NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 20/Januari/2019
Ditanah ketinggiaan ini para pengunjung dapat menemukan beberapa peninggalan budaya suko Toraya yang cukup lama yang hingga kini masih diamalkan dan dilestarikan masyarakat di desa Ke’te Kesu sebagai penghormatan dan menjag harmoni kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Beberapa peninggalan yang biasa kita temukan di sana Bangunan Rumah adat Tongkonan, Acara pengkebumian Rambu Solok, Lokasi pengkebumian jenazah di lereng Batu dan Mengamati rangka jenazah dahulu dilereng gunung.
Usia desa Ke'te Kesu diperkirakan mencapai 400 tahun, uniknya, ia tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali berdiri. Jika melihat keadaannya saat ini, bisa dibilang bahwa Ke'te Kesu menjadi semacam museum hidup–orang yang mengunjunginya dapat secara langsung melihat budaya dan tradisi unik dari masyarakat Toraja. Sekali sekala di lokasi ini diadaakan upacara adat seperti kematian yang mengorbanan ratusan kerbau, Sapi dan Babi serta di hadiri seluruh keluarga dan handai tolan almarhum.
Ritual kematian yang sangat seris di amalkan di Ke'te Kesu lah yang membuat Ke'te Kesu menarik perhatian para pengunjung dan masyarakat dunia. Keunikan dalam pemakaman ini dapat dilihat dari ritual maupun upacara pemakaman yang mewah, kuburan yang menggantung, dan situs permakaman yang penuh dengan dekorasi. Pada hal desa yang tak pernah lekang oleh waktu ini hanya ditempati sekitar 20 keluarga. Beberapa di antara mereka tinggal dalam Tongkonan–rumah adat masyarakat Toraja. Ada delapan Tongkonan di Ke'te Kesu, diatur berbaris dan berhadapan, lengkap dengan lumbung padi yang terhubung
Dinding
Tongkonan dihiasi dengan tanduk kerbau dan ukiran yang indah–berfungsi sebagai
penanda status pemilik rumah. Menurut masyarakat asli Toraja, hanya mereka yang
berdarah bangsawan yang boleh membangun Tongkonan sementara masyarakat biasa tinggal di
rumah yang lebih kecil dengan desain yang tidak terlalu rumit seperti
Tongkonan. Jika
dilihat dari luar, Tongkonan memiliki kekhasan bentuk atap seperti perahu
besar, proses pembangunan rumah adat ini pun cukup sulit aturan tertentu dan pembangunan rumah ini biasanya dilakukan oleh seluruh secara bersamaan.
Salah satu Tongkonan telah diubah fungsinya menjadi museum. Ia memamerkan benda-benda unik dan bersejarah dari adat istiadat kuno. Keramik Tiongkok, patung, belati, parang, hingga bendera pertama yang pernah dikibarkan di Toraja pun terpajang di sana. Museum tersebut juga membuka workshop bagi pengunjung yang ingin melatih keterampilannya membuat karya seni dari bambu.
Tidak jauh dari Tongkonan, terdapat batu menhir di tengah sawah–penanda jalan menuju bukit mistis bernama Bukit Buntu Ke'su yang merupakan situs pemakaman kuno berusia 700 tahun. Dan Jika anda beruntung kita bisa menyaksikan pengkebumian jenazah yang telah disimpan cukup lama serta dengan bantuan dukun maka simayat akan menuju pengkuburan dengan berjalan sendiri tanpa dibantu orang lain selain mantera sang Dukun.
byMcDonalDBiunG, 20/Januari/2019
Ketika
anda berkendaraan meninggalkan kota Makale menuju Rantepao arah utara, tak lama
kemudian anda akan keluar jalur utama belok kanan dengan tujuan Desa Bung Tao
tapi sebelumnya anda akan menemui Desa Ke’te Kesu. Ke'te Kesu merupakan desa tradisional
eksentrik yang tersembunyi di wilayah pegunungan TanaToraja, Sulawesi Selatan.
Ia terletak di tengah hamparan sawah luas dan merupakan desa tertua di
Sanggalangi.
Ditanah ketinggiaan ini para pengunjung dapat menemukan beberapa peninggalan budaya suko Toraya yang cukup lama yang hingga kini masih diamalkan dan dilestarikan masyarakat di desa Ke’te Kesu sebagai penghormatan dan menjag harmoni kehidupan mereka di dunia dan akhirat. Beberapa peninggalan yang biasa kita temukan di sana Bangunan Rumah adat Tongkonan, Acara pengkebumian Rambu Solok, Lokasi pengkebumian jenazah di lereng Batu dan Mengamati rangka jenazah dahulu dilereng gunung.
Usia desa Ke'te Kesu diperkirakan mencapai 400 tahun, uniknya, ia tidak pernah mengalami perubahan sejak pertama kali berdiri. Jika melihat keadaannya saat ini, bisa dibilang bahwa Ke'te Kesu menjadi semacam museum hidup–orang yang mengunjunginya dapat secara langsung melihat budaya dan tradisi unik dari masyarakat Toraja. Sekali sekala di lokasi ini diadaakan upacara adat seperti kematian yang mengorbanan ratusan kerbau, Sapi dan Babi serta di hadiri seluruh keluarga dan handai tolan almarhum.
Ritual kematian yang sangat seris di amalkan di Ke'te Kesu lah yang membuat Ke'te Kesu menarik perhatian para pengunjung dan masyarakat dunia. Keunikan dalam pemakaman ini dapat dilihat dari ritual maupun upacara pemakaman yang mewah, kuburan yang menggantung, dan situs permakaman yang penuh dengan dekorasi. Pada hal desa yang tak pernah lekang oleh waktu ini hanya ditempati sekitar 20 keluarga. Beberapa di antara mereka tinggal dalam Tongkonan–rumah adat masyarakat Toraja. Ada delapan Tongkonan di Ke'te Kesu, diatur berbaris dan berhadapan, lengkap dengan lumbung padi yang terhubung
Lumbung |
Salah satu Tongkonan telah diubah fungsinya menjadi museum. Ia memamerkan benda-benda unik dan bersejarah dari adat istiadat kuno. Keramik Tiongkok, patung, belati, parang, hingga bendera pertama yang pernah dikibarkan di Toraja pun terpajang di sana. Museum tersebut juga membuka workshop bagi pengunjung yang ingin melatih keterampilannya membuat karya seni dari bambu.
Tidak jauh dari Tongkonan, terdapat batu menhir di tengah sawah–penanda jalan menuju bukit mistis bernama Bukit Buntu Ke'su yang merupakan situs pemakaman kuno berusia 700 tahun. Dan Jika anda beruntung kita bisa menyaksikan pengkebumian jenazah yang telah disimpan cukup lama serta dengan bantuan dukun maka simayat akan menuju pengkuburan dengan berjalan sendiri tanpa dibantu orang lain selain mantera sang Dukun.
Reff.NGO-12/2018.
Rumah
tongkonan khasana Budaya,
Ke’te
Kesu kampung adat suku Toraya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar