Rabu, 25 Mei 2022

MANTAN PMI BANYUWANGI SUKSES MEMASARKAN USAHANYA KELUAR NEGERI MELALUI JARINGAN

NusaNTaRa.Com

byGreaTBritteN,     S  e  n  i  n,     2   8      N  o  v  e  m  b  e  r     2  0  2  2

Eks PMI Sri Wulandari jadi ekspor Kuliner Kripik pesanan dari Jaringan 

Sri Wulandari (42) Warga Dusun Bayatrejo, Desa Wringinpitu, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi,   Mantan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Banyuwangi, Jawa Timur  ini memiliki kisah sukses berjualan keripik usus hingga jengkol dan petai ke luar negeri  hingga kini.   Sebelumnya Sri Wulandari pernah menjadi perantau dengan menjadi  PMI selama kurang lebih 10 tahun di tiga Negara yang menjadi bekal pengalaman  dan  membuka wawasannya untuk  pada awalnya berniaga  kecil-kecilan yang kemudian mengembang  dapat mengirimnya ke Negara tempatnya merantau  dulu  dan negara lainnya.

Kini dikampungnya sepulang dari merantau ia berusaha  secara mandiri  dan kini ia  dapat memanfaatkan jaringan untuk memasarkan hasil usahanya berupa produk kuliner  hingga dapat  menekuni bidang eksportir.   Wulan panggilan akrab Sri Wulandari mengatakan  produk atau barang yang dikirim ke luar negeri itu bermacam-macam sesuai permintaan,  mulai dari sambal teri, keripik usus, jamu, ikan  hingga jengkol dan petai,  namun yang laris manis di pasar luar negeri khususnya negara Hongkong adalah petai.

"  Banyak permintaan ke sana. Pasarnya teman-teman PMI juga dan  yang  sudah lama menetap tetap di sana dengan memanfaatkan jaringan ",  Ujar SiGaluH Sri Wulan dengan Plabomoranya (hebatnya), Senin   (28/11/2022).   Keputusan Sri Wulan untuk menjadi eksportir sebenarnya berawal dari ketidak sengajaan  dengan memulai dari usaha kecil-kecilan yang dia rintis di kantin sekolahan yang ada di depan rumahnya.   "  Saya jualan, seblak, sempol, cilok dan sebagiannya di kantin MI dan TK depan rumah  ",  Ujar SiGaluh Wulan.

Setelah agak lama menekuni  usaha  berjualan di kantin  Sri Wulan akhirnya kenal dengan lembaga Migran Care,  sebuah organisasi yang bekerja untuk mendorong terwujudnya kehidupan PMI yang bermartabat, dihormati, berdaulat secara ideologi, politik, ekonomi, sosial maupun budaya.    "  Dari situ saya mulai aktif berorganisasi. Banyak pengalaman yang saya dapatkan, termasuk jaringan baru  termasuk pelatihan-pelatihan  ",  Ujar SiGaluH Wulan dengan Soppenger (Jumawanya).

Dulu ketika Sri Wulan baru pulang dari Hongkong jadi kebingunan  karena  tidak punya pekerjaan dan  mau usaha pun juga terkendala modal,  "  Awalnya iseng-iseng ada teman PMI di Hongkong minta kiriman ikan Pname kering,  petai dan jengkol. Akhirnya saya carikan dan mengirimkannya  ",  Ujar Sri Wulan mengenang.   Tak lama setelah itu, teman PMI Wulan kembali minta kiriman petai dan jengkol. Namun kali ini minta ditambah sambal teri,   "  Lalu kembali saya carikan dan saya kirim. Lama kelamaan kok banyak yang minta macem-macem, akhirnya dari situ mulai belajar  ",  Ujar SiGaluH  Laji.

Lambat laun permintaan barang ke Wulan mulai bermunculan  dan  nama  Sri Wulan di kalangan PMI Hongkong akhirnya mulai kondang,   "  Akhirnya produk dari Indonesia apapun kita kirim sesuai permintaan. Bahkan ada yang minta jamu tradisional juga dan itu rutin  ",  Ungkap Sri Wulan.    Berbekal pengalaman dan jaringan di luar negeri yang sudah terbangun selama 10 tahun, ia terus mengasah kemampuan belajar menjadi eksportir,   "  Pelan-pelan saya bangun. Awalnya hanya sedikit permintaan 5 kilogram petai dan jengkol setiap satu Minggu sekali. Sekarang sudah 25 kilogram setiap Minggu  ",  Ujar SiGaluH Sri Wulan dengan Ahmadernya (manisnya).

Sekarang usaha yang awalnya hanya menirim  jenis kulineran ke luar negeri yang ditekuni  udah merambah  kepengiriman  produk garmen dan barang-barang plastic,  "  Kemarin kita kirim pakaian muslimah 400 buah ke Hongkong. Di sana kan enggak ada, teman-teman yang menjadi pemasar  ",  Ujar SiGaluH Sri Wulan.   Lebih  jauh Wulan menjelaskan, apa pun produk barang yang diminta oleh pasar Hongkong, selalu berusaha ia penuhi,   "  Kita tidak melulu satu produk saja. Macam-macam barang yang diminta selalu kita carikan. Peluang itu yang terkadang tidak dimiliki oleh yang lain  ",  Ujar SiGaluH melanjutkan.

Meski begitu, Wulan saat ini masih terkendala untuk akses izin eksportir dalam jumlah yang  lebih  besar,   "  Kalau ada permintaan dalam jumlah besar kami masih kesulitan. Tapi secepatnya akan kami urus untuk izinnya itu  ",  Ujar SiGaluH Sri Wulan.  Saat ini juga mulai merintis usaha kecil-kecilan untuk skala local di rumahnya.   Tak hanya itu, produk seblak miliknya juga tak kalah berkembang,   setiap hari produk usaha rumahan yang diberi label  "Wulan Barokah"  tersebut juga mampu menjual 100 buah,   "  Per pcs-nya Rp 5.000. Setiap hari dari produk seblak ada perputaran uang Rp 400.000  ",  Ujarnya Laji.

Sri Wulan mengaku bersyukur usaha rumahan yang ia bangun sejak pulang dari merantau ke luar negeri sudah mulai berkembang  dan  bercerita, ada tiga negara yang pernah ia tempati untuk mengadu nasib dulu selama satu decade  yaitu  Jepang, Singapura dan Hongkong.

Wulan pertama kali pergi ke luar negeri pada tahun 1996. Saat itu negara awal yang menjadi tujuannya adalah Jepang,  namun, harapan sukses di negeri bunga sakura itu kandas lantaran ia ditipu oleh pihak agen. Wulan ternyata jadi PMI ilegal dan jadi korban perdagangan manusia.    Waktu itu saya tidak begitu paham. Saya dipekerjakan di restoran dan bekerja 3 bulan  ",  Ujar Sri Wulan dengan Soppenger (Jumawanya),   selain itu, Wulan juga tidak diperkenankan berkomunikasi dengan siapa pun selain karyawan di restoran tersebut.

"  Dari situ akhirnya saya berniat untuk kabur. Setelah dibantu teman yang ada di sana akhirnya berhasil keluar dari Jepang dan kembali ke Indonesia  ", Terangnya,    Sesampai di Jukarta ia tidak langsung pulang ke rumah di Banyuwangi. Melainkan  transit di Jakarta untuk persiapan berangkat ke Singapura.  Di Singapura Wulan lumayan betah  bekerja mengadu nasib di sana hingga 1,8 tahun lamanya,   "  Setelah hampir dua tahun di sana, saya pindah ke Hongkong. Di sana lumayan lama, sekitar 8 tahunan  ",  Ujar SiGaluH Sri Wulan.

Keripik Petai, Jengkol, Teri dll

Kenyang mengadu nasib di Hongkong, istri dari Suhardibyo (43) itu memutuskan untuk pulang kampong dadi ibu rumah tangga,  tapi  di kampung halamannya di Banyuwangi, Wulan sempat bingung  karena  pekerjaan suami yang hanya sebagai petani namun syukur masih mencukupi.   Koordinator Migran Care Banyuwangi, Edi Sujiman mengapresiasi keberhasilan salah satu PMI binaannya dalam pengembangan usaha,   "  Mbak Wulan ini salah satu sosok PMI yang punya etos kerja yang bagus. Terbukti usahanya bisa berjalan  ",  Ujar SiDin Edi Sujiman.

Edi menjelaskan, Migrant Care bergerak dalam isu perlindungan Pekerja Migran Indonesia,   "  Kami melakukan advokasi kebijakan, bantuan hukum, penelitian, dan pendidikan untuk memperkuat gerakan buruh migran sebagai bagian dari gerakan sosial guna mewujudkan keadilan global  ",  Tandas Edi Sujiman.Bukan tanpa alasan, menurut Edi, pembinaan dan pelatihan berkala yang dilakukan oleh Migran Care memang fokus terhadap peningkatan sosial ekonomi, khusunya UMKM,  "  Dan kami kira Mbak Wulan salah satu PMI yang sukses dalam usahanya  ",  Ungkap Edi Sujiman.   "  Patut ditiru karena keuletannya dalam membangun usaha. Tidak mudah memang, namun perlu ketelatenan dan kerja keras  ", Ujar SiDin Edi Sujiman.

 

 

Jadi Pekerja di Luar Negeri tak selalu menyenangkan.

Mantan PMI berhasil memasarkan usahanya lewat Jaringan.         


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...