NusanTaRa.Com
Sikapnya berani mati selama perjuangan bukan saja dalam pertempuran di medan laga, tapi juga terkenal sebagai pejuang yang berani merampok kalangan orang kaya pro Belanda. Menurut James Siegel, selama revolusi, pria yang bernama asli Waluyo juga menyumbang tenaga dengan cara merampok orang-orang Tionghoa yang dekat dengan Belanda dan tidak mendukung perjuangan, kemudian hasil jarahan tersebut ia bagi –bagikan pada para pejuang. " Kusni, konon tak tahu menahu dan tak mau tahu nasib hasil jarahannya. Ia menyumbangkan puluhan juta bagi revolusi ", Ujar SiDin Siegel dalam Eksplorasi Kejahatan Politik dan Kejahatan (2000).
Setelah Revolusi Kehidupan Kusni Kasdut mulai mengalami kesulitan untuk hidup di Jakarta, ia telah mencari dan berusaha berbagai pekerjaan tapi selalu mengalami kegagalan sementara kehidupan kota membutuhkan biaya. Dalam kehidupan seperti itu kemudian ia mendapatkan istri seorang Gadis Indo kalangan menengah yang kemudian diberi nama Sri Sumarah Rahayu Edhiningsih yang membuatnya harus mampu menegakkan keluarga yang sangat ia cintai.
Perampok kejahatan sepanjang abad,
Kusni Kasdut perampok ulung bak Robin Hood.
Masa kecil
yang pahit sebagai anak yang tak jelas ayahnya,
ia habiskan waktunya di terminal Bis kota Malang sebagai penjaja Rokok
dan permen untuk meringankan beban ibunya. Ketika dewasa pria kelahiran tahun 1929 ini
bergabung bersama Laskar Rakyat dalam
revolusi perjuangan (1945 – 1949) melawan penjajah Belanda yang ingin kembali
menguasai Indonesia, berbagai derita ia
lalui bahkan ia sempat merampok untuk membiaya perjuangan selama di front Jawa Timur. Titik balik torehan sejarah hidupnya justru terjadi disaat Indonesia mulai mengisi kemerdekaan dengan berbagai pembangunan, karena dimasa inilah ia terlibat berbagai perampokan besar lalu terakhir tertangkap 1959 dan dieksekusi
mati setelah permohonan grasinya ditolak
presiden Soeharto pada tahun 1980.
Adalah Kusni Kasdut kelahiran Blitar tahun 1929, seorang yang pernah tercatat dalam sejarah sebagai kriminal besar bersama Gengnya melakukan perampokan besar, sebagai konvensasi dari kekecewaannya atas pengabdiannya yang tidak di hargai. Sejak kecil bersama ibunya menjalani kehidupan di terminal Kota Malang dan menetap digubuk didaerah miskin Gang Jangkrik Wetan Pasar, Malang. Kusni Kasdut sejak kecil sudah terbiasa menderita dalam meringankan beban ibunya melakukan apa saja yang ia bisa, " Ia merasa di rumah, dihimpit tentang asal-usul dirinya yang ia sendiri tidak tahu ......... Hal itu mendesaknya untuk berontak ”, Ujar SiDin Saiful Rahim dalam biografi Kusni (1980).
Kehidupan penuh derita yang dilaluinya bersama ibunya membuatnya kuat dan berani melakukan berbagai pekerjaan yang dapat meringankan hidup karena tak tebiasa dengan berdiam diri dan hanya berpangku tangan. Gerakan Perjuangan Bangsa Indonesia untuk mempertahan kemerdakaan dari Bangsa Penjajah Belanda yang ingin kembali terjadi di Usia Mudanya, ternyata mengelorakan jiwa dan darah mudanya sehingga turut dalam perjuangan tersebut (1945 – 1949). Kisah perjuangannya yang dilatari kehidupan masa kecilnya penuh derita menjadikan dia sosok pejuang yang sangat berani melawan penjajah serta sangat perhatian kepada sesama pejuang membuatnya sangat di kenal para kerabat seperjuangannya di sektor perjuangan Front Jawa Timur.
Adalah Kusni Kasdut kelahiran Blitar tahun 1929, seorang yang pernah tercatat dalam sejarah sebagai kriminal besar bersama Gengnya melakukan perampokan besar, sebagai konvensasi dari kekecewaannya atas pengabdiannya yang tidak di hargai. Sejak kecil bersama ibunya menjalani kehidupan di terminal Kota Malang dan menetap digubuk didaerah miskin Gang Jangkrik Wetan Pasar, Malang. Kusni Kasdut sejak kecil sudah terbiasa menderita dalam meringankan beban ibunya melakukan apa saja yang ia bisa, " Ia merasa di rumah, dihimpit tentang asal-usul dirinya yang ia sendiri tidak tahu ......... Hal itu mendesaknya untuk berontak ”, Ujar SiDin Saiful Rahim dalam biografi Kusni (1980).
