NusaNTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, S a b t u, 1 8 M a r e t 2 0 2 3
Pasukan Junta Militer yang melakukan Kudeta
Tom Andrews Pelapor khusus dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberikan peringatan terbaru terkait kondisi terbaru di Myanmar pascakudeta pada 2021, menurut pengamatannya bahwa Negeri Seribu Pagoda itu sebagai “negara gagal”. Myanmar dilanda kekacauan pada Februari 2021 ketika militer menahan pemimpin negara itu, Aung San Suu Kyi, dan merebut kekuasaan. Kudeta tersebut telah memprovokasi oposisi yang meluas, termasuk gerakan pembangkangan sipil yang damai dan perlawanan bersenjata.
Wawancaranya dengan The Guardian, Tom Andrews memaparkan bahwa Myanmar menggunakan senjata buatan Rusia yang juga digunakan Moskow di Ukraina. Meminta negara-negara dunia mengadopsi langkah yang telah diambil dalam serangan Rusia ke Ukraina untuk kasus di Myanmar, " Jenis senjata yang sama yang membunuh orang Ukraina membunuh orang di Myanmar. Tidak dapat diungkapkan apa yang sedang terjadi dan yang sangat membuat frustrasi adalah kenyataan bahwa, sejauh menyangkut sebagian besar dunia, ini tidak terjadi ", Ujar Tom Andrews, Kamis (16/03/2023).
" Tanggapan internasional terhadap Myanmar tidak memadai dan beberapa negara terus mendukung kekejaman junta ", Ujar SiDin Tom Andrews, menyerukan embargo senjata. Konflik telah meningkat selama dua tahun terakhir, menyebar ke seluruh wilayah negara yang luas, termasuk wilayah yang dulunya damai, di mana anggota masyarakat bergabung dengan kelompok pertahanan untuk melawan militer.
Militer telah meningkatkan serangan udara, termasuk terhadap sekolah dan fasilitas medis, serta taktik bumi hangus, dalam upaya untuk menghentikan perlawanan. " Karena makin berbahaya bagi pasukan mereka untuk beroperasi di lapangan, mereka menggunakan senjata tempur ini, jet tempur yang menjatuhkan bom di desa-desa dan bahkan pusat-pusat IDP (kamp untuk pengungsi internal yang terpaksa melarikan diri) ", Ujar Tom Andrews dengan Plabomoranya (hebatnya).
Lebih dari 30 orang dilaporkan tewas di sebuah biara di desa Nan Nein, Negara Bagian Shan, Myanmar, setelah diserbu junta militer negara tersebut. Laporan tersebut diungkapkan Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni (KNDF), sebuah kelompok pemberontak yang menolak kekuasaan junta militer.
Myanmar mengalami peningkatan jumlah pertempuran mematikan antara militer dan kelompok perlawanan bersenjata sejak junta merebut kekuasaan dalam kudeta, seperti yang sengit terjadi di Negara Bagian Shan yang berbatasan dengan ibu kota Nay Pyi Taw dan Thailand. Pada Sabtu (11/03/2023), angkatan udara dan artileri junta memasuki desa setelah penembakan sekitar pukul 16:00 setempat, mereka mengeksekusi penduduk desa yang bersembunyi di dalam sebuah biara.
Militer Myanmar sebelumnya membantah melakukan kekejaman karena operasinya hanya menargetkan 'teroris', sebuah laporan khusus tahun lalu mengatakan Rusia, China, dan Serbia menyediakan senjata untuk junta. Investigasi baru-baru ini oleh Saksi Myanmar juga menemukan militer sangat bergantung pada aset udara Rusia atau China untuk serangannya.
Andrews mengatakan dia baru-baru ini berbicara dengan seorang ayah yang rumahnya dihancurkan oleh militer. Sang ayah membawa keluarganya ke pusat pengungsian, hanya untuk dibom. Kedua putrinya, yang berusia 12 dan 15 tahun, tewas. " Mengingat ketergantungannya pada pesawat dari China dan Rusia, junta telah berusaha untuk secara terbuka menyelaraskan diri dengan kedua negara setelah kudeta. Militer, yang dipimpin oleh Min Aung Hlaing menjilat Rusia ", Papar Tom Andrews.
Dalam sebuah laporan yang akan disampaikan kepada Dewan Hak Asasi Manusia tanggal 20 Maret, mengatakan bahwa pemerintah negara tetangga telah secara paksa mengembalikan masyarakat oposisi Myanmar meskipun ada risiko dipenjara, disiksa, atau bahkan dieksekusi. Menurut PBB, jumlah orang yang membutuhkan bantuan kemanusiaan melonjak, dari 1 juta sebelum kudeta, menjadi 17,6 juta pada tahun 2023, " Ada keharusan moral untuk tidak berpaling dari orang-orang yang menunjukkan keberanian luar biasa dalam memperjuangkan negara dan masa depan mereka ".
Penangkapan dan pembunuhan menentramkan pemerintahan.
Pemerintah Militer Myanmar banyak melakukan penindasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar