NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 08/07/2019
Hasil kajian terbaru oleh Conservation International (CI) menunjukkan populasi hiu paus (Rhincodon typus) di tiga lokasi di Indonesia memiliki pola pergerakan yang berbeda-beda. Penemuan ini berkontribusi dalam menyingkap perilaku mereka yang menjadi salah satu misteri spesies ikan terbesar di dunia, hasil tersebut dipaparkan di acara International Whale Shark Conference di Exmouth, Australia Barat pada 28-31 Mei 2019.
Tiga tempat populasi hiu paus yang diteliti adalah Teluk Saleh di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Teluk Triton di Kabupaten Kaimana, dan Teluk Cendrawasih di Papua. Abraham Sianipar, peneliti dari CI, mengatakan ada tiga pola pergerakan populasi hiu paus yang teridentifikasi. Tiga pola pergerakan itu rumahan, musiman dan campuran.
" Rumahan artinya sebagian besar hiu paus berada di area tersebut sepanjang tahun. Musiman berarti hiu paus hanya berada pada area tersebut pada waktu-waktu tertentu. Lalu, campuran merupakan gabungan dari rumahan dan musiman. Mempertimbangkan seluruh hiu paus yang ditelusuri merupakan individu yang belum mencapai kedewasaan, ini mungkin didorong oleh faktor makanan ", Ujar SiDin Abraham dalam siaran pers yang diterima CNNIndonesia, Rabu (26/6).
Pergerakan hiu rumahan ditemukan di Teluk Saleh, pergerakan hiu musiman di Teluk Triton dan campuran dari keduanya di Teluk Cendrawasih. Analisis ini didapat dari data pemasangan tag satelit pada 53 hiu paus di tiga tempat tersebut. Di Teluk Saleh, hanya empat dari 12 hiu paus yang berenang keluar. Hiu paus sisanya berada di dalam teluk bahkan beberapa di antaranya menetap selama 20 bulan. Semua hiu paus yang dipasang tag di Teluk Triton menunjukkan pergerakan ke arah Laut Arafura. Mereka menghabiskan sekitar 35 persen waktunya di luar Kaimana. Sedangkan hiu paus di Teluk Cendrawasih memperlihatkan pola pergerakan keduanya. Beberapa berada di dalam teluk hingga 26 bulan dan lainnya keluar selama lebih dari tiga bulan, sebelum pada akhirnya kembali lagi ke dalam teluk.
Abraham menilai pola pergerakan hiu paus rumahan di Teluk Saleh dan Teluk Cendrawasih terjadi karena bentuk teluk yang tertutup dan terisolasi. Teluk Saleh ditutup oleh Pulau Moyo sedangkan Teluk Cendrawasih oleh Pulau Yapen dan Biak. Selain itu, kedua teluk ini mendapatkan keuntungan dari ekosistem hutan mangrove yang menyediakan nutrisi dan makanan yang melimpah untuk hiu paus sepanjang tahunnya.
Untuk pola pergerakan musiman di Teluk Triton, hal ini disebabkan oleh bentuk teluk yang relative terbuka dan kondisi oseanografi yang terpengaruh secara signifikan oleh perubahan musim angin. Pada saat temperatur permukaan laut yang menjadi lebih dingin pada musim angin timur, nampaknya hiu paus bergerak ke Laut Arafura untuk mencari makanan. Dengan adanya informasi mengenai pola pergerakan di tiga tempat ini maka dapat diprediksi kemunculan spesies tersebut.
" Perilaku hiu paus di Indonesia dapat dikatakan cukup menarik karena di beberapa tempat dapat dilihat sepanjang tahun, berbeda dengan kebanyakan agregasi hiu paus lainnya di dunia yang bersifat musiman. Hal ini menunjukkan potensi yang besar dalam pengembangan pariwisata. Di Maladewa, pariwisata hiu paus memberikan pemasukan tahunan sekitar 130 miliar rupiah ", Ujar SiDin Abraham.
Pada September 2018, Desa Labuhan Jambu yang berada di Teluk Saleh telah meluncurkan pariwisata hiu paus berbasis masyarakat. Dengan peluncuran ini, maka semua pengelolaan dan pendapatan dari pariwisata ini dimiliki penuh oleh warga desa. Bulan Mei lalu, Gubernur Nusa Tenggara Barat Zulkieflimansyah menetapkan Desa Labuhan Jambu sebagai salah satu dari 99 desa wisata prioritas di provinsi tersebut.
drCNN Indonesia, Kamis, 27/06/2019
Duara
Muri menunggangi Kanguru,
Hiu Paus semakin langka
karena diburu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar