NusanTaRa.Com
byRezAGunadhA, 12/11/2018.
Manajemen yang berusaha terus meyakinkan pemerintah dan swasta agar mau mengoperasikan lagi, walaupun tidak mudah dan berliku, disamping itu mereka tetap berusaha membenahi menejemen internal semaksimalnya seperti menyelesaikan hak karyawan yang tidak digaji selama ini, serta berupaya meyakinkan pemerintah dan mengundang investor swasta untuk investasi.
Pihak Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, serta investor swasta telah menyatakan bahwa MNA perlu dihidupkan kembali mengingat keberadaannya diyakini sangat dibutuhkan untuk mengimbangi maskapai swasta. " Sudah ada investor swasta yang bersedia menanamkan Rp 6,4 triliun untuk mengoperasikan kembali Merpati, dan saat ini adalah momentum yang tepat untuk perusahaan berkiprah lagi di bisnis penerbangan ", Ujar SiDin Asep didampingi Direktur Utama PT Merpati Training Center Taufan Yuniar.
Dia optimistis beroperasinya MNA akan bisa bersaing dengan maskapai penerbangan lain yang ada saat ini, mengingat ceruk pasar penerbangan di Indonesia masih terbuka luas, sebagai akibat dari dukungan pemerintah dalam transportasi Udara seperti banyaknya dibangun bandar udara di beberapa daerah serta ditetapkannya 10 destinasi wisata.
Sepuluh destinasi pariwisata yang menjadi prioritas pemerintah adalah Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan, kata Asep, tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia. " Tapi pesawat yang kami gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak ", Ujar SiDin lagi jar tanpa menyebut jenis pesawat apa ?. Ia menambahkan kalau pihaknya dalam mengoperasikan MNA tahun depan tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC).
Selain akan lebih menyasar penerbangan di wilayah Indonesia timur, pihaknya juga akan melakukan penerbangan ke wilayah Indonesia barat yang dinilai sangat potensial juga memungkinkan ke luar negeri. " Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih baik. Apalagi selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi ", Ujar SiDin Asep.
Struktur organisasi baru PT MNA (Persero) telah selesai disusun dan pihak investor swasta menyatakan tidak minta jatah untuk duduk di struktur, " Investor hanya mau agar dana yang sudah ditanam bisa digunakan sebaik-baiknya, sehingga perusahaan bisa meraup laba seperti yang diharapkan ", Ujar SiDin lagi jar. Bagi pemerintah, bila MNA beroperasi lagi maka akan memiliki dampak positif karena akan menambah penerimaan pajak, akan menyerap banyak tenaga kerja apalagi saat ini banyak pilot yang menganggur dan masyarakat akan memiliki banyak pilihan untuk terbang ke beberapa daerah.
byRezAGunadhA, 12/11/2018.
Merpati satu maskapai penerbangan Tanah air yang pernah
jaya hingga tahun 1990an akan kembali mengarungi buana Nusantara, "
Rencana perusahaan pada saat dimulainya operasi penerbangan tahun depan
akan dilakukan di Biak, Provinsi Papua, yang selama ini merupakan salah satu
basis utama Merpati ", Ujar SiDin
Capt Asep Ekanugraha Direktur Utama PT
Merpati Nusantara Airlines (MNA), Minggu
(11/11/2018). PT
Merpati Nusantara Airlines (Persero) yang sejak 1 Februari 2014 berhenti
beroperasi akibat kesulitan keuangan, akan kembali beroperasi lagi pada 2019
menyusul pelaksanaan restrukturisasi dan revitalisasi perusahaan.
Ia mengatakan, sekalipun MNA sejak 1 Februari 2014 tidak beroperasi, bukan berarti manajemen berdiam diri dan tidak ada upaya untuk bangkit dari ” mati suri ”. Sebenarnya jauh sebelumnya MNA telah mengurangi jumlah armadanya dan hanya melayani melayani beberapa daerah penerbangan di Indonesia Timur seperti Papua dan beberapa kota Jawa dari sebelumnya yang melayani hampir seluruh rute penerbangan Nusantara.
Ia mengatakan, sekalipun MNA sejak 1 Februari 2014 tidak beroperasi, bukan berarti manajemen berdiam diri dan tidak ada upaya untuk bangkit dari ” mati suri ”. Sebenarnya jauh sebelumnya MNA telah mengurangi jumlah armadanya dan hanya melayani melayani beberapa daerah penerbangan di Indonesia Timur seperti Papua dan beberapa kota Jawa dari sebelumnya yang melayani hampir seluruh rute penerbangan Nusantara.
Manajemen yang berusaha terus meyakinkan pemerintah dan swasta agar mau mengoperasikan lagi, walaupun tidak mudah dan berliku, disamping itu mereka tetap berusaha membenahi menejemen internal semaksimalnya seperti menyelesaikan hak karyawan yang tidak digaji selama ini, serta berupaya meyakinkan pemerintah dan mengundang investor swasta untuk investasi.
Pihak Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan, serta investor swasta telah menyatakan bahwa MNA perlu dihidupkan kembali mengingat keberadaannya diyakini sangat dibutuhkan untuk mengimbangi maskapai swasta. " Sudah ada investor swasta yang bersedia menanamkan Rp 6,4 triliun untuk mengoperasikan kembali Merpati, dan saat ini adalah momentum yang tepat untuk perusahaan berkiprah lagi di bisnis penerbangan ", Ujar SiDin Asep didampingi Direktur Utama PT Merpati Training Center Taufan Yuniar.
Dia optimistis beroperasinya MNA akan bisa bersaing dengan maskapai penerbangan lain yang ada saat ini, mengingat ceruk pasar penerbangan di Indonesia masih terbuka luas, sebagai akibat dari dukungan pemerintah dalam transportasi Udara seperti banyaknya dibangun bandar udara di beberapa daerah serta ditetapkannya 10 destinasi wisata.
Sepuluh destinasi pariwisata yang menjadi prioritas pemerintah adalah Danau Toba (Sumut), Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
Perusahaan nantinya dalam mengoperasikan penerbangan, kata Asep, tidak menggunakan pesawat Boeing atau Airbus tapi akan menggunakan pesawat produksi Rusia. " Tapi pesawat yang kami gunakan adalah buatan Rusia dan bukan yang pernah kecelakaan di Gunung Salak ", Ujar SiDin lagi jar tanpa menyebut jenis pesawat apa ?. Ia menambahkan kalau pihaknya dalam mengoperasikan MNA tahun depan tidak akan bermain di segmen maskapai penerbangan bertarif rendah (LCC).
Selain akan lebih menyasar penerbangan di wilayah Indonesia timur, pihaknya juga akan melakukan penerbangan ke wilayah Indonesia barat yang dinilai sangat potensial juga memungkinkan ke luar negeri. " Kami sudah belajar dari kejatuhan perusahaan dan saatnya menatap ke depan yang lebih baik. Apalagi selain pemerintah dan investor swasta yang mendukung, sudah banyak perusahaan asuransi yang ikut mendorong beroperasinya MNA lagi ", Ujar SiDin Asep.
Struktur organisasi baru PT MNA (Persero) telah selesai disusun dan pihak investor swasta menyatakan tidak minta jatah untuk duduk di struktur, " Investor hanya mau agar dana yang sudah ditanam bisa digunakan sebaik-baiknya, sehingga perusahaan bisa meraup laba seperti yang diharapkan ", Ujar SiDin lagi jar. Bagi pemerintah, bila MNA beroperasi lagi maka akan memiliki dampak positif karena akan menambah penerimaan pajak, akan menyerap banyak tenaga kerja apalagi saat ini banyak pilot yang menganggur dan masyarakat akan memiliki banyak pilihan untuk terbang ke beberapa daerah.
Ditayangulang drSUARA.Com, 11/11/2018
Burung Merpati terbang tinggi,
Tahun depan (2019) Merpati mengudara Lagi.
GooD Day Anda " Cococinno ".
Penaja utama this Writted.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar