NusanTaRa.Com
byBakkaranGNunukaN
byBakkaranGNunukaN
Rodrigo
Duterte saat kampanye pemilihan
presiden Filipina tahun lalu telah
berjanji akan bersikap keras dalam menumpas terorisme dan
pemberontak yang ada di Filipina, baik Golongan kiri atau
komunis maupun dari pejuang Muslim di
selatan yang sekarang berkembang menjadi kelompok ISIS yang telah mengikrarkan setianya
pada Khilafiyah Islam dunia
dibawah ISIS Syuriah dan Irak. " Apa yang saya katakan kepada semua orang, saya
harus melakukannya untuk melestarikan dan menjaga Republik Filipina, orang
Filipina ", Ujar SiDin Duterte ketika akan melawat Moskow
dalam mendapatkan dukungan persenjataan militernya. Rodrigo Duterte ternyata menepati janji tersebut
Rabu 24 Mei 2017 menetapkan Darurat
Militer di daerah Filipina Selatan yang berpenduduk 20 juta jiwa, setelah
sebelumnya terjadi perlawanan dari Kelompok Maute terhadap operasi militer
pemerintah Filipina.
Brigadir Jend
Rastituto Padilla mengatakan enam anggota militan Maute pro ISIS tewas dalam
pertempuran di Marawi jumat 26 mei 2017, selanjutnya Padilla menambakan bahwa
pertempuran yang memasuki hari keempat
tersebut telah menewaskan 11
orang militer, 2 orang polisi dan 30 orang kelompok militant Maute. Pertempuran bermula ketika pihak Militer
akan menggerebek sebuah rumah yang diduga tempat persembunyian Isnilon Hapilon sebagai pimpinan Kelompok Abu
Sayyap atau Maute yang termasuk dalam
jaringan ISIS wilayah Filipina Senin, 22 mei 2017. Namun tak di duga puluhan orang bersenjata
api keluar dari rumah tersebut melakukan
perlawanan menggunakan bendera
Hitam milik ISIS dan memukul
mundur aparat keamanan masuk kembali ke kota.
Pasca
penggerebekan pihak militer kelompok
militan Maute ISIS di wilayah
Filipina Selasa,23 5 2017 melakukan penyerangan
terhadap Marawi City yang berpenduduk 200.000 jiwa sebagian besar
muslim merupakan pusat pemerintahan Provinsi
Lanao Del Sur. Selain membakar sebuah Gereja juga menculik
seorang pastor dan 10 orang warga sipil.
Pastor Teresito Suganob yang disandera tersebut dari Gereja Katederal
Our Lady Help Marawi City sebagaimana diberitakan Televisi ABS-CBN, "
Mereka menegosiasikan dengan saya agar militer tak mengejar mereka dan
menyatakan gencatan senjata ", Ujar SiDin Uskup Edwin Dela Pena.
Selama penerangan kelompok Militan Maute atas Marawi City terlihat para teroris berkeliaran di jalan sementara masyarakat berlari bersembunyi dari kerusuhan dan Walikota Marawi City Majul Gandamra dan sejumlah personil polisi bertahan di Gedung Balai Kota yang berjarak beberapa blok dari tempat bakutembak. " Situasi hingga pkl 10.00 sudah bisa dikendalikan. Ketegangan menurun, tetapi saya belum bisa memastikan kelompok Maute sudaah pergi ", Ujar SiDin Majul Gandamra kepada harian The Philippines Star, Rabu (24/5/2017) sebagaimana dikutip NusanTaRa,Com.
Sebagian warga beranggapan bahwa pemberontakan yang terjadi bukan dilakukan warga Filipina tetapi suatu Invasi orang-orang asing yang bergabung dalam satu pasukan karena dalam teroris Maute terdapat beberapa warga asing seperti Malaysia, Bangladesh, Indonesia dan Singapore. Jose Calida Jaksa Agung di Kota Davao bercurita kalau orang asing itu mendapat panggilan dari ISIS untuk berangkat ke Mindanao dan mendirikan sebuah " wilayat " atau provinsi ISIS jika mereka tak dapat berperang di Irak dan Suriah. Ia juga mengatakan Apa yang terjadi di Mindanao bukan lagi pemberontakan warga Filipina, Peristiwa itu sudah berubah menjadi invasi orang-orang asing.
Pemerintah Filipina mengakui sangat sulit untuk menghentikan krisis ini sebab anggota militan itu bergerak dari satu rumah ke rumah lainnya, memasang bom rakitan di jalanan, serta menyandera warga. Selain itu, kelompok militan Maute menguasai daerah yang lebih tinggi di kota sehingga membuat mereka bisa memperlambat gerak maju pasukan pemerintah, mereka memasang snaiper-sniper jitu disetiap rumah penduduk yang akan membidik setiap militer yang melintas disekitar jalan tersebut.
Duterte mengaku akan berlaku tegas dan kejam dalam memadamkam ancaman teroris di Mindanao, tak ubahnya seperti status darurat yang diberlakukan oleh Ferdinand Marcos selama dua dasawarsa pemerintahhannya, " Tidak mungkin berbeda dari apa yang Presiden Marcos lakukan ", Ujar SiDin Duterte. Duterte juga mengatakan status darurat militer di Mindanao bisa berlangsung hingga satu tahun bila keadaan memerlukan.
Selama penerangan kelompok Militan Maute atas Marawi City terlihat para teroris berkeliaran di jalan sementara masyarakat berlari bersembunyi dari kerusuhan dan Walikota Marawi City Majul Gandamra dan sejumlah personil polisi bertahan di Gedung Balai Kota yang berjarak beberapa blok dari tempat bakutembak. " Situasi hingga pkl 10.00 sudah bisa dikendalikan. Ketegangan menurun, tetapi saya belum bisa memastikan kelompok Maute sudaah pergi ", Ujar SiDin Majul Gandamra kepada harian The Philippines Star, Rabu (24/5/2017) sebagaimana dikutip NusanTaRa,Com.
Sebagian warga beranggapan bahwa pemberontakan yang terjadi bukan dilakukan warga Filipina tetapi suatu Invasi orang-orang asing yang bergabung dalam satu pasukan karena dalam teroris Maute terdapat beberapa warga asing seperti Malaysia, Bangladesh, Indonesia dan Singapore. Jose Calida Jaksa Agung di Kota Davao bercurita kalau orang asing itu mendapat panggilan dari ISIS untuk berangkat ke Mindanao dan mendirikan sebuah " wilayat " atau provinsi ISIS jika mereka tak dapat berperang di Irak dan Suriah. Ia juga mengatakan Apa yang terjadi di Mindanao bukan lagi pemberontakan warga Filipina, Peristiwa itu sudah berubah menjadi invasi orang-orang asing.
Pemerintah Filipina mengakui sangat sulit untuk menghentikan krisis ini sebab anggota militan itu bergerak dari satu rumah ke rumah lainnya, memasang bom rakitan di jalanan, serta menyandera warga. Selain itu, kelompok militan Maute menguasai daerah yang lebih tinggi di kota sehingga membuat mereka bisa memperlambat gerak maju pasukan pemerintah, mereka memasang snaiper-sniper jitu disetiap rumah penduduk yang akan membidik setiap militer yang melintas disekitar jalan tersebut.
Duterte mengaku akan berlaku tegas dan kejam dalam memadamkam ancaman teroris di Mindanao, tak ubahnya seperti status darurat yang diberlakukan oleh Ferdinand Marcos selama dua dasawarsa pemerintahhannya, " Tidak mungkin berbeda dari apa yang Presiden Marcos lakukan ", Ujar SiDin Duterte. Duterte juga mengatakan status darurat militer di Mindanao bisa berlangsung hingga satu tahun bila keadaan memerlukan.
Isis mautong bikin negara Islam di Filipina,
Perjuangan kemerdekaan menuntut pengorbanan Jiwa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar