NusanTaRa.Com
" Melihat bentuk tubuhnya yang kerdil dengan ukuran semeteran serta hidup terasing ini akan mengingatkan kita dengan satu suku Hobbit (manusia kerdil) di Flores disebut Homo florensiensis yang hidup di dalam gua-gua dengan tanda yang sama namun kulitnya lebih gelap, apakah mereka masih sama mengingat jarak dan pola penyebaran manusia yang agak berjauhan tentu perlu kajian lebih jauh ? ", Ujar SiDin LaHabing pada NusanTaRa.Com. Harian Kompas 18 Desember 1987 memuat tentang suku Mante suku terasing yang hampir punah tinggal di dalam Gua Bete, Jambur Atang, Jambur Ketibung, Jambur Ratu daan Jambur Situpang. Suku Mante memiliki pisiologi tubuh kerdil tinggi sekitar satu meter, Rambut terurai panjang hingga pantat, kulit cerah, tubuh berotot kasar dan wajah bersegi dengan dahi sempit, kedua alis mata bertemu di pangkal hidung yang pesek dan sebagian mereka bertelanjang. Sementara versi Wikipedia mengatakan Suku Mantesalah satu etnis terawal dan pembentuk etnik-etnik di Aceh, Suku ini bersama suku lainnya, yakni Lanun, Sakai, Jakun, Senoi dan Semong, merupakan cikal bakal suku-suku yang ada saat ini di Aceh.
Beberapa kisah orang tentang Suku Mante : SiDin Buchari Riseh Tunong berujar, “ Di daerah kami juga juga ada satu tempat yang pernah didiami manusia (mante) orang tua-tua di kampung kami menyebut namanya bante, mereka kadang muncul di sore hari sambil berlari-lari kecil di tepi sungai Leubok Lhok Panyang Gampong Riseh Tunong ” dan " Sekitar tahun 86 saya bertemu makhluk seperti itu di kebun di daerah Leupung jalan menuju Meulaboh. Dulu kami kira mereka orang pedalaman yang berbulu. Ketika abang saya bertanya. “Siapa key?”. Dia hanya diam. terus kami teriak memanggil bapak. Makhluk itu langsung masuk semak-semak hutan rotan dan ijuk. Tingginya kira-kira 1 meter karena saya masih kelas 4 SD. Tapi baru dalam 4 tahun ini tahu nama mahkluk itu. Manthe atau manti... Semoga Manusia tak mengusiknya jika tidak ingin diusik ”, Ujar SiDin Helmy Rommy dalam kisahnya.
byAsnISamandaK dr berbg tulisan.
Orang kerdil makan Talas,
Suku Mante manusia primitip hidup tragis.
Kisah
suku Mante sebagai satu suku asli di Bumi Nusantara sejak zaman dahulu
telah ada, yang hingga kini kisah tersebut masih dikisahkan orang
secara turun-temurun, lintas generasi namun hingga hari ini Suku Mante
masih misteri setidaknya dalam ukuran orang awam. Suku Mante mendiami
wilayah pedalaman Aceh cenderung hidup soliter dengan 4 keluarga,
menyendiri ditempat terpencil jauh dari perkampungan dengan pola hidup
tertinggal sehingga kehidupannya sangat bergantung pada ketersedian
sumber daya alam.
Kisah ini
kembali mencuat bahkan menjadi viral di dunia sosmed manakala sekelompok anak
muda bermotor trail menyelusuri hutan pedalaman Aceh dan kamera mereka merekam
penampakan seorang kerdil tak berbusana berlari kencang didepan mereka kemudian menghilang kedalam semak-semak,
sekitar Maret 2017. Video yang di unggah pada Rabu, 22 maret
2017, tidak terlihat secara jelas tapi
terlihat sosok manusia kecil membawa kayu berlari terus agak cepat, entah
karena ia takut dan menghindari kejaran
rombongan motor trail tersebut.
Gambaran tersebut memberi kesan bahwa ia berlari ketakutan karena adanya sesuatu yang asing memasuki areal pemukiman mereka, sesuatu yang mengeluarkan suara asing dan keras serta ditunggangi manusia yang lebih besar. Keberadaan pemukiman yang jauh ditengah hutan sebagai bentuk ketakutan hidup secara normal dan membuat kehidupannya menjadi terasing sebagai suatu kehidupan yang alami, tiba-tiba kehidupan tersebut diusik oleh sesuatu yang asing dan menakutkan bagi mereka sementara bentangan alam tempat tinggal bagi mereka semakin terbatas.
Spekulasi tentang manusia kerdil dengan ketinggian sekitar satu meter tersebut bermunculan, anggapan tentang “ suku Mante “ semakin menguat setelah membaca berbagai komentar mengakui bahwa tanda dan keberadaan suku tersebut sejak zaman dahulu telah ada di Bumi Aceh. Seorang Orientalis Belanda Snouck Hurgronje dalam bukunya “De Atjehers” menyebutkan tentang keberadaan suku Mante di Aceh sebagai suku Etnis Melayu Proto yang kecil. Seorang pawang hutan, Gusnar Effendy, “ Saya pernah menemukan Suku Mante hidup di hutan-hutan pedalaman Lokop Kab. Aceh Timur, di hutan-hutan Oneng, Pintu Rimba, Rikit Gaib Kab. Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Umumnya tinggal di gua-gua, celah gunung. Kalau siang hari berada di alur-alur sungai dalam lembah “, Ujar SiDin Gusnar Pawang Hutan, Kompas, 18 Desember 1987.
Gambaran tersebut memberi kesan bahwa ia berlari ketakutan karena adanya sesuatu yang asing memasuki areal pemukiman mereka, sesuatu yang mengeluarkan suara asing dan keras serta ditunggangi manusia yang lebih besar. Keberadaan pemukiman yang jauh ditengah hutan sebagai bentuk ketakutan hidup secara normal dan membuat kehidupannya menjadi terasing sebagai suatu kehidupan yang alami, tiba-tiba kehidupan tersebut diusik oleh sesuatu yang asing dan menakutkan bagi mereka sementara bentangan alam tempat tinggal bagi mereka semakin terbatas.
Spekulasi tentang manusia kerdil dengan ketinggian sekitar satu meter tersebut bermunculan, anggapan tentang “ suku Mante “ semakin menguat setelah membaca berbagai komentar mengakui bahwa tanda dan keberadaan suku tersebut sejak zaman dahulu telah ada di Bumi Aceh. Seorang Orientalis Belanda Snouck Hurgronje dalam bukunya “De Atjehers” menyebutkan tentang keberadaan suku Mante di Aceh sebagai suku Etnis Melayu Proto yang kecil. Seorang pawang hutan, Gusnar Effendy, “ Saya pernah menemukan Suku Mante hidup di hutan-hutan pedalaman Lokop Kab. Aceh Timur, di hutan-hutan Oneng, Pintu Rimba, Rikit Gaib Kab. Aceh Tengah dan Aceh Tenggara. Umumnya tinggal di gua-gua, celah gunung. Kalau siang hari berada di alur-alur sungai dalam lembah “, Ujar SiDin Gusnar Pawang Hutan, Kompas, 18 Desember 1987.
" Melihat bentuk tubuhnya yang kerdil dengan ukuran semeteran serta hidup terasing ini akan mengingatkan kita dengan satu suku Hobbit (manusia kerdil) di Flores disebut Homo florensiensis yang hidup di dalam gua-gua dengan tanda yang sama namun kulitnya lebih gelap, apakah mereka masih sama mengingat jarak dan pola penyebaran manusia yang agak berjauhan tentu perlu kajian lebih jauh ? ", Ujar SiDin LaHabing pada NusanTaRa.Com. Harian Kompas 18 Desember 1987 memuat tentang suku Mante suku terasing yang hampir punah tinggal di dalam Gua Bete, Jambur Atang, Jambur Ketibung, Jambur Ratu daan Jambur Situpang. Suku Mante memiliki pisiologi tubuh kerdil tinggi sekitar satu meter, Rambut terurai panjang hingga pantat, kulit cerah, tubuh berotot kasar dan wajah bersegi dengan dahi sempit, kedua alis mata bertemu di pangkal hidung yang pesek dan sebagian mereka bertelanjang. Sementara versi Wikipedia mengatakan Suku Mantesalah satu etnis terawal dan pembentuk etnik-etnik di Aceh, Suku ini bersama suku lainnya, yakni Lanun, Sakai, Jakun, Senoi dan Semong, merupakan cikal bakal suku-suku yang ada saat ini di Aceh.
Beberapa kisah orang tentang Suku Mante : SiDin Buchari Riseh Tunong berujar, “ Di daerah kami juga juga ada satu tempat yang pernah didiami manusia (mante) orang tua-tua di kampung kami menyebut namanya bante, mereka kadang muncul di sore hari sambil berlari-lari kecil di tepi sungai Leubok Lhok Panyang Gampong Riseh Tunong ” dan " Sekitar tahun 86 saya bertemu makhluk seperti itu di kebun di daerah Leupung jalan menuju Meulaboh. Dulu kami kira mereka orang pedalaman yang berbulu. Ketika abang saya bertanya. “Siapa key?”. Dia hanya diam. terus kami teriak memanggil bapak. Makhluk itu langsung masuk semak-semak hutan rotan dan ijuk. Tingginya kira-kira 1 meter karena saya masih kelas 4 SD. Tapi baru dalam 4 tahun ini tahu nama mahkluk itu. Manthe atau manti... Semoga Manusia tak mengusiknya jika tidak ingin diusik ”, Ujar SiDin Helmy Rommy dalam kisahnya.
Orang kerdil makan Talas,
Suku Mante manusia primitip hidup tragis.
Semoga mereka dapat perlindungan sposial
BalasHapus