Kamis, 01 Juli 2021

MASIH MARAKNYA PERDAGANGAN ILLEGAL BURUNG KAKATUA, SPESIES INI TERANCAM PUNAH

NusaNTaRa.Com

byAsnISamandaK,   K  a  m  i  s    2  0     M   e    i     2  0  2  1

Sebuah studi yang melibatkan ahli dari Australia dan Amerika Serikat menganalisa data perdagangan ilegal burung kakatua asal Indonesia sepanjang dua dekade ke belakang. Data yang dipelajari mencakup perdagangan ilegal di Asia Tenggara namun Indonesia dianggap satu negara--bahkan di dunia--yang paling membutuhkan konservasi untuk populasi kakatua miliknya.

Seperti yang dipublikasikan dalam jurnal Biological Conservation terbit Kamis, 20 Mei 2021, studi ini menemukan beberapa alasan kunci burung kakatua berisiko jadi korban perburuan. Dua yang terutama adalah daya tarik keluarga burung bernama latin Psittaciformes ini dan ironi penegakan hukum yang tetap membuka ruang untuk memperdagangkan jenis-jenis kakatua secara bebas.

"  Termasuk dalam daya tarik burung kakatua adalah warna bulunya, ukuran tubuhnya, dan kemampuan menirukan suara lain   ",   Ujar SiDin Rob Heinsohn, profesor di Fenner School of Environment and Society, The Australian National University, Canberra, dalam keterangan tertulis yang dibagikan bersamaan dengan publikasi jurnal.   Sehingga  dari hampir 400 jenis burung kakatua di dunia  sepertiganya  kini telah berstatus terancam punah,   89 di antaranya berada di Indonesia di mana empat jenis berstatus terancam dan dua sangat terancam atau critically endangered alias satu tahap sebelum benar-benar dinyatakan punah di alam liar.

"  Tingginya permintaan sebagai burung peliharaan dan penangkapan dari habitat liar untuk diperdagangkan telah berkontribusi besar untuk menurunnya jumlah populasi burung kakatua di dunia  ",  Ujar SiDin Rob Heinsohn  Laji.   Heinsohn mengungkap pula catatan dari hasil studi bahwa sekalipun perdagangannya cukup luas, jenis-jenis burung kakatua tak berisiko sama menjadi korban perburuan.   Tim peneliti, kata dia, menggunakan model kriminalogi populer untuk menganalisis faktor-faktor yang berelasi dengan jenis kakatua yang diperdagangkan di Indonesia.

Dari enam sumber data yang digunakan, ada 31 jenis atau 34 persen dari seluruh jenis kakatua yang ada di Indonesia yang kerap diperdagangkan.   Keenam sumber data berupa pasar perdagangan kakatua yang tersebar di Maluku dan Maluku Utara,  Jawa Timur,  Jawa Barat,  Jakarta Raya  dan  Medan Sumatera Utara.

Lalu, karena cukup tingginya permintaan di dalam dan luar negeri memicu lahirnya banyak  modus melabeli  jenis tangkapan liar    sebagai     hasil     penangkaran.  Dampaknya burung-burung kakatua bisa diekspor secara legal.

Selain  faktor   kunci   daya     tarik  jenis tertentu  dan  perdagangan  yang   masih relatif bebas,  ada  pula   alasan lain yang ditemukan   ikut   mendukung  kakatua mudah      saja      diburu       untuk diperdagangkan   yaitu    factor    habitat yang berada di wilayah dengan populasi manusia yang semakin tinggi.      "   Itu semua menuntun kepada dugaan bahwa  faktor-faktor  berbasis   permintaan dan peluang secara   bersama  dapat menerangkan  sebagian  dari   perdagangan ilegal kakatua di Indonesia   ",   Ujar SiDin Stephen Pires  ketua tim studi  profesor dari Department of Criminology & Criminal Justice, Florida International University, AS.

   Penegakan hukum yang lebih efisien sangat dibutuhkan  ",   Ujar SiDin  Rob Heinsohn sambil menambahkan strategi perlindungan sarang bisa diterapkan untuk mengurangi perdagangan burung kakatua,    "  Termasuk juga melakukan edukasi dan kampanye konservasi yang menyasar anak-anak dan konsumen   ",  Ujar SiDin  menambahkan.   Selain Heinhson dan Pires, dua peneliti lainnya yang terlibat dalam studi ini adalah Dudi Nandika dari IPB University dan Dwi Agustina dari Perkumpulan Konservasi Kakatua Indonesia.

Burung kakatua berjambul Kuning,

Perdagangan bebas Kakatua terancam  hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...