NusanTaRa.Com
byRyaNSyaHPutrA, 18,2/2018
Bunga Putih Bunga Buah Kopi.
Belum ke Aceh bila belum menyedu Kopi.
byRyaNSyaHPutrA, 18,2/2018
Mengunjungi
Banda Aceh tanpa menikmati seduhan Kopi
khas racikan Kedai Kopi disana rasanya kurang apdol, karena
minum Kopi bagi masyarakat dan
budaya Aceh sudah sangat kental melekat dalam kehidupan
sehari-hari warga disana . Keunggulan Seduhan Kopi Aceh bukan saja
karena merupakan penghasil kopi berkwalitas unggul seperti Arabica dan Robusta yang bercita rasa
tinggi, Racikan kopi tersendiri tersebut memberikan Aroma, rasa lebih dan cara penyajian kopi yang terkadang memberikan satu
ciri khas atau hiburan tersendiri, tentunya akan menambah kesan yang lebih
baik.
Kopi bagi
masyarakat Aceh adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan bagai sebuah
budaya hidup sejak dahulu, sehingga tak
heran bila ke Banda Aceh maka kedai kopi
akan banyak kita temui di berbagai
pelosok negeri berjuluk Serambi Mekkah yang
dipenuhi berbagai kalangan yang berbaur jadi satu, baik siang maupun malam. Dan Hebatnya lagi kedai Kopi tersebut selalu
dipenuhi para pelanggannya baik kedai
kopi di Pusat Perbelanjaan, Dekat Perantoran, Mall, Pasar Rakyat dan dipersimpangan jalan untuk
bersantai atau mengobrol dengan para koleganya sebagaimana Kedai Kopi Taufik yang saya kunjungi di
jalan Syiah Kuala Gampong Bandar Baru
Banda Aceh ketika itu.
Tidak terbatas
dari yang muda hingga yang tua, pria maupun wanita, miskin maupun kaya, semua
berbaur tanpa sekat-sekat pembatas menikmati Kopi, tradisi minum kopi ini telah berkembang turun
temurun seiring perkembangan Aceh sebagai salah satu daerah produsen kopi kelas
dunia. Sejak era kolonial Belanda hingga sekarang, setidaknya ada dua daerah
sentra produksi kopi di Aceh, yaitu Ulee Kareng dan Gayo. Kopi Ulee Kareng yang
termasuk jenis kopi Robusta dihasilkan dari Kecamatan Ulee Kareng dan Kopi Gayo yang termasuk jenis Kopi Arabika.
Kedai Kopi Menawarkan
berbagai kopi mulai dari kopi hitam, kopi susu hingga kopi sanger yakni
kopi campur susu, meski demikian anda juga dapat menemukan seperti espresso,
kopi luwak, kopi sanger, kopi telur. Ada
menu yang ditawarkan sesuai jenis biji kopi dan pemrosesannya seperti gayo,
peaberry (kopi jantan), honey, natural dan sebagainya. Uniknya,
kebanyakan kedai kopi menyuguhkan
kopi dengan proses seduhan manual,
bukan memakai mesin kopi seperti halnya di waralaba kedai kopi
internasional, Barista di kedai kopi itu
menyeduh dengan teknik V60, siphon atau french press. Harganya sangat bersahabat di kantong sekitar
Rp 5.000 sampai Rp 30.000.
Kopi Ulee
Kareng, menjadi Kopi khusus di Banda Aceh
sehingga tidak heran bila hampir semua kedai Kopi disana menyajikan
kopi poduksi daerah ini. Proses pengolahan bubuk kopi Ulee-Kareng di kedai-kedai kopi menyimpan keunikan tersendiri, bubuk kopi tidak sekedar diseduh dengan air
panas tetapi dimasak sehingga aroma dan
citarasa kopi yang keluar benar-benar kuat,
kopi yang telah dimasak ini kemudian mengalami beberapa kali proses
penyaringan menggunakan saringan berbentuk kerucut terbuat dari kain saringan
khusus.
Warkop (Warung
Kopi) JASA AYAH, yang beralamat di Jalan Tengku Iskandar Nomor 13 -14 Banda Aceh, merupakan salah satu
kedai kopi yang cukkup familiar dikalangan masyarakat Aceh dan sering menjadi
tempat nangkring para wisatawan yang datang kesana. Warkop yang telah berdiri sejak 1974 ini menyajikan kopi yang diproses sendiri sehingga menghasilkan cita rasa Kopi
tersendiri yang menyenangkan. Selain
Kopi produksi tersebut disajikan untuk para pengunjung di Warkop Jasa Ayah, juga menyajikan Kopi dalam bentuk kemasan yang cukup menarik dengan
lebel “
Coffee Solong “ , ada empat bentu kemasan yang sangat menarik untuk dijadikan oleh-oleh.
Kedai Kopi Menawarkan
berbagai kopi mulai dari kopi hitam, kopi susu hingga kopi sanger yakni
kopi campur susu, meski demikian anda juga dapat menemukan seperti espresso,
kopi luwak, kopi sanger, kopi telur. Ada
menu yang ditawarkan sesuai jenis biji kopi dan pemrosesannya seperti gayo,
peaberry (kopi jantan), honey, natural dan sebagainya. Uniknya,
kebanyakan kedai kopi menyuguhkan
kopi dengan proses seduhan manual,
bukan memakai mesin kopi seperti halnya di waralaba kedai kopi
internasional, Barista di kedai kopi itu
menyeduh dengan teknik V60, siphon atau french press. Harganya sangat bersahabat di kantong sekitar
Rp 5.000 sampai Rp 30.000.
Budaya minum
kopi di tengah masyarakat Aceh hingga
kini masih tetap terjaga meski zaman telah silih
berganti, Suatu tradisi yang turun temenurun hingga ke generasi muda
mereka saat ini. Perbedaannya mungkin
hanya sekedar pasilitas untuk menikmati
sajian tersebut, kalau dulu cukup
dengan sebuah kedai Kopi biasa namun sekarang kenikmatan tersebut bertambah
dengan adanya tambahan kenyamanan
fasilitas yang ditawarkan pengelola ikut
menentukan ramai tidaknya suatu kedai kopi di Banda Aceh. Tata ruang yang nyaman, tambahan sajian
kuliner lainnya dan fasilitas internet hotspot (wifi) gratis umumnya menarik
lebih banyak kalangan muda untuk betah berlama-lama di kedai kopi. Namun bagi mereka yang benar-benar penikmat
kopi tulen, warung yang sederhana namun menyajikan salah satu racikan kopi
terbaik di Aceh seperti Kedai Solong di Ulee Kareng, tetap menjadi tujuan nomor satu untuk
menikmati kelezatan racikan KOPI ACEH.
Junaidi pemilik warung Coffe Aceh di Simpang Lima Aceh mengatakan, ia mulai membuka kedai kopinya pukul 09.00 - 24.00 dan sehari bisa sampai 150 orang nangkring disini. " Orang sini suka nongkrong di kedai kopi, dari dulunya begitu, membahas politik, ekonomi, Silaturrahminya disitu orang Aceh. Ada tamu ya kita tawarkan kopi ", Ujar SiDin Junaidi (54 tahun).
Junaidi pemilik warung Coffe Aceh di Simpang Lima Aceh mengatakan, ia mulai membuka kedai kopinya pukul 09.00 - 24.00 dan sehari bisa sampai 150 orang nangkring disini. " Orang sini suka nongkrong di kedai kopi, dari dulunya begitu, membahas politik, ekonomi, Silaturrahminya disitu orang Aceh. Ada tamu ya kita tawarkan kopi ", Ujar SiDin Junaidi (54 tahun).
Peracik Kopi |
Belum ke Aceh bila belum menyedu Kopi.
Ada kopi masalahpun akan menghilang .....
BalasHapus