NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 20/04/2019
byBakuINunukaN, 20/04/2019
Monumen Raja Sulaeman pendiri kota Manila. |
Jika
kita sekilas melihat Negeri jiran Filipina saat ini mungkin sulit untuk
mempercayai bahwa negeri di utara Indonesia tersebut mula dibangun oleh bangsa
Indonesia khususnya suku Minangkabau !!!.
Bagaimana tidak gaya hidup, Bahasa dan budaya yang berkembang disana rada sedikit lebih berbauh Barat, karena
Negara ini cukup lama dijajah Spanyol,
Inggeris dan Amerika yang memberikan
mereka sentuhan budaya barat dan bahasa tersebut, sehingga sebagian orang
menganggap bahwa Filipina adalah Spanyolnya Asia Tenggoro.
Dibalik
hal tersebut, tak banyak yang tahu sedikit tapi penting tentang sebuah sejarah
kecil, bahwa sejatinya Filipina pernah di pimpin dan dibuka oleh putra
Indonesia asal Minangkabau, Raja Sulaeman.
Dahulu sebelum kehadiran penguasa Spnyol di bumi ini, Filipina berada di
bawah kekuasaan Raja Sulaeman dari Minangkabau dan sekaligus dianggap sebagai
pendiri Filipina dan membuka beberapa kota di sana, disamping itu dalam
kekuasaannya beliau menyebarkan agama Islam hingga kepelosok negeri yang mungkin
hingga hari ini dapat kita temui disebagian kota di Pulau Palawan, Pulau Mindanau,
Kepulauan yang ada di Laut Sulu dan P
Negros.
Bangsa MORO di Filipina |
Menurut
literature sejarah Filipina, perantau
Muslim asal Minang Ini ternyata adalah pendiri
kota Manila di Filipina Pada Masa lalu, dan negeri ini pada pertengahan abad ke-16 diperintah oleh tiga pemimpin besar bangsa
Minagkabau yakni Raja Sulaeman, Raja Matanda dan Raja Lakandula. Ketiganya memimpin sebuah wilayah yang
berbeda-beda, namun masih berada di dalam satu kawasan. Raja Sulaeman dan Raja Matanda menguasai
area selatan Sungai Pasig yang saat ini bernama Manila, sedangkan Raja Lakandula menguasai di bagian
utara. Para pembesar ini bahkan
memiliki hubungan perdagangan dengan Kesultanan Sulu, Brunei dan Ternate di
Cavite.
Pemerintahan
Kerajaan Islam di Filipina telah ada dan berkembang dengan sangat pesat, jauh sebelum kedatangan bangsa Spanyol. Dalam disertasi “
Merantau : Pola Migrasi Suku
Minangkabu “ tahun 1974,
Mochtar Naim menemukan jejak-jejak mengenai orang-orang Minang yang
merantau ke Kepulauan Sulu, Filipina.
Salah satunya adalah jejak Raja Sulaeman dari Minangkabau yang merupakan
pendiri kota Manila di Filipina diperkuat tulisan yang mengungkapkan bahwa
penamaan kota Manila berasal dari kata “ Fi’amanillah “ yang berarti “ Di bawah
Lindungan Allah SWT “, dikutip dari
laman republika.co.id.
Bahkan
pada zaman kekuasaan puak Minangkabau tersebut
Filipina merupakan negeri Islam dengan populasi Muslim kala itu mencapai
98 persen dan ummat muslim disana sst itu bertekat menjadikan Manila sebagai
kota muslim terbesar se Asia Tenggara,
namun semua berubah seiring kekuasaan Spanyol berkuasa atau menjajah di
sana. Di bawah pengaruh Khilafah Islam
di Timur Tengah, penduduk Filipina sudah menerapkan syariat Islam dengan
pekerjaan kaum Muslim di sana kebanyakan adalah pedagang, petani dan nelayan.
Kejayaan
Ummat Islam berubah ketika penjajah
Katolik Spanyol datang ke Filipina pada 1565 dengan misi Gold, Glory dan
Gospel. Dalam masa empat tahun kemudian
berbekal kelengkapan militer kota Amanillah di rebut bangsa penjajah
Spanyol dan dengan menggunakan penindasan dan
kekerasan mereka memaksa warga muslim kota tersebut memeluk
Kristen Katolik. Gerakan Kristenisasi
dilakukan secara massal, terutama di wilayah Filipina Utara dan Tengah,
sehingga secara perlahan jumlah umat
muslim terus mengalami penurunan secara signifikan.
Intramorus Walle-City di Manila |
Ketentraman penduduk muslim Filipina mendadak berubah
saat armada besar asal Spanyol datang ke wilayah tersebut, pasukan laut negeri matador pimpinan
Ferdinand Magellan itu bentrok dengan
angkatan bersenjata pimpinan Sultan Sulaeman yang menguasai Pulau Seludung sekarang namanya menjadi Luzon. Peperangan
yang terjadi pada 27 April 1521 seorang pahlawan Islam yang bernama Lapu Lapu berhasil
membunuh Ferdinand Magellan. Sayang, dominasi kekuatan Spanyol yang besar
akhirnya sukses mengubah wajah Filipina.
Muslim
Filipina yang tidak mau memeluk Kristen Katolik ketika itu melarikan diri ke
bagian wilayah selatan Filipina seperti Palawan dan Mindanao untuk
menyelamatkan akidahnya. Di sana mereka berhasil menciptakan pertahanan yang
kuat dan terus melawan Spanyol lewat perang Gerilya yang kemudian oleh bangsa
penjajah disebut Moro, kemduian bangsa Spanyol merekrut Indo Kristen atau Filipina yang sudah memeluk Kristen
untuk memerangi kaum Moro hingga tahun 1898.
Peperangan
dan penindasan yang dilakukan Spanyol berhasil membuat Filipina jadi negara
mayoritas Kristen satu karakteristik Negara Barat, Ibukota Amanilah pun diubah namanya jadi
Manila dan Saat ini, populasi Islam di Filipina hanya
tinggal sebesar 5%, sementara populasi Kristen mencapai 90% dan sisanya memeluk
Buddha dan ateis. Sementara bagian dari Filipina yang ada di Kalimantan
yaitu negeri bagian Sabah dan Brunai
saat ini masuk dalam wilayah Kesultanan Brunei dan Malaysia yang mayoritas penduduknya
bergama Islam.
Ada
tiga jejak kejayaan Islam yang masih bisa anda temukan di Filipina ; -Masjid Syekh Karim al-Makdum, pusat
penyebaran agama Islam di Tanah Filipina berdiri tahun 1380 M oleh Syekh Karim
al-Makdum saudagar Arab di Tublik
indangan, Simunul, Masjid ini didaulat sebagai masjid tertua di
Filipina. -Intramorus Walle City,
Dinding yang dibangun pada abad ke-16 di atas lahan seluas 64 ha yang menjadi
cikal bakal kota Manila dibangun Raja Sulaeman penguasa Islam kala itu dan -Distrik Quiapo, merupakan kota lama dan tempat permukiman dan
pusat transaksi Islam di Manila dahulu dan masih bisa ditemukan model itu
hingga kini. Namun sekarang di daerah
tersebut sudah banyak berdiri gedung-gedung pencakar langit.
Bentuk
penghormatan masyarakat Filipina atas jasa-jasanya di masa lalu, figur Raja
Sulaeman diabadikan menjadi sebuah patung yang terletak di Rizal Park, Manila.
Azizan wahab
- Razalie bercumbu di hadapan,
Manila di buka bangsa Minangkabu Raja Sulaeman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar