NusanTaRa.Com
byM. Zaid Wahyudi, 24/11/2017
Rajawali melayang di angkasa,
Satelit 3S mengorbit di Bumi Nusantara.
byM. Zaid Wahyudi, 24/11/2017
Satelit
Telkom 3S yang sukses diluncurkan dari Bandar Antariksa Guyana di Kourou
Guyana-Perancis pada Rabu (15/2/2016) pagi waktu Jakarta, Satelit itu tentunya telah berada di orbitnya, setelah menjalani proses mulai dari peluncuran berada di Orbit Transper kemudian secara bertahap akan dibawa ke orbit Geostasioner menjalani uji di orbit selama kurang lebih dua bulan hingga siap beroperasi dua bulan kemudian sekarang sudah lebih dari setahun. Telkom 3S yang ditempatkan di orbit geostasioner pada ketinggian 35.736 kilometer di atas
khatulistiwa Bumi, pada 118 derajat Bujur Timur (BT) atau di atas Selat
Makassar, sebenarnya tahun 2005 kapling itu ditempati satelit Telkom 2 yang kemudian
Telkom 2 digeser ke posisi baru di timur Indonesia di atas Samudra
Pasifik.
Sejak Satelit Palapa A1 diluncurkan 09 Juli 1976 maka Telkom 3S
adalah satelit ke-18 dari Indonesia dan menjadi satelit ke-9 milik PT Telekomunikasi Indonesia
(Telkom) saat beroperasi di bulan April 2016 PT Telkom telah mengoperasikan tiga satelit
sekaligus yaitu Telkom 1, Telkom 2, dan Telkom 3S. " Satelit
Telkom 3S diluncurkan untuk mengoptimalkan izin satelit di kapling yang ada,
sekaligus untuk ekspansi bisnis Telkom ", Ujar SiDin Direktur Jaringan, Teknologi
Informasi, dan Solusi PT Telkom Abdus Somad Arief, Jumat (3/2/2016) lalu di
Jakarta. Optimalisasi
itu diperlukan karena izin satelit untuk kapling 118 derajat BT dari Persatuan
Telekomunikasi Internasional (ITU) untuk 36 transponder C-band dan 13
transponder Ku-band, sedangkan Telkom 2 hanya punya 24 transponder C-band standar sehingga jika tak dipakai semua izin itu bisa dicabut dan diserahkan ke negara lain
yang mengantre.
Sebelumnya upaya
untuk memenuhi ketentuan ITU telah dilakukan PT Telkom, pada 6 Agustus 2012 dengan peluncuran
satelit Telkom 3 dari Bandar Antariksa Baikonur, Kazakhstan, sebagaimana kita ketahui bahwa peluncuran itu mengalami kegagalan dan satelit tak mencapai orbit, terpaksa PT Telkom mengganti
dengan Telkom 3S ini. Perancangan satelit Telkom 3S dengan memiliki 24 transponder C-band standar, 8 transponder
C-band extended, 4 transponder Ku-band standar, dan 6 transponder Ku-band
extended. Karena transponder extended memiliki lebar pita frekuensi 1,5 kali
lebih besar dari transponder standar, maka Telkom 3S mempunyai 49 transponder ekuivalen
C-band standar.
Dengan
tambahan 49 transponder saat Telkom 3S beroperasi berarti PT Telkom mengelola 109
transponder dari tiga satelit bermakna telah menekan ketergantungan PT Telkom pada
satelit asing, sebelum ada Telkom 3S PT Telkom memakai 60 transponder dari dua
satelitnya dan menyewa 67 transponder dari satelit asing. " Tambahan
transponder membuat layanan jasa satelit lebih cepat, murah, dan efisien ", Ujar SiDin Kepala Proyek Satelit Telkom 3S PT Telkom Tonda Priyanto.
Terlebih
lagi, transponder Ku-band punya daya lebih besar, pita frekuensi lebih lebar,
dan lebih sederhana dalam proses pengiriman sinyal. Jadi, layanan ke pelanggan,
seperti untuk akses internet atau siaran televisi rumah tangga, bisa lebih
masif. Kelemahannya,
transponder Ku-band lebih tak tahan hujan dibandingkan C-band. Namun, layanan
internet pada kondisi itu bisa diandalkan.
Saat Satelit 3S akan diluncurkan di Guyana-Perancis |
Ketua
Asosiasi Satelit Indonesia Dani Indra Widjanarko mengatakan, selama lebih dari
40 tahun penggunaan satelit telekomunikasi domestik di Indonesia, fungsi
satelit masih sama sebagai media komunikasi jarak jauh, sehingga sebagai negara
kepulauan dengan banyak daerah terpencil, satelit jadi solusi menghubungkan
semua area meski kini ada fiber optik. Palapa A1 merupakan satelit pertama Indonesia saat ituu dikelola
Perusahaan umum Telekomunikasi (Perumtel) dan menjadikan Indonesia
sebagai negara ke ketiga di dunia yang mempunyai Satelit Komunikasi
Domistik setelah Kanada dan Amerika serikat.
" Bedanya,
kapasitas transponder satelit jauh lebih besar ", Ujar SiDin lagi, Palapa A1 hanya
memiliki 12 transponder sedang sekaaraang satu satelit bisa memiliki 60 transponder.
Peningkatan jumlah transponder itu disebabkan satelit masa kini bisa membawa
generator listrik lebih besar untuk mencatu daya berbagai muatan termasuk
transponder. Transponder akan datang yang dibawa satelit bisa lebih banyak namun hal itu akan menjadi tidak efisien dari sisi bisnis karena dengan sendirinya transponder semakin berat dan biaya peluncuran semakin mahal
Dahulu model satelit harus berputar bak gasing agar stabil, pola pergerakan itu
membuat bentuk satelit selalu tabung dan antena berada di kepala satelit.
Repotnya, bentuk tabung membuat dimensi satelit terbatas sehingga daya muat
satelit lebih terbatas, " Sejak 1990-an mulai dikenalkan bentuk satelit
kotak ", Ujar SiDin Dani. Sekarang Satelit tak
lagi berputar karena yang berputar adalah komponen kecil dalam satelit. Dimensi
lebih besar membuat kapasitas satelit membesar dan banyak perangkat elektronik bisa
dibawa. Bentuk itu membuat antena tak hanya bisa dipasang di kepala, tetapi
juga di sisi timur dan barat satelit sementara di sisi utara-selatan ada panel surya.
Pengendalian satelit kini sekarang lebih banyak dengan sistem otomatis sehingga tak
butuh banyak petugas pengendali, berkembangnya teknologi digital membuat
perlakuan sinyal lebih mudah karena suara, data, atau video diperlakukan sama
sebagai data. Usia satelit sekarang lebih panjang kalau Palapa A1 hanya berusia
tujuh tahun sekarang usia satelit mampu beroperasi sampai 20 tahun.
Tantangan terbesar Indonesia sekarang untuk mampu membuat satelit secara mandiri, meski
sudah 18 satelit telekomunikasi dimiliki Indonesia semuanya dibeli dari negara
lain. Kalau semua kebutuhan satelit kedepan dapat kita buat sendiri ini tentunya akan memberikan keuntungan lebih besar karena akan diproduksi dengan lebih murah dan jadi lapangan kerja bagi tenaga tehnologi kita, peluang lain bahwa kebutuhan satelit Indonesia terus bertambah, teknologi satelit
bersifat terbuka, bisa dikuasai negara mana pun, tak setertutup teknologi
roket. " Indonesia
mampu membuat satelit mandiri ", Ujar SiDin Dani. Perekayasa Indonesia baru mampu
membuat satelit mikro. Pembuatan satelit telekomunikasi amat mungkin dilakukan
dan direncanakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, tetapi itu butuh
dukungan kuat pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, semua elemen bangsa dan doa semua bangsa.
dr National Geografhi, 2/2/2017
Satelit 3S mengorbit di Bumi Nusantara.
Keren, membuat Nusantara lebih menyatu
BalasHapusThanks GoD