NusanTaRa.Com
Tikus bersembunyi dalam halaman,
Hidup sehat haruslah menjaga kebersihan.
Memperingati
hari lahir CAROLUS LINNAEUS (23 mei 1707– 10 januari 1778) seorang “ Bapak
Taksonomi “, maka setiap tahunnya
Internasional untuk Eksplorasi Spesies (IISE) menetapkan 10 spesies terpenting
yang baru ditemukan sepanjang tahun tersebut.
Untuk tahun 2016 seekor hewan pengerat yang di temukan di Gunung Gandang Dewata Sulawesi Barat “ Tikus Akar “ Gracilimus radix masuk dalam daftar
tersebut. Bapak Taksonomi diberikan pada
Carolus Linnaeus karena jasa beliau sebagai peletak dasar system penamaan modern
dan pengklasifikasian hewan dan tumbuhan saat ini, beliau juga salah satu tokoh
naturalis yang telah mengabdikan dirinya dalam bidang tersebut di Indonesia.
Peringatan
tersebut menunjukkan betapa sedikitnya pertumbuhan spesies baru yang ditemukan dimuka bumi
baik sebagai spesies baru murni maupun sebagai perkembangan mutasi. Sepanjang tahun 2016 spesies Hewan dan
Tumbuhan yang baru ditemukan sebanyak 18.000
spesies dan telah diberikan namanya oleh para penemunya sebagaimana yang
diberitakan National Geograpic per 1
Juni 2017, dari jumlah tersebut oleh para ahli taksonomi Dunia di koordinir
State University of New York College of Environmental Science and Forestry
(ESF) Amerika Serikat menetapkan 10 spesies baru yang terponting.
Penetapan ESF atas 10 spesies sebagai temuan spesies
yang menarik tahun 2016, empat berasal dari Asia (India, Indonesia, Laos, dan Malaysia), dua dari Amerika Utara (Meksiko dan Amerika Serikat),
dua dari Amerika Selatan (Brasil dan Kolombia) dan dua juga dari Oseania (Australia dan Papua
Nugini). Meski pengumuman 10 spesies baru setiap tahun tidak semua sama dengan tahun
penemuannya seperti Tikus akar, yang ditemukan tim ahli dari Museum Victoria Australia
(Dr. Kevin Rowe) dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)
(Anang Achmadi) tahun 2011 di Gunung Gandang Dewata, Mamasa,
Sulawesi Barat, namun penulisan ilmiah
dan nama hewan tersebut baru dipublikasikan dalam Journal of Mammalogy pada
Maret 2016.
Tikus
akar dengan panjang 30 cm termasuk ekornya, berat
40 gram, ditemukan hidup pada
daerah ketinggian 1.600 m di atas
permukaan laut, termasuk Omnivora (pemakan segala) sebagian besar akar-akar
tumbuhan. Analisis genetika
mengungkap, Gracilimus radix memiliki kekerabatan paling dekat dengan Waiomys
mamasae (yang juga ditemukan disana tahun 2014) namun memiliki
alam berbeda. " Satu berevolusi untuk berenang di perairan
(Waiomys mamasae) dan satu hidup di darat (Gracilimus radix). Namun demikian,
secara evolusi, mereka berkerabat ", Ujar SiDin Kevin Rowe.
ESF yang
telah merilis daftar Top 10 spesies baru sejak satu dekade lalu dan
mengungkapkan bahwa sepanjang itu pula telah lebih dari 200.000 spesies baru
telah ditemukan dan diberi nama namun tingkat kehilangan spesies jauh lebih
cepat. " Tingkat kepunahan spesies 1.000 kali lebih
cepat dari masa prasejarah. Kalau kita
tidak mempercepat eksplorasi spesies baru, kita berisiko tak mengenali jutaan
spesies atau mempelajari hal-hal luar biasa dan berguna “, Ujar SiDin Presiden ESF Quentin Wheeler.
Penemuan
tikus akar merupakan hasil jerih payah dari tim LIPI dan Museum Veronica
Australia yang telah melakukan penelitian di hutan-hutan di Sulawesi selama
sekitar 6 tahun. Selain itu mereka juga
bergerilya di hutan-hutan lain yang menjadi objek penelitian antara lain hutan
di Gunung Latimojong, Lore Lindu, Luwuk Banggai dan Tompotika. "
Kami berharap pengakuan mengenai Tikus Akar, dan penemuan kami lainnya
di Sulawesi akan membuat perhatian ke Sulawesi lebih besar Di sana, hutannya yang
cantik semakin terancam namun menjadi tempat bagian ribuan spesies yang tidak
ditemukan di tempat lain ", Ujar SiDin Kevin Rowe.
byBambanGBiunG
Tikus bersembunyi dalam halaman,
Hidup sehat haruslah menjaga kebersihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar