NusanTaRa.Com
Allahhuakbar Allahhuakbar Lailahaillah huAllahhuakbar 2x Allahhuakbar walillah ilham …… Bunyi
gema takbir menyambut Hari Raya Idul Fitrie yang menggema dari mesjid yang berada di Daerah perbatasan P. Sebatik
dengan Negara Jiran Malaysia,
mesjid Al-Mukhizin yang berada di
Desa Seberang Kecamatan Sebate Utara Kab. Nunukan merupakan salah satu mesjid yang
berada di kawasan Perbatasan. Jemaah
Sholad id di mesjid yang mampu menampung
150 jemaah ummat Islam desa tersebut serta Warga Malaysia yang berasal dari Kampung Sei
Melayu Sebatik.
Perayaan Hari Raya IDUL FITRIE 1437 H yang dirayakan
pada 6 Juli 2016, Kebetulan tahun ini
perayaan ummat Islam tersebut di
Indonesia dan Malaysia dirayakan pada hari yang sama tidak seperti tahun
sebelumnya yang biasanya berbeda sehingga ada warga di kedua perbatasan
tersebut yang merayakannya dua kali. Jemaah
mesjid Al-Mukhizin yang sholat Idul
ftrie dari Kampung Sei Melayu Malaysia cukup banyak sekitar 30 orang karena
dikampung mereka hanya ada sebuah mesjid kecil atau Mushollah yang tentunya
tidak menyelenggarakan sholat Id.
Mesjid Al-Mukhizin Desa Seberang Kec Sebate Utara Kaltara |
Kampung SeiMelayu P Sebatik Malaysia dihuni sekitar 50 kk berjarak sekitar 3 Km dari Garis perbatasan dengan Indonesia yaitu Desa Seberang Kec Sebatik Utara yang dihubungkan dengan jalan kecil dari tanah dapat dilalui dengan kendaraan Roda dua/motor, Komunikasi Kampung ini dengan jalan darad selain Desa Seberang hampir tidak ada, seperti dengan Ibu kota P Sebatik Malaysia Wallaceby yang hanya dapat ditempuh dengan jalur laut demikian juga Kota Tawau yang sangat ramai hanya dengan Speedboad selama 15 menit.
Warga Kampung SeiMelayu umumnya masih merupakan warga Negara Indonesia dan masih memiliki sanak keluarga dengan warga P Sebatik Indonesia bahkan menurut Pak Hambali Yang merupakan petugas Desa Seberang banyak diantara mereka memiliki Kartu Penduduk Sebatik Utara dan masih terdaftar. Sebagian besar mata pencaharian mereka sebagai petani dan nelayan, awalnya sekitar 20 tahun yang lalu warga Desa seberang membuka lahan pertanian disebelah desanya yang kebetulan saat itu tidak ada penjaganya selain Patok batas, lama kelamaan menjorok jauh kedalam wilayah Malaysia sekitar 3 km dan menjadi pemukim tetap hingga kini.
Hasan salah satu jemaah Al-Mukhizin menceritakan, “ untuk sholad Id bersama istri, kami terpaksa harus jalan kaki melalui jalan tanah sejauh 2 km dan berbecek karena hujan “, “ Bukan hanya untuk sholat harus berjalan demikian anak kami yang sekolah di Desa Seberang SDN 01 Sebatik Utara juga harus demikian “ tambah sidin Hasan penuh semangat. Hasan merupakan seorang Petani yang bekerja pada seorang pemilik sawah, upah yang ia peroleh bisa dirata-ratakan sekitar RM 300 (RM=Ringgit Malaysia) dalam sebulan jika aktip selain itu ia juga nyambi bekerja sebagai nelayan untuk menambah biaya hidup. Warga Indonesia yang menetap disebelah banyak yang sering ke wilayah Indonesia untuk berbagai kepentingan seperti berbelanja keperluan sehari-hari, Sekolah, sholat, berobat dan keperluan lain karena untuk ke Tawau dan Wallaceby cukup jauh serta ongkos yang mahal demikian dengan warga lain yang berada kampong Malaysia sepanjang perbatasan seperti Mentadak dan dekat Aji Kuning.
Penyelenggaraan sholad idul fitri di mesjid ini terbilang unik, karena setelah sholat id dilanjutkan dengan khutbah dengan bahasa Bugis. Menurut Ustad Nadir yang merupakan Imam mesjid bahwa khutbah dimesjidnya sering berbahasa Bugis karena sebagian besar warga P Sebatik adalah perantau dari Sulawesi Selatan. Ibu Nadire salah satu jemaah sholah Id dimesjid yang datang bersama suaminya dan anaknya harus berjalan 1,5 km dari rumahnya yang ditempuhnya hingga 1 jam dan ia telah meninggalkan rumahnya jam 05.45 agar dapat sampai tepat waktu, “ Kalau sholat disini seperti di Kampung karena khatibnya berbahasa Bugis “, Tandas Ibu Nadire.
Pulau Sebatik Indonsia (Timur) |
Keadaan ini tidak saja terjadi pada hari besar agama Islam tapi juga pada perayaan hari besar ummat Kristen, sebagaimana di Kecamatan Pedalaman yang berbatasan dengan Sabah dan Serawak Malaysia seperti Kecamatan Lumbis, Lumbis Ogong, Kerayan Induk, Kerayan Selatan, Kerayan Barat, Kerayan Timur dan Kerayan tengah. Ketika perayaan Natal 25 Desember ramai warga Malaysia baik yang Pasport maupun IC itu kembali ke daerah tersebut untuk merayakan Natal bersama keluarga. " Menjelang Natal ratusan warga kami Dayak yang menetap di Malaysia (Sabah dan Serawak) baik yang masih Pasport maupun sudah IC akan balik natalan ke kampung ", Ujar sidin Fergillius Amos.
Warga SeiMelayu Sebatik Malaysia yang masih warga Indonesia jika berlebaran ke Desa Seberang Sebatik Utara tidak mengalami masalah karena cukup hanya mengatakan bahwa mengunjungi Sebatik Untuk sholat jika ada pemeriksaan dari Polisi Malaysia. Keberadaan Warga Indonesia di SeiMelayu Malaysia dalam kurun waktu cukup lama 20 tahunan merupakan satu permasalahan dalam kasus tapal batas Indonesia-Malaysia yang belum terselesaikan.
byRianSyahputrA.
Hujan Emas di negeri Jiran Hujan batu di Kampung,
Ketika Lebaran warga Indonesia di seberang mudik Pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar