NusanTaRa.Com
Negara Gajah
Putih suatu Negara di Asia Tenggara yang
belum pernah merasakan artinya kolonialisme atau penjajahan di daerahnya juga
tidak terlepas dari pertumbuhan Partai Komunis
yang terkesan sangat reaktip dalam memperjuangkan paham mereka hingga
membentuk perlawanan bersenjata pada tahun 1965. Partai Komunis Thailand yang melakukan
perlawanan Gerilya terhadap pemerintahan syah, dalam perjuangannya mendapat
dukungan kuat dari Partai Komunis China dan Komunisme dari Kamboja, sementara
Partai komunis Rusia sama sekali tidak memberikan bantuan dalam mendukung
perjuangan paham mereka yang sama tersebut.
Dalam hal ini hampir sama ketika Partai Komunis di Kamboja mulai
berjuang menegakkan keberadaan mereka di sana sebelumnya dan akhirnya kalah.
Pertumbuhan
paham dan partai Komunis di dunia mulai terasa pada awal tahun 1960-an yang
berkembang keberbagai Negara terutama di Negara-negara baru merdeka di Asia dan
Afrika termasuk di Indonesia dan Asia tenggara. Sejarah awal pertumbuhan paham komunis
berbasis pada dua kiblat paham Partai Komunis Marxisme di Rusia dan Komunis Mao
di China suatu paham yang pada dasarnya berkonsep pada sosialis yaitu setiap masyarakat adalah sama sehingga semua
harus mendapat kesejahteraan dengan adil dan tanpa ada perbedaan.
Justru
realita tersebut membuat hubungan
diplomatik antara Rusia dan Thailand
yang lebih erat pada tahun 1990-an dan pemerintah Rusia mengecam secara keras
sikap Partai Komunis Thailand yang melakukan perlawanan tersebut. Hubungan diplomatik Rusia-Thailand pernah
terputus ketika tahun 1917 setelah terjadi Revolusi Bolshevik yang
berakibat pemerintaahn Rusia dipegang
Tsar Nikolay II sahabat Raja Rama V terkena eksekusi mati bersama keluarganya,
sebagaimana raja-raja di Eropah Disti Chakri di Thailand pun terkejut dan
memutuskan hubungan diplomatik hingga
tahun 1941.
Formalitas
hubunga diplomatik dengan Rusia dimulai
tahun 1948 bersamaan dengan dibukanya Kedutaan Besar Uni Soviet di Bangkok,
semua ini merupakan pencapaian atas sejumlah manuver diplomatik Uni
Soviet. “ Meskipun Uni Soviet tidak ingin mengintervensi
pemerintah Thailand, ada sedikit timbal balik dalam proses pembukaan Kedubes
Soviet ”, Ujar SiDin Wattaporn. Thailand ingin Uni Soviet mengesahkan
keanggotaannya di PBB sementara Moskow mendesak Bangkok untuk menghapus
Undang-undang Antikomunis Tahun 1933.
“ Bahkan simbol dasar Uni Soviet
(palu dan arit) akan dilarang apabila undang-undang itu tidak dihapus ” tambahnya,
“ Uni Soviet menaruh perhatian
pada Indochina, yang kala itu dikuasai Prancis dan Uni Soviet sama sekali tak berniat menyebarkan
komunisme di Thailand ”, Ujar SiDin PoddiNg Pengamat Pertahanan Asia Tenggara.
Podding dalam satu pernyataannya mengatakan bahwa, " Partai Komunis Thauland (CPT) dalam menegakkan perjuangannya, mereka menguasai dan mengontrol kawasan segitiga emas yang berada di utara Thailand yang menjadi jalur illegal yang sulit dikendali kerajaan Thailand, seperti pengolahan dan pemasaran kokain ke seluruh Dunia guna mendanai perjuangan mereka ". Diketahui bahwa kawasan ini sangat strategis karena berbatasan dekat dengan Myanmar, Laos dan China sehingga sulit mengontrol dan mengendalikannya oleh Kerajaan.
Partai
Komunis Thailand (CPT) melancarkan perang gerilya terhadap pemerintah sejak
tahun 1965 selama 18 tahun, mendapat
dukungan negara komunis Tiongkok dan Kamboja melalui Khmer merah
tahun 1970-an dalam menggulingkan kerajaan.
Rusia kala itu ingin mengembangkan paham komunisnya di Asia tenggara
tidak terlibat bahkan ketika CPT meminta bantuan Soviet ditolak tegas, sehingga
CPT menyebut Soviet “ Revisionis dan
imperialis Sosial “, “ Tentu saja, ada pertimbangan praktis dan
faktor konflik Tiongkok-Soviet yang berperan di sini ”, Ujar SiDin Wattaporn ".
Kedekatan Tiongkok (yang berada kurang dari
160 km dari perbatasan Thailand), hubungan kuat Tiongkok dengan
pemimpin-pemimpin CPT, dan ucapan dubes Uni Soviet untuk Singapura di akhir
1970 bahwa ia meragukan apakah para komunis di Indonesia, Thailand, dan
Malaysia mengikuti ajaran Marxisme’, semua itu menunjukkan bahwa Uni Soviet
tidak ingin mendukung CPT, dan lebih mementingkan hubungan dengan pemerintah
Thailand, Geoffrey Jukes dalam bukunya Uni Soviet di Asia. “ Thailand
membutuhkan Uni Soviet untuk menumbangkan Khmer Merah dan membawa keseimbangan
di Kamboja ”, Ujar SiDin Wattaporn menjelaskan.
byMcDonalDBiunG
byMcDonalDBiunG
Partai Komunis dengan rakyat Jelata,
Perjuangan Komunis Thailand tidak disokong Rusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar