NusanTaRa.Com
byPakeLeE, 21/11/2018
Brunei di utara Kalimantan,
Jalin kerjasama untuk kesejahteraan
byPakeLeE, 21/11/2018
Kantor berita Xinhua China mengabarkan,
bahwa Brunei akan terus mendukung dan akan
tetap bersama-sama mempromosikan kerja sama dalam inisitatif sabuk dan jalan
yang dipelopori China, senin 19 / Nopember / 2018, setelah kedua pemimpin menggelar pertemuan kedua
dalam kunjungan Presiden China Xi
Jinping ke Brunei Darussalam usai menghadiri KTT APEC di Papua Niuginie.
KTT APEC yang diselenggarakan di Port
Moresby Papua Nuigini yang berakhir Minggu 18/11/2018 berakhir tanpa ada deklarasi akhir karena
adanya perbedaan tajam antara Amerika
Serikat dan China terkait perdagangan sebagaimana pernyataan PM Papua Nuigini Peter
O’Neill yang menjelaskan “ Duaa raksasa
di ruaang “ gagal mencapai kesepakatan.
Pengaruh China terhadap Brunei
sebagai Negara yang berpendapatan perkapita tertinggi didunia belum terlihat sangat meningkat karna masih pada kerja
sebelumnya, yang tak seberapa dalam mendukung pengebangan produksi oil mereka. Meski demikian beberapa pengamat tetap memprihatinkan
perkembangan akan hal itu karena semakin
agresifnya China menanamkan modalnya di berbagai negara, terutama di negara
miskin yang bakal kesulitan membayar utang.
Program Global China dalam
meningkatkan kemampuan mereka sebagai satu Negara kuat dimuka bumi diantaranya berupa Proyek Inisiatif Sabuk keamanan China
yang meliputi keamanan dan perdagangan yang hampiri melingkupi wilayah Negara di
Asia tenggara. Proyek ini mewujutkan
jalan bebas hambatan mulai dari China (Beijing)
Indochina, Malaysia dan Indonesia yang akan mendukung kemudahan mobilitas keamanan
dan perdagangan dikawasan tersebut yang berada di bawah control mereka.
China sudah sejak dahulu menanamkan modalnya
di berbagai negara Asia lainnya, demikian juga banyak perusahaan China yang
telah menanamkan modalnya di Brunei sebagai bagian dari politik infrastruktur
Beijing. Beberapa proyek besar tengah digarap China di Brunei antara lain
kilang penyulingan minyak, sebuah bendungan, dan jalan tol.
Negara bekas jajahan Inggris ini sebagian
besar pendapatannya berasal dari hasil minyak bumi yang berlimpah terlebih
dengan harga yang baik. Namun, ketika harga minyak dunia jatuh
perekonomian Brunei pun ikut jatuh ke
dalam resesi, apalagi Brunei, yang
pemasukannya berasal dari hidrokarbon akan semakin menyusut di masa mendatang. Mengatasi kondisi tersebut Brunei mencari
bantuan dari China sebagai alternatif pengembangan ekonomi, kata Murray Hiebert, pakar Asia Tenggara dari
lembaga riset Center for Strategic dan International Studies (CSIS).
Keprihatinan dunia muncul akan
keinginan Negara tersebut satu penguasa dunia,
karena begitu agresifnya akhir-akhir ini China menanamkan modalnya di
berbagai negara, terutama di negara miskin yang dapat mengakibatkan kesulitan
membayar utang. Menjelang akhir KTT
APEC 2018 lalu di Papua Niugini Wapres AS Mike Pence memperingatkan agar
negara-negara tidak terbujuk program infrastruktur China.
“
Beijing menawarkan pinjaman yang tak jelas dan bisa
memicu utang yang menggunung di suatu Negara “,
Ujar SiDin Pence, hal ini akan membawa Negara tersebut kesuatu problem nasional
negaranya yang lebih besar. Menanggapi
pandangan tersebut, Presiden Xi Jinping membantah tudingan Pence dan menegaskan
inisiatif yang ditawarkan China sama sekali bukan sebuah perangkap tapi untuk bersama
– sama mengembangkan daerah tersebut dan menjalin persahabatan menjadi lebih baik.
Brunei di utara Kalimantan,
Jalin kerjasama untuk kesejahteraan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar