NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 04/07/2019
“ Contemporary
Worlds : Indonesia “, demikian thema pameran karya seni rupa
kontemporer yang dibuka hari Jumat
(21/6/2019) dan akan ditutup 27/10/2019 mendatang, kurang lebih empat
bulan. Pameran diselenggarakan di salah satu galeri
seni terkenal, National Gallery of Australia (NGA) di ibukota Canberra, menampilkan karya 20 seniman Indonesia, baik
yang baru mulai berkarya maupun yang sudah mapan.
Pagelaran pameran
ini juga menjadikan yang pertama kalinya Australia menjadi tuan rumah untuk
menunjukkan karya seniman-seniman Indonesia di abad ke-21. Para seniman menampilkan 55 karya dengan
berbagai kesenian, mulai dari seni lukis, ukir, fotografi, sinematografi,
keramik, seni instalasi, tekstil, sinematografi, hingga seni gerak, ditampilkan
dan dipamerkan di NGA yang merupakan salah satu galeri seni bergengsi dan
ternama di dunia.
Salah satu karya
yang terlihat dalam pameran ini, karya
FX Harsono ini adalah serangkaian tiang bambu yang menggantung berbagai foto,
juga cawan porselen, dan buku-buku pelajaran.
Disisi lain di atas tiang bambu
itu bergelantungan kabel listrik dengan lampu guna menggambarkan perjuangan
orang dari kelompok Tionghoa dari dulu
yang masih bertahan sampai sekarang dengan berbagai kendala yang harus mereka
rentasi.
Seniman Indonesia di Canberra |
Pameran ini secara
resmi diluncurkan secara bersama oleh Kristiarto Legowo, Dubes RI untuk
Australia, Gary Quinlan Dubes Australia untuk Indonesia dan Nick Mitzevich Direktur NGA sebagai keabsahan
penyelenggaraan acara ini. Pameran ini
menampilkan para seniman Indonesia yang berkarya sejak jatuhnya Presiden
Soeharto di tahun 1998, masa yang kemudian dikenal di Indonesia dengan sebutan
jaman Reformasi.
Tak ayal lagi
pameran ini dimeriahkan para seniman
yang cukup mapan seperti Herbert Hans,
Zico Albaiquni, Akiq AW, Febie Babyrose, Mella Jaarsma,
Faisal Habibi, Duto Hardono, FX
Harsono, Ruddy Hatumena, Adi 'Uma Gumma'
Kusuma, MES 56, I Gusti Ayu Kadek (IGAK)
Murniasih, Eko Nugroho, Garin Nugroho, Octora, Yudha 'Fehung' Kusuma Putera,
Tita Salina, Julian Abraham ‘ Togar’, Tisna
Sanjaya, Handiwirman Saputra, Uji 'Hahan' Handoko Eko Saputro, Albert Yonathan
Setyawan, Jompet Kuswidananto, Melati Suryodarmo, Tromarama,
Agus Suwage, I Made Wiguna
Valasara dan Entang Wiharso.
Kutipan wartawan NusanTaRa.Com BakuiNunukan dari Nick Mitzevich Direktur
NGA Nick Mitzevich dalam salah satu sambutannya mengatakan bahwa seni adalah
salah satu cara yang bagus untuk mempererat hubungan antar warga Indonesia dan
Australia, " Seni memberikan cara yang penuh makna bagi
warga Australia untuk belajar dan memahami salah satu tetangga paling penting
yaitu Indonesia ", Ujar SiDin Nick Mitzevich.
Menurut Kurator
Senior Bidang Seni Asia di NGA, Carol Cains, para seniman Indonesia dalam
karyanya berusaha menjelajahi dan mengkaji kembali sejarah, isu politik dan
perkembangan sosial di Indonesia. " Masing-masing seniman terinspirasi oleh
pengalaman pribadi dan karya mereka menghubungkan masa lalu dan mas sekarang yang
terjadi di Indonesia ", Ujar SiDin Cains. Salah seorang seniman tersebut adalah FX
Harsono warga keturunan Tionghoa yang melihat masalah keadilan dan ketidak
adilan yang dilaluinya, pameran ini ia menampilkan karyanya berjudul Gazing on
Collective Memory, yang sudah dibeli oleh NGA.
FX Harsono kepada
wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya, Senin
(24/6/2019) mengatakan karyanya bernama Gazing on Collective Memory yang
dibuatnya di tahun 2016, sebuah seni instalasi yang menggambarkan
sejarah warga Tionghoa di Indonesia mulai dari jaman sebelum Indonesia merdeka
sampai sekarang. " Memori kolektif ini berasal dari apa yang
terjadi di Indonesia dimana ketika sebelum Orde Baru ada, budaya Tionghoa di
Indonesia berkembang baik ", Ujar
SiDin FX Harsono, " Namun
kemudian di jaman Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, hal-hal
yang berkenaan dengan Tionghoa dilarang, dan di jaman Reformasi kemudian
dibebaskan lagi ".
" Di jaman reformasi kita melihat misalnya
barang-barang yang datang dari China tidaklah sama dengan apa yang sudah ada di
jaman sebelum Orde Baru. Inilah yang kemudian saya masukan dalam memori
kolektif ", Ujar SiDin FX Harsono
dengan plabomoranya dan yang merupakan
generasi keenam warga Tionghoa di Indonesia.
FX Harsono |
Mainan Gasing beputar lama,
Seniman
kontemporer Indonesia pameran di Canberra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar