Senin, 05 Maret 2018

SUTRADARA KEITH DELIGERO TAKUT FILMNYA DILARANG PEMERINTAH FILIPINA.

NusanTaRa.Com
byAsnISamandaK, 26/2/2018



"  Terima kasih sudah menyaksikan my silly film  , Ujar SiDin Keith Deligero sutradara muda Film Babylon,  Filipina,  sebuah film pendek berdurasi  20 menit yang mengikuti   Internasional  Festival Film Barlinale –  68th, yang diikuti 24 Film dan 19 diantara mendapatkan  piala    Golden Bear ,  Best Film award and Silver Best Award   .   Dia tak menyangka bahwa film karyanya tersebut  dapat membuat para penonton  menjadi   tertawa saat menyaksikan filmnya berjudul Babylon (sebuah desa fiksi di Filipina),  sehingga ia tampak gugup saat mengenalkan filmya dihadapan penonton yang memadati studio 5 Cinemaxx.
                                                  
Babylon mengangkat  kisah tentang dua gadis dari kelompok radikal yang dikirim dari masa depan ke masa tahun 70-an,  saat dimana belum ada telepon genggam atau internet.   Tujuan utama kedua gadis itu mengadakan perjalanan waktu adalah untuk mengeksekusi Loy yang hadir dimuka bumi dimasa lalu,  seorang  kepala clan yang  merupakan  kepala daerah  yang berkuasa  di kawasan kota Babylon (Loy selalu mengenakan Barong, kemeja khas Filipina).   Dalam kepemimpinan Loy merupakan  diktator negara itu di masa depan yang tentnya banyak menyulitkan warga  Babylon.  Film ini sarat potret kehidupan sehari-hari  masyarakat di pulau Cebu dengan keadaan  daerah hijau berbukit, motor-motor 2 tak dan sabung ayam.

Hal yang menjadi perhatian dan kekhawatiran  Keith Deligero atas film garapannya Babylon  tersebut  bahwa  filmnya yang berkisah tentang hal yang sensitip masyarakatnya bakal dilarang oleh pemerintah Duterte.     Bila film tentang martial law zaman Marcos ( Ang Panahon Ng Halimaw --) tidak di-banned, maka film saya tidak akan di-banned dong  ", Ujar SiDin Deligero sumringah.    Internasional Film Festival Berlinale 2018, German  di ikuti  6 film asal Asia Tenggara diantaranya  2 film berasal dari Filipina,  film “ Ang Panahon Ng Halimaw “ di kategori Competition dan  “ Babylon “  di kategori Berlinale Shorts dan  satu film Indonesia berjudul   Sekala Niskala dalam kategori Generation.  

Bagi Keith Deligaro  maka  film Babylon merupakan film keempatnya,  dibuat bersama tim film yang telah pernah bekerja sama sebelumnya  jadi  sudah saling kenal.   "  Bagi saya film Babylon merupakan sebuah pelepas penat.   Saya bisa lakukan apa yang saya mau.   Sehari-hari,  saya bekerja dalam  tim pembuatan berbagai film komersial.  Seperti film film remaja, film jenis popcorn begitulah  ",  Ujar SiDin Keith Deligaro,  di ajang  Internasional Festival Film Barlinale ke 68 Jerman,  yang  berlangsung sejak 15 -25 Februari  2018.

Di Festival Barlinale Indonesia juga turut berpartisipasi dengan menghadirkan  Film karya sutradara Karima Andini di kategori Generation berdurasi 86 menit bertajok “ Sekala Niskala “.   Film ini berkisah tentang sepasang anak kembar Tantri dan Tantra diperankan Ni Kadek Thaly Titi Kasih dan Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena,  mereka menjalani berbagai kehidupan yang Magis saat bersama yang bera\latar kehidupan Budaya Bali.  Tantri anak perempuan usia 10 tahun  pada suatu saat  terbaring  lemah di rumah sakit  dan mulai kehilangan kemampuan indera satu persatu ,  pada satu tengah malam Tantri terbangun dari mimpi dan menemuai Tantra lewat ekspresi tubuh Tantri mengalami perjalanan magis dan relasi emosional.

Film Sekala Niskala garapan sutradara Kamila Andini meraih piala kemenangan di Berlin International Film Festival ke - 68 di kategori  Generation Kplus lewat penghargaan yang diberikan juri internasional pada Sabtu, 24 Februari 2018.    Generation Kplus  salah satu sesi pemutaran dalam Barlinale,   Pemutaran dilakukan antara lain di kebun binatang serta rumah pusat kebudayaan.   Selain Kplus, sesi film khusus anak dan orang muda adalah Generation 14Plus. 

Dalam satu ucapannya Deligero  tentang  film pertamnya yang menembus ke Festival Barlinale,  mengatakan   "  Saya tidak menyangka film ini bisa tembus Berlinale. Film ini bahkan tidak menggunakan bahasa Tagalog maupun bahasa Inggris tetapi bahasa daerah kami Cebuano  ",  pengguna bahasa Cebuano di Filipina berkisar 18 juta orang.    Baginya  film-film berbahasa daerah sangat sulit diproduksi secara komersial di Filipina,    Paling-paling diputar di komunitas penggemar film, festival film lokal, tetapi tak mungkin masuk bioskop utama Filipina  ",  Ungkap Keith Deligaro yang  berasal dari Cebu city.



Putar Film di Barlinale  Festival, 
Film wujut ekspresi budaya dalam Journal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PELAJAR PAPUA DI KOMPETISI INTERNASIONAL SAINS BALI MERAIH MEDALI EMAS

NusaNTaRa.Com          byDannYAsmorO,      M   i   n   g   g   u,    2   4     N  o  v  e  m  b  e  r     2   0   2   4       Tim Papua yang...