NusanTaRa.Com
byIndaHPalloranG, 03/07/2019
byIndaHPalloranG, 03/07/2019
Hal
yang spesial bagi Masyarakt Bali ketika memperingati Hari Keluarga Nasional
ke-26 Juni 2019, karena hari itu menjadi momen bagi Gubernur Bali Wayan Koster
untuk mempromosikan Keluarga Berencana (KB) tetapi dengan 4 anak. Alasan semakin langkanya pemilik nama Nyoman dan
Ketut atau suku Bali, yang justru terjadi ditengah meningkatnya kesejahteraan ekonomi serta
pendapatan per kapita krama Bali.
Gubernur
Bali, Wayan Koster menghapus program Keluarga Berencana (KB) mengenai aturan
dua anak yang dicanangkan sejak pemerintahan orde baru. Koster justru
menganjurkan warga Bali untuk melahirkan empat anak. Hal ini tertuang dalam Instruksi Gubernur
Bali Nomor 1545 Tahun 2019 tentang Sosialisasi Program Keluarga Berencana Krama
Bali, sosialisasi ini telah ditetapkan Koster sejak Jumat (14/6/2019).
" Agar tradisi konsep keluarga berencana (KB)
krama Bali warisan leluhur tidak punah, para pasangan pengantin baru agar
memprogram memiliki lebih dari dua orang anak, bahkan hingga empat orang
anak ", Ujar SiDin Wayan Koster
dalam acara di Gedung I Gusti Ketut Pudja, Singaraja, Buleleng pada Jumat (28/6/2019). “ Ini
saya sampaikan melihat kondisi terkini di Bali, di mana anak yang menyandang
nama Nyoman atau Komang (sebutan anak ketiga, red) sudah langka, apalagi Ketut
(Sebutan untuk anak keempat, red) ”,
Ujar SiDin Wayan Koster.
“
Kepada Wali Kota/Bupati se-Bali, untuk ke-satu, segera menghentikan kampanye
dan sosialisasi 'Keluarga Berencana (KB) dengan 2 anak cukup atau 2 (dua) anak
lebih baik' kepada jajarannya yang menangani urusan keluarga berencana ”, Ujar
SiDin Wayan Koster. Pertimbangan empat
anak ini karena garis keturunan sesuai dengan budaya Bali (krama) dinilai sudah
mulai terancam. Di Bali ada sebutan bagi
anak pertama hingga ke empat, program KB wajib dua anak, keturunan ketiga dan
keempat dinilai terancam punah.
Koster
juga melanjutkan, pihaknya sudah melakukan survei di Bali yang berdasarkan
kepada Kartu Keluarga (KK) yang hasilnya menunjukkan bahwa populasi anak ketiga
sampai keempat alias penyandang nama Nyoman dan Ketut, sudah benar-benar
menurun. “ Ini (Nyoman dan Ketut, red) sudah barang
langka sekarang di Bali. Hampir punah, padahal sejatinya ini adalah warisan
leluhur kami, yang begitu arif untuk membuat suatu kearifan lokal yang menurut
saya harus kita jaga dan lestarikan ”,
Ujar SiDin Laji.
Dalam
Krama Bali ada istilah menyebut untuk anak pertama dengan Wayan, kedua Made,
ketiga Nyoman dan keempat disebut dengan Ketut. “
Bahwa adanya penghormatan atas hak reproduksi, mempunyai makna Krama Bali
untuk melahirkan anak lebih dari dua orang, bahkan empat orang yang
penyebutannya terdiri atas Wayan, Made, Nyoman dan Ketut atau sebutan lain
sesuai dengan kearifan lokal yang telah diwariskan oleh para leluhur dan tetua
krama Bali ”, Ujar SiDin Koster.
Dwi
Listyawardani, Plt Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN, dikesempatan yang
sama mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kerja sama yang baik dari
Pemerintah Provinsi Bali untuk berbagai program BKKBN. Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia
yang terdepan dalam menjalankan program KB dengan anjuran dua anak cukup selama
ini. “ Sehingga Bali jadi satu dari
sedikit provinsi yang menyandang predikat terbaik di Indonesia ”, Ujar SiGaluh
memuji.
Putu
Gede beranak Empat,
Wayan
Koster promosikan KB anak Empat.
Buat kebijakan yang manusiawi itu lebih ponting .............. menuju SDM Indonesia yang bermutu
BalasHapus