NusaNTaRa.Com byBakrINunukaN, Sabtu 12 D e s e m b e r 2020
Eliza Marten Kissya seorang Kewang di Haruku dan telur Burung Gosong. |
Ia berangkat dari oase kecil dan bertransformasi menjadi besar, Ia berangkt, Ia gelombang, Ia gelombang yang psntang tenggelam, itulah sepenggal metafora yang pantas disematkan kepada Eliza Marten Kissyo Kepala Kewang Adat HARUKU. Usia sudah menginjak 71 tahun, namun semangat dan serta pengorbanannya masih terus membara hingga kini dalam menjaga alam tanah leluhurnya di Haruku, Kec. Haruku, Kab. Maluku Tengah, Prov. Maluku.
Bapak Eli begitu dia biasa dipanggil menghabisan hampir seluruh hidupnya untuk menjaga alam Haruku berupa hutan dan laut dari perilaku manusia yang serakah dan yang merusak. Eli membagikan kisahnya dalam menjaga kearipan lokal dan warisan yang ditinggalkan leluhurnya sejak ratusan tahun pada NusaNTaRa.Com selama 41 tahun bertepatan hari Pahlawan 2020.
Bagi Eli sejak kecil ia sudah dibiasakan untuk menjaga alam hingga ia tidak melanjutkan sekolah, baginya meski tidak bersekolah tinggi kita juga bisa menjaga alam asal memiliki keihlasan mengabdi, iapun menyadari bahwa tugas tersebut tidak mudah terlebih usia sudah tua.
" Kewang itu pekerjaan berat. Kerja tanpa pamrih tidak digaji namun saya tetap mengabdi untuj alam. Kenapa ? Karena bumi bumi adalah titipan Tuhan untuk anak cucu ", Ujar SiDin Eliza Marten Kissyo penerima menghargaan Kalpataru tahun 1985.
Keberadaan kewang di Negeri Haruku sudah ada sejak 1.600 tahun lalu jauh sebelum manusia modern dan ahli lingkunam berbicara tentang pembamgunan berkolanjutan, konservasi, reboisasi, maupun revitalisasi, tapi Kewang sudah bergerak untuk menjaga Laut dan hutan melalui aturan adat yaitu SASI atau LARANGAN. Sasi diterap agar masyarakat tidak seenaknya saja mrngeruk sumber daya alam.
Kewang harus tetap berjaga - jaga dihutan untuk menegakkan Sasi, seperti jika ada warga yang hendak kehutan mrmotong daun Rumbia atau sagu maka harus seizin Kewang dulu meski pohon yang dipotong itu milik warga sondiri. " Setiap hari Jum'at Kewang di Haruku menggelar sidang, membicarakan banyak hal termasuk jumlah pelepah sagu yang dipotong haruseizin Kewang. Karena Sagu adalah kehormatan lokal kami yang harus dijaga. Jika lalai generasi mendatang bisa - bisa tidak lagi mengenal Sagu ", Ujar SiDin Eliza Marten Kissya dengan Soppenger ( ).
LAnds cap kota Haruku |
Menurut Eliza Sasi yang paling terkenal di Haruku adalah Ikan Lumpat, sasi ini perpaduan antara sasi laut dan sasi sungai. Sebenarnya makna dan bentuk sadi banyak dan luas karena mengambil buah-buah muda juga sasi. " Jadi sebelum kita lahir, kearofan lokal itu sudah ada. Hanya saja kita kerap salah menerkanya. Sebab itu, mari menjaga dan memanfaatkan alam dengan arief ", Ujar SiDin Eliza Laji.
Eliza juga sangat mengapresiasi kelompok remaja dan pencinta lingkungan yang timbuh saat ini karena akan memudahkan dalam menjaga hutan dan laut, serta mendukung memasyarakatkan lingkungan hijau dan menjaga alam terbebas dari sebaran Sampah yang tidak sehat.
Sikap terpuji telah diperlihatkan Tim ekspedisi Maluku EcoNusa dengan penanaman 520 pohon Mangrove dipesisir pantai, bersih - bersih laut dan menanam karang karang diperairan pantai Haruku. " Kalau borlayar ke utara memang badai tak diduga, saatnya EcoNusa dan kewang Haruku angkat suara selamatkan bumi sekarang juga ", Ujar SiDin Eliza Marthen Kissya.
Penyu berenang di pantai dari laut,
Eliza Marthen Kissya kewang penjaga hutan dan laut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar