Senin, 11 November 2019

KEMBANGKAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN, YANE ANSANAY DOKTOR FISIKA PEREMPUAN PERTAMA DARI PAPUA.


NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG,  31/10/2019

 
Kembali ke kampung halaman usai menyelesaikan studi di AS, fisikawan perempuan pertama asal Papua, Yane Oktovina Ansanay, bertekad mengembangkan energi di Papua melalui pemanfaatan teknologi energi baru dan terbarukan.    Lama mengenyam pendidikan di luar negeri tidak membuat perempuan kelahiran Jayapura ini lupa dengan tanah kelahirannya,    kecintaan terhadap Papua juga yang mendasari keputusannya memilih menekuni studi fisika terapan khususnya energi baru dan terbarukan,  "Saya mengambil studi fisika bio material dengan spesifikasi energi baru dan terbarukan."

Yane Ansanay 33 tahun, peraih  gelar doktor fisika perempuan pertama asal Papua, setelah sukses mengungguli ilmuwan fisika dari berbagai negara seperti Jepang, China, Amerika dan Eropa dan mendapatkan beasiswa Graduates Research Assistant -PhD Candidate dari North Carolina State University.     Yane Ansanay, 33 tahun, meraih gelar doktor (Ph.D) di bidang Fisika dari North Carolina State University di Amerika Serikat pada tahun 2015,  sebelumnya ia menamatkan studi master Fisika juga di almamater yang sama.

"  Walau ada program pemerataan listrik dari pemerintah tapi prakteknya sendiri mengalami kendala karena topografi Papua yang memang sulit berbukit-bukit atau pegunungan  ".  Mungkin karena keterisolasian dan topografi banyak desa sehingga   " Di Papua belum semua desa atau kampung mendapat aliran listrik ",   "  Jadi harus ada pendekatan lain yang lebih sesuai dengan alam Papua untuk penuhi kebutuhan energy  ", Ujar SiGaluh Yane.

Pemanfaatan energi baru dan terbarukan ini baginya sudah sangat mendesak dilakukan di Papua,  Tidak hanya untuk energi listrik, masyarakat Papua juga membutuhkan sumber energi alternatif untuk menggantikan minyak tanah yang masih digunakan secara luas di Papua.   "  Kalau dibanyak daerah udah umum pakai gas ya, tapi di Papua belum, kami masih umum pakai minyak tanah  ".

"  Seminggu sekali atau dua minggu sekali mobil Pertamina masuk mendrop minyak tanah dan orang-orang akan berjejer 10-20 meter mengantri minyak tanah  ",  semua itu baginya sudah menjadi pemandangan umum dipedalaman bahkan di Jayapura.   Baginya  Tanah Papua sangat kaya dengan bahan-bahan alam yang bisa dikonversi menjadi energi terbarukan,   seperti  banyaknya limbah buah-buahan di Pasar Papua yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan pembuat bioetanol.   "  Karena bioethanol kalau proses pembuatannya sempurna itu bisa jadi pengganti bensin, tapi kalau yang sederhana yang bisa dibuat di rumah-rumah itu bisa jadi pengganti minyak tanah  ",  Ujar SiGaluh Yane. 

Ia telah mengujicobakan proyek bio etanolnya tapi perlu proses panjang dan  kini ia  bergabung sebagai staf pengajar studi Teknik geofisika di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Universitas Cendrawasih, Papua.   "  Di Uncen kami punya tim energi baru dan terbarukan, kita tengah meneliti potensi mikro algae untuk pengganti solar, itu endemik di setiap tempat di dunia  ".

Gerakan Papua Muda Inspiratif yang didiriannya didapuk untuk mengawaki pembangunan sumber daya manusia Papua yang inovatif.    Lewat gerakan ini pula, Yane Ansanay menerima tugas baru dari pemerintah untuk memimpin rencana pendirian laboratorium sains teknologi terpadu di Papua.   "  Saya dipercayakan oleh RI 1, Pak Jokowi, untuk membangun laboratorium terpadu bersertifikasi  ".   "  Nantinya ini akan menjadi lab gabungan fisika, kimia, biologi dan IT untuk menghasilkan berbagai penelitian untuk menghasilkan produk industri dari sumber daya alam yang ada di Papua dan dikelola oleh orang Papua  ", Ujar SiGaluh Yane.

"  Misalnya ketika kami ingin melakukan pengukuran karakterisasi fisika kimia dari bahan yang kami teliti, itu selalu harus dikirim keluar daerah seperti ke Bogor, Jakarta, Malang atau ITB yang memiliki instrumen lebih lengkap  ".   Selain itu kehadiran laboratorium terpadu nantinya memiliki sertifikasi nasional dan internasional ,   ini nantinya juga diharapkan dapat menjadi daya tarik ilmuwan asal Papua untuk giat berkiprah di tanah kelahirannya sendiri.

"   Kalau terealisasi lab ini bisa dikembangkan menjadi lahan pekerjaan baru bagi pemuda Papua. Karena Pemda Papua sebenarnya sudah banyak kirim anak belajar ke luar negeri untuk studi lanjut  ".    "  Tapi  kadang  karena di luar  negeri  mereka sudah  terekspos  dengan  teknologi  yang canggih, maka ketika  kembali  ke Papua instrumennya  serba  terbatas mereka  jadi kecewa  "  sehingga  "  Saya harap lab ini akan mengisi 'gap' ketimpangan itu sehingga mereka mau kembali dan berkarya di Papua  ".

Prestasi Yane  dibidang Fisika mulai  ditemukan oleh program pencarian anak jenius yang dilakukan oleh Profesor Johannes Surya pada 2003, dengan  lolos seleksi mengikuti pendidikan di Surya Institut yang dikhususkan bagi anak dengan bakat dasar kuat atau jenius dan mendapat gemblengan langsung dari fisikawan Johannes Surya untuk mengikuti ajang Olimpiade Fisika Internasional.

"  Tahun 2003-2004 setelah kelas 1 SMA, saya lolos ikut sekolah dengan Profesor Johanes Surya di Tangerang.   Muridnya semua anak-anak pintar dari berbagai daerah, dari 14 orang, saya perempuan satu-satunya dan dari Papua  ",  Ujar SiGaluh Yane Plabomoranya.

Yane kemudian melanjutkan studi fisikanya di Universitas Pelita Harapan, dan lalu kemudian meraih beasiswa untuk meneruskan sekolah masternya di North Carolina State University di Amerika Serikat.  Menurutnya Papua masih memiliki banyak sosok lain yang mumpuni di bidang fisika, taro kata Maya Wospakrik  rekannya yang juga alumnus North Carolina State University dan kini   menjadi Peneliti Fisika Nuklir di Fermilab, sebuah laboratorium sains di Illinois Amerika Serikat.

Anieke Boaire,  perempuan pemenang First Step to Nobel Prize,  sebuah kompetisi internasional Bergengsi dalam Bidang Fisika.   "  Saya bermimpi, akan ada lebih banyak lagi perempuan Papua yang mampu bersaing di kancah nasional dan internasional  ",   ungkapnya.   Khusus di bidang Fisika, ia optimistis  ada banyak anak Papua yang berminat tinggi,  "  Mereka itu ada minat, saya lihat tantangan sebagai pengajar di Papua agak lebih dibandingkan dengan dosen di daerah lain  ".

Mengajar anak-anak Papua harus perlahan-lahan, kalau bagi yang sudah punya dasar yang kuat itu bisa lebih cepat, tapi kalau bagi yang belum kita harus memberikan pemahaman lebih.    "  Approachnya harus tepat dan dosen harus paham psikologi  ", Ujar SiGaluh Yane.  


Menuntut ilmu Turun gunung keluar rimba,
Yane Ansanay doctor perempuan pertama asal papua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...