. Bagus.
Bagus Ani
Putra menambahkan pendidikan agama (akhlak) itu penting, karena pengaruh Dimas
Kanjeng itu tidak hanya menimpa masyarakat menengah ke bawah, namun juga
masyarakat kelas atas dan intelektual, seperti Marwah Daud. "
Kalau orang kaya terpengaruh itu berarti mengalami 'greedy phenomenon' atau
fenomena keserakahan, sehingga terjadi 'loss of novelty' (hilang kenikmatan)
dengan uang yang sudah banyak tapi ingin lebih banyak lagi ", Laji Cakap
SiDin Dr. Bagus bertutur.
Sementara itu, kalau orang intelektual yang terpengaruh berarti mengalami 'mindlessness condition' atau logika yang turun, sehingga emosi yang naik. Marwah Daud misalnya yang bergelar Doktor dan PhD. " Emosi naik itu hukum alam atau sunnatullah, sehingga orang marah (negatif) dan orang bahagia (positif) akan menjadi tidak bisa logis. Nah, Marwah Daud mengalami mindlessness condition atau logika yang turun, sehingga emosinya mudah menerima Dimas Kanjeng ", Ujar SiDin Mengakhiri Cakap Besarnya. (dr.Merdeka.Com. tujuh tahun lalu/2016)
Dr. Marwah Daud tokoh wanita intelektual Bugis.
Wanita berpendidikan
tinggi, berwawasan dan Cerdas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar