NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 31/10/2019
Kembali ke kampung
halaman usai menyelesaikan studi di AS, fisikawan perempuan pertama asal Papua,
Yane Oktovina Ansanay, bertekad mengembangkan energi di Papua melalui
pemanfaatan teknologi energi baru dan terbarukan. Lama mengenyam pendidikan di luar negeri
tidak membuat perempuan kelahiran Jayapura ini lupa dengan tanah kelahirannya, kecintaan terhadap Papua juga yang mendasari
keputusannya memilih menekuni studi fisika terapan khususnya energi baru dan terbarukan, "Saya mengambil studi fisika bio
material dengan spesifikasi energi baru dan terbarukan."
Yane Ansanay 33
tahun, peraih gelar doktor fisika
perempuan pertama asal Papua, setelah sukses mengungguli ilmuwan fisika dari
berbagai negara seperti Jepang, China, Amerika dan Eropa dan mendapatkan
beasiswa Graduates Research Assistant -PhD Candidate dari North Carolina State
University. Yane Ansanay, 33 tahun,
meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang Fisika dari North Carolina State
University di Amerika Serikat pada tahun 2015,
sebelumnya ia menamatkan studi master Fisika juga di almamater yang
sama.
" Walau ada program pemerataan listrik dari
pemerintah tapi prakteknya sendiri mengalami kendala karena topografi Papua
yang memang sulit berbukit-bukit atau pegunungan ".
Mungkin karena keterisolasian dan topografi banyak desa sehingga "
Di Papua belum semua desa atau kampung mendapat aliran listrik ", "
Jadi harus ada pendekatan lain yang lebih sesuai dengan alam Papua untuk
penuhi kebutuhan energy ", Ujar
SiGaluh Yane.
Pemanfaatan energi
baru dan terbarukan ini baginya sudah sangat mendesak dilakukan di Papua, Tidak hanya untuk energi listrik, masyarakat
Papua juga membutuhkan sumber energi alternatif untuk menggantikan minyak tanah
yang masih digunakan secara luas di Papua.
" Kalau dibanyak daerah udah
umum pakai gas ya, tapi di Papua belum, kami masih umum pakai minyak tanah ".
" Seminggu sekali atau dua minggu sekali mobil
Pertamina masuk mendrop minyak tanah dan orang-orang akan berjejer 10-20 meter
mengantri minyak tanah ", semua itu baginya sudah menjadi pemandangan
umum dipedalaman bahkan di Jayapura. Baginya Tanah Papua sangat kaya dengan bahan-bahan
alam yang bisa dikonversi menjadi energi terbarukan, seperti banyaknya limbah buah-buahan di Pasar Papua
yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat bioetanol. "
Karena bioethanol kalau proses pembuatannya sempurna itu bisa jadi
pengganti bensin, tapi kalau yang sederhana yang bisa dibuat di rumah-rumah itu
bisa jadi pengganti minyak tanah ",
Ujar SiGaluh Yane.
Ia telah
mengujicobakan proyek bio etanolnya tapi perlu proses panjang dan kini ia
bergabung sebagai staf pengajar studi Teknik geofisika di Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Cendrawasih, Papua. "
Di Uncen kami punya tim energi baru dan terbarukan, kita tengah meneliti
potensi mikro algae untuk pengganti solar, itu endemik di setiap tempat di
dunia ".
Gerakan Papua Muda
Inspiratif yang didiriannya didapuk untuk mengawaki pembangunan sumber daya
manusia Papua yang inovatif. Lewat
gerakan ini pula, Yane Ansanay menerima tugas baru dari pemerintah untuk
memimpin rencana pendirian laboratorium sains teknologi terpadu di Papua. "
Saya dipercayakan oleh RI 1, Pak Jokowi, untuk membangun laboratorium
terpadu bersertifikasi ". "
Nantinya ini akan menjadi lab gabungan fisika, kimia, biologi dan IT
untuk menghasilkan berbagai penelitian untuk menghasilkan produk industri dari
sumber daya alam yang ada di Papua dan dikelola oleh orang Papua ", Ujar SiGaluh Yane.
" Misalnya ketika kami ingin melakukan
pengukuran karakterisasi fisika kimia dari bahan yang kami teliti, itu selalu
harus dikirim keluar daerah seperti ke Bogor, Jakarta, Malang atau ITB yang
memiliki instrumen lebih lengkap ". Selain itu kehadiran laboratorium terpadu nantinya
memiliki sertifikasi nasional dan internasional , ini
nantinya juga diharapkan dapat menjadi daya tarik ilmuwan asal Papua untuk giat
berkiprah di tanah kelahirannya sendiri.
" Kalau terealisasi lab ini bisa dikembangkan
menjadi lahan pekerjaan baru bagi pemuda Papua. Karena Pemda Papua sebenarnya
sudah banyak kirim anak belajar ke luar negeri untuk studi lanjut ".
" Tapi kadang
karena di luar negeri mereka
sudah terekspos dengan teknologi
yang canggih, maka ketika kembali ke Papua instrumennya serba terbatas mereka jadi kecewa
" sehingga "
Saya harap lab ini akan mengisi 'gap' ketimpangan itu sehingga mereka
mau kembali dan berkarya di Papua ".
Prestasi Yane dibidang Fisika mulai ditemukan oleh program pencarian anak jenius
yang dilakukan oleh Profesor Johannes Surya pada 2003, dengan lolos seleksi mengikuti pendidikan di Surya
Institut yang dikhususkan bagi anak dengan bakat dasar kuat atau jenius dan
mendapat gemblengan langsung dari fisikawan Johannes Surya untuk mengikuti
ajang Olimpiade Fisika Internasional.
" Tahun 2003-2004 setelah kelas 1 SMA, saya
lolos ikut sekolah dengan Profesor Johanes Surya di Tangerang. Muridnya semua anak-anak pintar dari berbagai
daerah, dari 14 orang, saya perempuan satu-satunya dan dari Papua ",
Ujar SiGaluh Yane Plabomoranya.
Yane kemudian
melanjutkan studi fisikanya di Universitas Pelita Harapan, dan lalu kemudian
meraih beasiswa untuk meneruskan sekolah masternya di North Carolina State
University di Amerika Serikat. Menurutnya
Papua masih memiliki banyak sosok lain yang mumpuni di bidang fisika, taro kata
Maya Wospakrik rekannya yang juga
alumnus North Carolina State University dan kini menjadi Peneliti Fisika Nuklir di Fermilab,
sebuah laboratorium sains di Illinois Amerika Serikat.
Anieke Boaire, perempuan pemenang First Step to Nobel Prize, sebuah kompetisi internasional Bergengsi dalam
Bidang Fisika. " Saya bermimpi, akan ada lebih banyak lagi
perempuan Papua yang mampu bersaing di kancah nasional dan internasional ",
ungkapnya. Khusus di bidang Fisika, ia optimistis ada banyak anak Papua yang berminat tinggi, "
Mereka itu ada minat, saya lihat tantangan sebagai pengajar di Papua
agak lebih dibandingkan dengan dosen di daerah lain ".
Mengajar anak-anak
Papua harus perlahan-lahan, kalau bagi yang sudah punya dasar yang kuat itu
bisa lebih cepat, tapi kalau bagi yang belum kita harus memberikan pemahaman
lebih. " Approachnya harus tepat dan dosen harus paham
psikologi ", Ujar SiGaluh
Yane.
Menuntut ilmu Turun
gunung keluar rimba,
Yane Ansanay doctor
perempuan pertama asal papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar