NusaNTaRa.Com
byIndaHPalloranG, S a b t u, 1 5 O k t o b e r 2 0 2 2
Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki
keunikan tersendiri dalam budaya
kehidupan sehari - harinya yang tentunya
sangat terkait dengan etika dan keyakinan masing – masing, dalam
hal ini termasuk berbusana atau berbaju yaitu satu perangkat yang digunakan manusia
untuk menutupi tubuh dari pandangan atau dari sentuhan dari luar tak terlepas dalam berbusana . Semisal Baju Bodo yaitu busana tradisonal masyarakat Sulawesi Selatan sejak dahulu kala yang digunakan kaum wanitanya
yang digunakan pada acara tertentu dan
kalangan wanita bangsawan.
Baju bodo adalah pakaian adat tradisional masyarakat
Bugis, Makassar dan Mandar yang dikenakan kaum wanita, Baju bodo merupakan penamaan Makassar sedangkan dalam bahasa Bugis disebut waju ponco yang berbentuk berbentuk persegi yang tampak
seperti balon atau longgar, berlengan pendek, hanya setengah siku, sesuai dengan
namanya baju bodo. Dahulu Baju Bodo umunya terbuat dari sutera atau berbahan yang
tombus pandang transparan dan digunakan
kalangan bangsawan tertentu, seiring
jaman perkembangan agama dan model maka Baju Bodo sekarangpun terbuat dari
berbagai kain dengan berbagai desain dan aksesoriesnya.
Baju bodo merupakan
pakaian tradisional perempuan dari Suku Bugis,
Suku Makassar dan suku Mandar, Sulawesi. Busana ini identik dengan bentuk segi empat,
potongan longgar dan besar, juga lengannya pendek, sekitar setengah siku
lengan. Pakaian ini dibuat dari bahan tipis dan warnanya transparan. Baju bodo juga sering disebut bodo gesung
alias baju berlengan pendek dan menggelembung,
karena bentuk baju bodo yang kotak, ketika dipakai akan tampak
menggembung di tubuh. Untuk bagian
bawahnya, menggunakan kain sarung
panjang atau sarung sutera hingga semata kaki, sementara aksesories yang menjadi ciri khas
lainnya hiasan konde kepala dan gelang atau ponto tangan yang agak besar dan berwarna keemasan.
Penggunaan baju bodo sebagai busana adat tak lepas dari adanya status perbedaan
status sosial dalam masyarakat,
seperti Baju bodo memiliki aturan
soal warna yang melambangkan tingkat usia dan kemapanan sosial penggunanya.
Seperti warna jingga untuk usia
10 tahun, jingga dan merah darah untuk usia 10-14 tahun, merah darah untuk usia
17-25 tahun, warna putih untuk para inang dan dukun, warna ungu untuk para
janda, dan warna hijau khusus dipakai puteri bangsawan.
Biasanya baju bodo dipakai dalam upacara adat,
misalnya pernikahan. Namun, saat ini busana tersebut sudah bisa dikenakan dalam
berbagai kegiatan seperti perlombaan menari, upacara menyambut tamu kehormatan,
pagar ayu, dan pendamping mempelai dalam pernikahan. Bagi masyarakat Suku Bugis, Makassar dam Mandar maka menggunakan Baju Bodo melambangkan kecantikan dan
keanggunan seorang perempuan. Saat menggunakan baju bodo dan sarung, setiap
wanita Bugis dianggap memiliki aura anggun yang lebih tinggi.
Umumnya baju bodo dikombinasikan dengan sarung
sebagai bawahan. Perempuan Suku Bugis awalnya menggunakan sarung yang
dililitkan dari pinggang dan panjangnya sampai mata kaki. Penggunaan sarung pun
dibuat longgar sesuai bentuk atasan, tidak seperti kain bawahan kebaya yang
cenderung ketat atau dibuat pas mengikuti lekuk tubuh. Rasanya
kurang meriah mengenakan baju bodo tanpa pernak-pernik dan aneka
perhiasan. Biasanya, baju bodo dipakai dengan perhiasan lengkap dari anting,
kalung bersusun, bando, gelang, dan ikat pinggang warna emas.
Jenis perhiasan yang umum digunakan bersama baju
bodo yakni tokeng atau kalung bersusun, biasanya dipakai kaum bangsawan. Kemudian, ada karawik, perhiasan yang
dipakai di bagian dada dan punggung dengan cara digantung melalui untaian
benang sutra. Semakin banyak perhiasan dada yang disusun biasanya melambangkan
derajat kebangsawanan seseorang.
Sima’ taiyak, perhiasan yang digunakan pada bagian lengan baju bodo, dan
ponto lotak atau gelang dari emas, perak, tembaga, atau logam lain. Selain itu,
ada ponto karrok tedong, gelang berbentuk tabung yang memanjang di pergelangan
tangan. Kaum bangsawan menggunakan ponto bossak atau gelang bersusun 14.
Baju bodo digadang-gadang sebagai salah satu baju tertua di dunia. Kononya baju ini sudah dipakai oleh masyarakat Sulawesi Selatan sejak pertengahan abad IX, ketika itu baju bodo berbahan kain muslin yakni lembaran kain tenunan dari pilinan kapas yang dijalin dengan benang katun. Sesuai catatan Marco Polo tahun 1928. Dalam “The Travel of Marco Polo”, bahwa pembuatan kain muslin yang dibuat di Mosul, Irak dan dijual oleh pedagang yang disebut Musolini dan diperdagangkan hingga ke Kota Dhaka, Bangladesh. Kain muslin punya kerapatan benang yang renggang dan berongga cocok dipakai pada daerah tropis.
Baju membalut dara bertambah manis,
Baju
Bodo busana khas Adat masyarakat Bugis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar