Rabu, 03 Juni 2020

PASILITAS PENDUKUNG PERIKANAN KURANG, 20,5 TON IKAN TUNA DIKUBUR DI WASILEO HALMAHERA TIMUR.

NusanTaRa.Com
byMuhammaDNunukaN,        28/04/2020


Kurang lebih empat koma lima ton ikan  Tuna  hasil tangkapan nelayan  Desa Wasileo, Halmahera Timur, Maluku Utara, rusak karena kekurangan es (pendingin), awal April lalu.   Di Desa Wasileo, tak ada es balok atau es butiran,  mereka Cuma  menggunakan es dari Morotai yang disiapkan pengepul untuk keperluan hasil tangkapannya yang tentunya sangat kurang dari kebutuhannya.

Keadaan ini tentunya membuat banyak nelayan di Halmahera Timur, Maluku Utara, terpaksa mengubur tuna hasil tangkapan mereka karena rusak sebelum terjual di Pulau Morotai. Ada sekitar empat koma lima ton tuna, tiga ton dikubur di Sangowo, Morotai Timur, selebihnya dibawa lagi ke Desa Wasileo, Kecamatan Wasile Utara, Halmahera Timur.     Katanya berbau tak sedap karena kekurangan es untuk pendinginan ikan itu  ”, Ujar SiDin Muksin Goroahe, nelayan Wasileo, Wasile Utara, Halmahera Timur, 9 April lalu.   
  
Muksin bilang, tuna sekitar  empat koma lima  ton dibawa ke pengepul di Morotai dan rusak,     Torang pe ikan dibawa ke Morotai karena ada yang meminta stok yang ditangkap segera dibawa.  Sayangnya, sampai di perusahaan dikatakan ikan sudah rusak atau berbau karena kekurangan es  ”, Ujar SiDin Muksin.   Semua itu hasil tangkapan 20 armada nelayan selama dua hari, pada 3-4 April,  hasil tangkapan   melimpah namun es terbatas hingga ikan rusak cepat,  kalaupun ada mereka gunakan es dari Marotai yang torbatas.   Di Morotai, mayoritas nelayan tuna di bawah naungan Koperasi Sentra Kelautan Perikanan Terpadu (SKPT) Morotai, yang ditangani langsung perusahaan pembeli tuna, PT Harta Samudera.

Es dari Halmahera Timur dihasilkan  Koperasi Nelayan dengan kapasitas terbatas bahkan untuk memenuhi anggotanyapun masih kurang.    Akibat kerusakan ini nelayan tidak memperoleh uang dan  20 armada harus menanggung utang bahan bakar  karena sebelumnya saat berangkat disediakan  para pengepul demikian juga kebutuhan laimnya.    BBM dibeli per liter Rp12.000 dan terpakai ada sekira dua ton. Artinya, nelayan berutang lagi karena ikan mereka tidak laku  “,  sehingga kerugian sekali  melaut itu tidak kurang Rp 50 juta “.  

Nelayan lebih memilih menjual hasil ke Morotai ketimbang ke Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Manitingting di Haltim.   Jarak dari Wasileo ke PPI Manitingting sekitar 135 kilometer. Dari Wasileo ke Morotai, hanya 36 kilometer atau dengan transportasi laut sekitar tiga jam lebih.     Perusahaan di PPI Manitingting membeli ikan kami murah jadi tidak dijual ke sana. Ikan tidak masuk ukuran ekspor dibeli per kg hanya Rp5.000  ”,  Ujar SiDin Muksin dengan Plabomoranya (hebatnya).   
  
  Saya yang sponsor BBM dan es untuk nelayan Wasileo. Saat dibawa datang ikan rusak. Saat dibawa ke perusahaan pembeli tuna di SKPT Morotai, juga ditolak  ”,  Ujar SiDin Kahar Lastori, pengepul tuna asal Haltim.   Dia membenarkan kekurangan es jadi sumber masalah hingga tuna rusak.     Saya beli es balok di pabrik es Morotai per per balok Rp10.000. Ada 220 balok total Rp3 juta, dibawa ke Halmahera Timur. Itu juga tidak cukup  ”,  Ujar SiDin Kahar. 

“  Perusahaan mengecek daging, semua sudah berbau. Akhirnya,  saya minta ikan dikeluarkan dari pabrik pengolahan. Perusahaan membeli ikan yang kualitas baik  ”, katanya.   Hanya ada enam tuna seberat 177 kilogram seharga Rp 4 juta, sisanya, terpaksa dikubur.    Mereka mencoba membawa 25 tuna ke pasar tetapi tidak semua laku karena daging sudah terasa gatal. “ Sebagian kita berikan ke warga untuk abon ikan ”.

Hamka Lastori, pengepul, mengaku rugi sampai Rp100 juta dan berkata,      Kami rugi lumayan besar karena BBM, es, dan kebutuhan nelayan kami sediakan   “.    Sebagai pengepul, dia juga meminta pemerintah  memperhatikan persoalan ini.  Setidaknya, kata Lastori, ada pabrik es tidak jauh dari operasi nelayan, misal, di Haltim ada pabrik es kapasitas lima ton,     Kalau tidak, kasus ikan rusak akan tetap terjadi  ”,   Hamka bilang, kejadian ini bukan kali pertama. Setiap tahun, mereka mengubur ikan karena kurang es terutama saat tangkapan meningkat.

Asmar Daud, Kepala Dinas Perikanan Halmahera Timur mengatakan, masalah ini seharusnya sudah tanggung jawab pengusaha atau pengepul. Pengepul, katanya, yang datang membeli ikan nelayan harusnya sudah menyiapkan kebutuhan es sampai cukup agar tak rusak.   Dia contohkan, selama mengizinkan pembeli dari Bitung, Sulawesi Utara, masuk, tuna daerah itu tak pernah ada masalah bahkan pembeli telah  berjaga berbulan-bulan untuk membeli ikan nelayan sehingga tak ada yang rusak.



Ikan tuna ditangkap ditengah lauk,
Di Waesilo Haltim 20,5 ton ikan tuna membusuk. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...