Senin, 26 Juni 2017

KUSNI KASDUT LEGENDA BANDIT INDONESIA DEKAT DENGAN ORANG MISKIN

NusanTaRa.Com




Masa kecil yang pahit sebagai anak yang tak jelas ayahnya,  ia habiskan waktunya di terminal Bis kota Malang sebagai penjaja Rokok dan permen untuk meringankan beban ibunya.    Ketika dewasa pria kelahiran tahun 1929 ini bergabung bersama Laskar Rakyat  dalam revolusi perjuangan (1945 – 1949) melawan penjajah Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia,  berbagai derita ia lalui bahkan ia sempat merampok untuk membiaya perjuangan  selama  di front Jawa Timur.   Titik balik torehan sejarah hidupnya  justru terjadi disaat Indonesia mulai  mengisi  kemerdekaan dengan berbagai pembangunan,   karena dimasa inilah  ia terlibat berbagai perampokan besar  lalu  terakhir  tertangkap 1959 dan dieksekusi mati  setelah permohonan grasinya ditolak presiden Soeharto pada tahun 1980. 

Adalah Kusni Kasdut kelahiran Blitar tahun 1929, seorang yang pernah tercatat dalam sejarah sebagai kriminal besar  bersama Gengnya melakukan perampokan besar, sebagai konvensasi dari  kekecewaannya atas  pengabdiannya yang tidak  di hargai.   Sejak kecil  bersama ibunya  menjalani kehidupan di terminal Kota Malang dan menetap digubuk didaerah miskin Gang Jangkrik Wetan Pasar, Malang.    Kusni Kasdut sejak kecil sudah terbiasa menderita dalam  meringankan beban ibunya  melakukan apa saja yang ia bisa,     "  Ia merasa di rumah,  dihimpit tentang asal-usul dirinya yang ia sendiri tidak tahu ......... Hal itu mendesaknya untuk berontak   ”,  Ujar SiDin Saiful Rahim dalam biografi  Kusni  (1980). 

Kehidupan penuh derita yang dilaluinya bersama ibunya  membuatnya kuat dan berani  melakukan berbagai  pekerjaan yang dapat meringankan hidup karena  tak tebiasa dengan berdiam diri dan hanya berpangku tangan.    Gerakan Perjuangan Bangsa Indonesia untuk mempertahan kemerdakaan dari Bangsa Penjajah Belanda yang ingin kembali  terjadi di Usia Mudanya, ternyata mengelorakan jiwa dan darah mudanya sehingga  turut dalam perjuangan tersebut  (1945 – 1949).   Kisah perjuangannya yang dilatari kehidupan masa kecilnya  penuh derita menjadikan dia sosok pejuang yang sangat berani  melawan penjajah serta sangat perhatian kepada sesama pejuang membuatnya  sangat di kenal para kerabat seperjuangannya di sektor perjuangan Front Jawa Timur. 

Sikapnya  berani  mati selama perjuangan bukan saja dalam pertempuran di medan  laga,  tapi juga terkenal sebagai pejuang  yang berani merampok kalangan orang kaya pro Belanda.  Menurut James Siegel, selama revolusi, pria yang bernama asli Waluyo juga menyumbang tenaga dengan cara merampok orang-orang Tionghoa yang dekat dengan Belanda dan tidak mendukung perjuangan, kemudian hasil jarahan tersebut  ia bagi –bagikan pada  para pejuang.   "  Kusni, konon tak tahu menahu dan tak mau tahu nasib hasil jarahannya.  Ia menyumbangkan puluhan juta bagi revolusi  ", Ujar SiDin Siegel dalam Eksplorasi Kejahatan Politik dan Kejahatan (2000). 

Setelah Revolusi  Kehidupan Kusni Kasdut mulai mengalami kesulitan untuk hidup di Jakarta, ia telah mencari dan berusaha  berbagai pekerjaan tapi selalu mengalami kegagalan sementara kehidupan kota membutuhkan biaya.   Dalam kehidupan seperti itu kemudian ia mendapatkan istri seorang Gadis Indo kalangan menengah yang kemudian diberi nama  Sri Sumarah Rahayu Edhiningsih yang membuatnya harus mampu menegakkan keluarga yang sangat ia cintai.


Berbekal pengalaman sebagai pejuang ia mencoba melamar menjadi tentara TNI,  tapi sayang lamarannya tersebut ditolak karena semasa berjuang dulu ia tidak tercatat secara resmi dan kakinya yang pincang  terkena tembakan Belanda saat berjuang.   Dalam kekalutan  ia  berteman  laki-laki asal Cikini kecil (wilayah sekitar Hotel Sofyan)  Muhammad Ali alias Bir Ali mantan suami penyanyi Ellya Khadam,   pelaku perampokan yang suka minum Bir sebelum melakukan aksinya   meninggal 16 Februari 1980 karena membunuh seorang kaya Arab Ali Badjened.

Melihat bakat  Kusni Kasdut dalam memimpin  rekannya mengangkatnya  sebagai pemimpin Geng yang beranggotakan Ali, Mulyadi dan Abu  Bakar.  Setelah itu Kusni mulai merasakan kejahatan sebagai suatu manisan ditengah kesulitan hidupnya dan  membuatnya ketagihan bahkan teguran dari sahabat seniornya  yang sangat ia hormati Subagio pun tak dipedulinya.   Pengalaman sewaktu memasuki penjara di era revolusi dulu malah membuatnya lebih  berani  menghindari penjara dengan membunuh korban bila terpaksa sehingga ia menjadi monster haus darah. 

Kisah perampokan Gengnya mulai menjadi berita besar, ketika  Bir Ali yang merampok bersamanya membunuh korban rampokannya seorang  Arab Kaya  Ali Badjened di kawasan  Awab Alhajri Kebon Sirih tahun 1960-an,  membuat  Ali Badjened  mati seketika oleh sebuah tembakan Pistol Bir Ali dari atas Jeepnya.    Setahun kemudian 31 Mei 1961 Kusni dan Gengnya kembali beratraksi  di Museum Nasional Jakarta (Gedung Gajah),  Kusni dalam aksinya berseragam Polisi dan menggunakan Jeep menyandera pengunjung dan menembak mati seorang petugas  museum serta  berhasil membawa lari 11 butir permata koleksi museum. 

Tragedi Museum tersebut sontak menjadikan nama Kusni Kasdut terkenal dan buah berita setiap hari  diberbagai media sekalian menjadikannya  buronan kakap pihak kepolisian, membuatnya harus bersembunyi dari satu tempat ketempat lain yang akhirnya tertangkap kepolisian Semarang kemudian menjalani vonis mati  tahun 1980.  Kusni tertangkap Polisi ketika dalam pelariannya  menjual Berlian tapi pihak pembeli melihat ukuran Berlian yang tidak biasa kemudian melaporkan ke Polisi Semarang, Polisi Semarang memvonisnya mati.   Selama menanti eksekusi setidaknya 8 kali ia kabur dari penjara, terakhir 10 September 1979 dan tertangkap 17 oktober 1979. 

Kusni sempat mengajukan Grasi  tapi SK Presiden No. 32/G/1979 tanggal  10 Nopember  1979  Soeharto menolaknya dan menjalani eksekusi pada 16 Februari  1980.  Di hari-hari terakhir hidupnya menyesali kesalahannya dan berkat seorang pastor ia memutuskan untuk dibaptis dengan nama  Ignatius Kusni Kasdut dan sebelum eksekusi ia menikmati kebaktian Katolik di LP Kalisolok di kelilingi Sunarti (Istri kedua) anak, cucu dan menantunya. 

Babak akhir sejarah kehidupan Kusni Kasdut banyak menoreh kisah kejahatan  Perampokan dan  Pembunuhan hingga dikenang para korban, tapi banyak juga yang beranggapan bahwa si penjahat berdarah dingin ini sebagai “ Robin Hood Indonesia “ karena hasil rampokannya sering di bagi-bagikan kepada kaum miskin bahkan saat ikut berjuang dalam Revolusi dulu.   Sebuah media  tahun 1979 pernah memuat cerita bersambung berjudul  “  Kusni Kasdut  ”  mengisahkan sepak terjangnya selama hidupnya  dan melahirkan lagu God Bless  “  Selamat Pagi Indonesia ” di album Cermin.
byLasikUAgaY

Perampok kejahatan sepanjang abad,
Kusni Kasdut perampok ulung bak Robin Hood.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...