NusanTaRa.Com
byAsnISamandaK, 26/2/2018
byAsnISamandaK, 26/2/2018
" Terima kasih sudah menyaksikan my silly
film ”, Ujar SiDin Keith Deligero
sutradara muda Film Babylon,
Filipina, sebuah film pendek
berdurasi 20 menit yang mengikuti Internasional
Festival Film Barlinale – 68th,
yang diikuti 24 Film dan 19 diantara mendapatkan piala
“ Golden Bear , Best Film award and Silver Best Award “.
Dia tak menyangka bahwa film karyanya tersebut dapat membuat para penonton menjadi
tertawa saat menyaksikan filmnya
berjudul Babylon (sebuah desa fiksi di Filipina), sehingga ia tampak gugup saat mengenalkan
filmya dihadapan penonton yang memadati studio 5 Cinemaxx.
Babylon
mengangkat kisah tentang dua gadis dari
kelompok radikal yang dikirim dari masa depan ke masa tahun 70-an, saat dimana belum ada telepon genggam atau
internet. Tujuan utama kedua gadis itu
mengadakan perjalanan waktu adalah untuk mengeksekusi Loy yang hadir dimuka
bumi dimasa lalu, seorang kepala clan yang merupakan
kepala daerah yang berkuasa di kawasan kota Babylon (Loy selalu
mengenakan Barong, kemeja khas Filipina).
Dalam kepemimpinan Loy merupakan
diktator negara itu di masa depan yang tentnya banyak menyulitkan
warga Babylon. Film ini sarat potret kehidupan
sehari-hari masyarakat di pulau Cebu
dengan keadaan daerah hijau berbukit,
motor-motor 2 tak dan sabung ayam.
Hal yang
menjadi perhatian dan kekhawatiran Keith
Deligero atas film garapannya Babylon
tersebut bahwa filmnya yang berkisah tentang hal yang
sensitip masyarakatnya bakal dilarang oleh pemerintah Duterte. “
Bila film tentang martial law zaman Marcos ( Ang Panahon Ng Halimaw --)
tidak di-banned, maka film saya tidak akan di-banned dong ", Ujar SiDin Deligero sumringah. Internasional Film Festival Berlinale 2018,
German di ikuti 6 film asal Asia Tenggara diantaranya 2 film berasal dari Filipina, film “ Ang Panahon Ng Halimaw “ di kategori
Competition dan “ Babylon “ di kategori Berlinale Shorts dan satu film Indonesia berjudul Sekala
Niskala dalam kategori Generation.
Bagi Keith
Deligaro maka film Babylon merupakan film keempatnya, dibuat bersama tim film yang telah pernah
bekerja sama sebelumnya jadi sudah saling kenal. "
Bagi saya film Babylon merupakan sebuah pelepas penat. Saya bisa lakukan apa yang saya mau. Sehari-hari,
saya bekerja dalam tim pembuatan
berbagai film komersial. Seperti film
film remaja, film jenis popcorn begitulah
", Ujar SiDin Keith Deligaro,
di ajang
Internasional Festival Film Barlinale ke 68 Jerman, yang berlangsung
sejak 15 -25 Februari 2018.
Di Festival
Barlinale Indonesia juga turut berpartisipasi dengan menghadirkan Film karya sutradara Karima Andini di
kategori Generation berdurasi 86 menit bertajok “ Sekala Niskala “. Film ini berkisah tentang sepasang anak
kembar Tantri dan Tantra diperankan Ni Kadek Thaly Titi Kasih dan Ida Bagus
Putu Radithya Mahijasena, mereka
menjalani berbagai kehidupan yang Magis saat bersama yang bera\latar kehidupan
Budaya Bali. Tantri anak perempuan usia
10 tahun pada suatu saat terbaring
lemah di rumah sakit dan mulai
kehilangan kemampuan indera satu persatu ,
pada satu tengah malam Tantri terbangun dari mimpi dan menemuai Tantra
lewat ekspresi tubuh Tantri mengalami perjalanan magis dan relasi emosional.
Film Sekala
Niskala garapan sutradara Kamila Andini meraih piala kemenangan di Berlin
International Film Festival ke - 68 di kategori
Generation Kplus lewat penghargaan yang diberikan juri internasional
pada Sabtu, 24 Februari 2018.
Generation Kplus salah satu sesi
pemutaran dalam Barlinale, Pemutaran
dilakukan antara lain di kebun binatang serta rumah pusat kebudayaan. Selain Kplus, sesi film khusus anak dan
orang muda adalah Generation 14Plus.
Dalam satu
ucapannya Deligero tentang film pertamnya yang menembus ke Festival
Barlinale, mengatakan " Saya tidak menyangka film ini bisa tembus
Berlinale. Film ini bahkan tidak menggunakan bahasa Tagalog maupun bahasa
Inggris tetapi bahasa daerah kami Cebuano
", pengguna bahasa Cebuano
di Filipina berkisar 18 juta orang. Baginya film-film berbahasa daerah sangat sulit
diproduksi secara komersial di Filipina,
“ Paling-paling diputar di
komunitas penggemar film, festival film lokal, tetapi tak mungkin masuk bioskop
utama Filipina ", Ungkap Keith Deligaro yang berasal dari Cebu city.
Putar Film di Barlinale Festival,
Film wujut ekspresi budaya dalam Journal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar