Jumat, 22 November 2019

SENIMAN INDONESIA MEMAMERKAN KARYA SENI RUPA KONTEMPORER DI CANBERRA.


NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN,  04/07/2019

 
“ Contemporary Worlds  :  Indonesia  “, demikian thema pameran karya seni rupa kontemporer  yang dibuka hari Jumat (21/6/2019) dan akan ditutup 27/10/2019 mendatang, kurang lebih empat bulan.    Pameran diselenggarakan di salah satu galeri seni terkenal, National Gallery of Australia (NGA) di ibukota Canberra,   menampilkan karya 20 seniman Indonesia, baik yang baru mulai berkarya maupun yang sudah mapan.

Pagelaran pameran ini juga menjadikan yang pertama kalinya Australia menjadi tuan rumah untuk menunjukkan karya seniman-seniman Indonesia di abad ke-21.   Para seniman menampilkan 55 karya dengan berbagai kesenian, mulai dari seni lukis, ukir, fotografi, sinematografi, keramik, seni instalasi, tekstil, sinematografi, hingga seni gerak, ditampilkan dan dipamerkan di NGA yang merupakan salah satu galeri seni bergengsi dan ternama di dunia.

Salah satu karya yang terlihat dalam pameran ini,  karya FX Harsono ini adalah serangkaian tiang bambu yang menggantung berbagai foto, juga cawan porselen, dan buku-buku pelajaran.   Disisi lain di atas tiang bambu itu bergelantungan kabel listrik dengan lampu guna menggambarkan perjuangan orang dari  kelompok Tionghoa dari dulu yang masih bertahan sampai sekarang dengan berbagai kendala yang harus mereka rentasi.

Seniman Indonesia di Canberra
Pameran ini secara resmi diluncurkan secara bersama oleh Kristiarto Legowo, Dubes RI untuk Australia,  Gary Quinlan  Dubes Australia untuk Indonesia  dan Nick Mitzevich  Direktur NGA sebagai keabsahan penyelenggaraan acara ini.   Pameran ini menampilkan para seniman Indonesia yang berkarya sejak jatuhnya Presiden Soeharto di tahun 1998, masa yang kemudian dikenal di Indonesia dengan sebutan jaman Reformasi.

Tak ayal lagi pameran ini dimeriahkan  para seniman yang  cukup mapan seperti  Herbert Hans,  Zico Albaiquni, Akiq AW, Febie Babyrose,  Mella Jaarsma,  Faisal Habibi,  Duto Hardono, FX Harsono, Ruddy Hatumena,  Adi 'Uma Gumma' Kusuma,  MES 56, I Gusti Ayu Kadek (IGAK) Murniasih, Eko Nugroho, Garin Nugroho, Octora, Yudha 'Fehung' Kusuma Putera, Tita Salina, Julian Abraham ‘ Togar’,  Tisna Sanjaya, Handiwirman Saputra, Uji 'Hahan' Handoko Eko Saputro, Albert Yonathan Setyawan,  Jompet Kuswidananto,  Melati Suryodarmo,  Tromarama,  Agus Suwage,  I Made Wiguna Valasara dan Entang Wiharso.

Kutipan wartawan NusanTaRa.Com BakuiNunukan  dari Nick Mitzevich Direktur NGA Nick Mitzevich dalam salah satu sambutannya mengatakan bahwa seni adalah salah satu cara yang bagus untuk mempererat hubungan antar warga Indonesia dan Australia,  "  Seni memberikan cara yang penuh makna bagi warga Australia untuk belajar dan memahami salah satu tetangga paling penting yaitu Indonesia  ",  Ujar SiDin Nick Mitzevich.

Menurut Kurator Senior Bidang Seni Asia di NGA, Carol Cains, para seniman Indonesia dalam karyanya berusaha menjelajahi dan mengkaji kembali sejarah, isu politik dan perkembangan sosial di Indonesia.   "  Masing-masing seniman terinspirasi oleh pengalaman pribadi dan karya mereka menghubungkan masa lalu dan mas sekarang yang terjadi di Indonesia  ", Ujar SiDin Cains.   Salah seorang seniman tersebut adalah FX Harsono warga keturunan Tionghoa yang melihat masalah keadilan dan ketidak adilan yang dilaluinya,  pameran ini ia  menampilkan karyanya berjudul Gazing on Collective Memory, yang sudah dibeli oleh NGA.

FX Harsono kepada wartawan ABC Indonesia Sastra Wijaya,  Senin (24/6/2019) mengatakan karyanya bernama Gazing on Collective Memory yang dibuatnya di tahun 2016,   sebuah seni instalasi yang menggambarkan sejarah warga Tionghoa di Indonesia mulai dari jaman sebelum Indonesia merdeka sampai sekarang.   "  Memori kolektif ini berasal dari apa yang terjadi di Indonesia dimana ketika sebelum Orde Baru ada, budaya Tionghoa di Indonesia berkembang baik  ", Ujar SiDin FX Harsono,    "  Namun kemudian di jaman Orde Baru di bawah pemerintahan Presiden Soeharto, hal-hal yang berkenaan dengan Tionghoa dilarang, dan di jaman Reformasi kemudian dibebaskan lagi  ".

"  Di jaman reformasi kita melihat misalnya barang-barang yang datang dari China tidaklah sama dengan apa yang sudah ada di jaman sebelum Orde Baru. Inilah yang kemudian saya masukan dalam memori kolektif  ", Ujar SiDin FX Harsono dengan plabomoranya dan  yang merupakan generasi keenam warga Tionghoa di Indonesia.

FX  Harsono
 
Mainan Gasing  beputar  lama,
 Seniman kontemporer Indonesia pameran di Canberra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...