Kehidupan penuh derita yang dilaluinya bersama ibunya membuatnya kuat dan berani melakukan berbagai pekerjaan yang dapat meringankan hidup karena tak tebiasa dengan berdiam diri dan hanya berpangku tangan. Gerakan Perjuangan Bangsa Indonesia untuk mempertahan kemerdakaan dari Bangsa Penjajah Belanda yang ingin kembali terjadi di Usia Mudanya, ternyata mengelorakan jiwa dan darah mudanya sehingga turut dalam perjuangan tersebut (1945 – 1949). Kisah perjuangannya yang dilatari kehidupan masa kecilnya penuh derita menjadikan dia sosok pejuang yang sangat berani melawan penjajah serta sangat perhatian kepada sesama pejuang membuatnya sangat di kenal para kerabat seperjuangannya di sektor perjuangan Front Jawa Timur.
Sikapnya berani mati selama perjuangan bukan saja dalam pertempuran di medan laga, tapi juga terkenal sebagai pejuang yang berani merampok kalangan orang kaya pro Belanda. Menurut James Siegel, selama revolusi, pria yang bernama asli Waluyo juga menyumbang tenaga dengan cara merampok orang-orang Tionghoa yang dekat dengan Belanda dan tidak mendukung perjuangan, kemudian hasil jarahan tersebut ia bagi –bagikan pada para pejuang. " Kusni, konon tak tahu menahu dan tak mau tahu nasib hasil jarahannya. Ia menyumbangkan puluhan juta bagi revolusi ", Ujar SiDin Siegel dalam Eksplorasi Kejahatan Politik dan Kejahatan (2000).
Setelah Revolusi Kehidupan Kusni Kasdut mulai mengalami kesulitan untuk hidup di Jakarta, ia telah mencari dan berusaha berbagai pekerjaan tapi selalu mengalami kegagalan sementara kehidupan kota membutuhkan biaya. Dalam kehidupan seperti itu kemudian ia mendapatkan istri seorang Gadis Indo kalangan menengah yang kemudian diberi nama Sri Sumarah Rahayu Edhiningsih yang membuatnya harus mampu menegakkan keluarga yang sangat ia cintai.
Berbekal
pengalaman sebagai pejuang ia mencoba melamar menjadi tentara
TNI, tapi sayang lamarannya tersebut
ditolak karena semasa berjuang dulu ia tidak tercatat secara resmi dan
kakinya yang pincang terkena
tembakan Belanda saat berjuang. Dalam
kekalutan ia berteman laki-laki asal Cikini
kecil (wilayah sekitar Hotel Sofyan)
Muhammad Ali alias Bir Ali mantan suami penyanyi Ellya Khadam, pelaku perampokan yang suka minum Bir
sebelum melakukan aksinya meninggal 16 Februari 1980 karena membunuh
seorang kaya Arab Ali Badjened.
Melihat
bakat Kusni Kasdut dalam memimpin rekannya mengangkatnya sebagai pemimpin Geng yang beranggotakan Ali,
Mulyadi dan Abu Bakar. Setelah itu Kusni mulai merasakan kejahatan
sebagai suatu manisan ditengah kesulitan hidupnya dan membuatnya ketagihan
bahkan teguran dari sahabat seniornya
yang sangat ia hormati Subagio pun tak dipedulinya. Pengalaman sewaktu memasuki penjara di era
revolusi dulu malah membuatnya lebih
berani menghindari penjara dengan
membunuh korban bila terpaksa sehingga ia menjadi monster haus darah.
Kisah perampokan Gengnya mulai menjadi berita besar, ketika Bir Ali yang merampok bersamanya membunuh korban rampokannya seorang Arab Kaya Ali Badjened di kawasan Awab Alhajri Kebon Sirih tahun 1960-an, membuat Ali Badjened mati seketika oleh sebuah tembakan Pistol Bir Ali dari atas Jeepnya. Setahun kemudian 31 Mei 1961 Kusni dan Gengnya kembali beratraksi di Museum Nasional Jakarta (Gedung Gajah), Kusni dalam aksinya berseragam Polisi dan menggunakan Jeep menyandera pengunjung dan menembak mati seorang petugas museum serta berhasil membawa lari 11 butir permata koleksi museum.
Tragedi Museum tersebut sontak menjadikan nama Kusni Kasdut terkenal dan buah berita setiap hari diberbagai media sekalian menjadikannya buronan kakap pihak kepolisian, membuatnya harus bersembunyi dari satu tempat ketempat lain yang akhirnya tertangkap kepolisian Semarang kemudian menjalani vonis mati tahun 1980. Kusni tertangkap Polisi ketika dalam pelariannya menjual Berlian tapi pihak pembeli melihat ukuran Berlian yang tidak biasa kemudian melaporkan ke Polisi Semarang, Polisi Semarang memvonisnya mati. Selama menanti eksekusi setidaknya 8 kali ia kabur dari penjara, terakhir 10 September 1979 dan tertangkap 17 oktober 1979.
Kusni sempat mengajukan Grasi tapi SK Presiden No. 32/G/1979 tanggal 10 Nopember 1979 Soeharto menolaknya dan menjalani eksekusi pada 16 Februari 1980. Di hari-hari terakhir hidupnya menyesali kesalahannya dan berkat seorang pastor ia memutuskan untuk dibaptis dengan nama Ignatius Kusni Kasdut dan sebelum eksekusi ia menikmati kebaktian Katolik di LP Kalisolok di kelilingi Sunarti (Istri kedua) anak, cucu dan menantunya.
Babak akhir sejarah kehidupan Kusni Kasdut banyak menoreh kisah kejahatan Perampokan dan Pembunuhan hingga dikenang para korban, tapi banyak juga yang beranggapan bahwa si penjahat berdarah dingin ini sebagai “ Robin Hood Indonesia “ karena hasil rampokannya sering di bagi-bagikan kepada kaum miskin bahkan saat ikut berjuang dalam Revolusi dulu. Sebuah media tahun 1979 pernah memuat cerita bersambung berjudul “ Kusni Kasdut ” mengisahkan sepak terjangnya selama hidupnya dan melahirkan lagu God Bless “ Selamat Pagi Indonesia ” di album Cermin.
Kisah perampokan Gengnya mulai menjadi berita besar, ketika Bir Ali yang merampok bersamanya membunuh korban rampokannya seorang Arab Kaya Ali Badjened di kawasan Awab Alhajri Kebon Sirih tahun 1960-an, membuat Ali Badjened mati seketika oleh sebuah tembakan Pistol Bir Ali dari atas Jeepnya. Setahun kemudian 31 Mei 1961 Kusni dan Gengnya kembali beratraksi di Museum Nasional Jakarta (Gedung Gajah), Kusni dalam aksinya berseragam Polisi dan menggunakan Jeep menyandera pengunjung dan menembak mati seorang petugas museum serta berhasil membawa lari 11 butir permata koleksi museum.
Tragedi Museum tersebut sontak menjadikan nama Kusni Kasdut terkenal dan buah berita setiap hari diberbagai media sekalian menjadikannya buronan kakap pihak kepolisian, membuatnya harus bersembunyi dari satu tempat ketempat lain yang akhirnya tertangkap kepolisian Semarang kemudian menjalani vonis mati tahun 1980. Kusni tertangkap Polisi ketika dalam pelariannya menjual Berlian tapi pihak pembeli melihat ukuran Berlian yang tidak biasa kemudian melaporkan ke Polisi Semarang, Polisi Semarang memvonisnya mati. Selama menanti eksekusi setidaknya 8 kali ia kabur dari penjara, terakhir 10 September 1979 dan tertangkap 17 oktober 1979.
Kusni sempat mengajukan Grasi tapi SK Presiden No. 32/G/1979 tanggal 10 Nopember 1979 Soeharto menolaknya dan menjalani eksekusi pada 16 Februari 1980. Di hari-hari terakhir hidupnya menyesali kesalahannya dan berkat seorang pastor ia memutuskan untuk dibaptis dengan nama Ignatius Kusni Kasdut dan sebelum eksekusi ia menikmati kebaktian Katolik di LP Kalisolok di kelilingi Sunarti (Istri kedua) anak, cucu dan menantunya.
Babak akhir sejarah kehidupan Kusni Kasdut banyak menoreh kisah kejahatan Perampokan dan Pembunuhan hingga dikenang para korban, tapi banyak juga yang beranggapan bahwa si penjahat berdarah dingin ini sebagai “ Robin Hood Indonesia “ karena hasil rampokannya sering di bagi-bagikan kepada kaum miskin bahkan saat ikut berjuang dalam Revolusi dulu. Sebuah media tahun 1979 pernah memuat cerita bersambung berjudul “ Kusni Kasdut ” mengisahkan sepak terjangnya selama hidupnya dan melahirkan lagu God Bless “ Selamat Pagi Indonesia ” di album Cermin.
byLasikUAgaY
Perampok kejahatan sepanjang abad,
Kusni Kasdut perampok ulung bak Robin Hood.