NusanTaRa.Com
Alur Pelayaran Selat Malaka, jalur penghubung pelayaran dari Samudera Hindia
dan Samudera Fasipik dan jalur pelayaran terpenting di dunia sebagaimana
Terusan Suez dan Terusan Panama, serta menghubungkan tiga Negara terbanyak
penduduknya di duia India, China dan Indonesia serta Negara - negara dengan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan pertumbuhan Industri yang pesat . Dari data sebanyak 60.000 kapal melintasi
Selat Malaka setiap tahunnya, mengangkut antara seperlima dan seperempat
perdagangan laut dunia, kondisi ini
tentunya sangat padat untuk kawasan seluas 1,5 mil laut pada titik tersempit
yang menjadi salah satu sebab kemacetan pelayaran serta dapat memicu berbagai
kendala dalam pelayaran.
Untuk mengatasi problem kemacetan dan tindak kriminalitas di jalur pelayaran
Selat Malaka, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Maritim dan Sumber
Daya menginginkan jalur utama perdagangan dunia saat ini bergeser ke jalur Alur
Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang melewati Selat Lombok, karena selama
ini jalur yang melintasi Selat Malaka dirasa sudah terlalu padat trafiknya oleh
lalu lintas kapal niaga.
" Kan gini, selama ini mayoritas kapal kapal perdagangan, tanker, semua lewat Selat Malaka. Padahal di beberapa lokasi Selat
Malaka itu sempit, dangkal, trafiknya makin padat, resiko terhadap kemungkinan
tabrakan, tumpahan minyak dsb cukup besar " kata Menko Maritim dan Sumber
Daya, Rizal Ramli usai rapat di Ruang Badan Anggaran Gedung DPR/MPR RI,
Jakarta, Senin (13/06/16).
ALKI ditetapkan sebagai alur untuk pelaksanaan Hak Lintas Alur Laut
Kepulauan berdasarkan konvensi hukum laut internasional. ALKI ini digunakan
sebagai alur untuk pelayaran dan penerbangan yang dapat dimanfaatkan oleh kapal
atau pesawat udara asing di atas laut tersebut untuk dilaksanakan pelayaran dan
penerbangan damai dengan cara normal.
Untuk itu, pemerintah saat ini mendorong agar ALKI 2 lebih banyak digunakan
untuk jalur perdagangan kapal-kapal besar, melewati Selat Lombok, Selat
makassar, lalu ke utara melewati samping Bitung dan Filipina.
" Kalau kita lihat perkembangan 10-20 tahun yang akan datang, Selat
Malaka jelas tidak akan memadai lagi. Pemerintah mendorong agar lebih banyak
yang lewat ALKI II melalui Selat Lombok. Kalau itu terjadi, Selat Lombok itu
kan jauh lebih dalam, lebar dan aman sehingga risiko terhadap perdagangan
dunia, dan lingkungan hidup makin kecil, " tambahnya.
Keseriusan pemerintah dalam hal ini terlihat dengan akan dibangunnya dua pelabuhan
besar di Kawasan ini yaitu di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Sulawesi. Pemerintah Juga menawarkan pada Yunani untuk
menanamkan modalnya di kawasan ALKI II khususnya dibidang Perkapalan termasuk
dalam pembangunan dua pelabuhan besar tersebut serta penggunaan jalur ALKI II
bagi kapal mereka.
Yunani merupakan Negara terbesar yang memproduksi kapal-kapal besar
dan pemiliki kapal kargo yang banyak, menyambut baik tawaran Indonesia tersebut
dan akan mempelajarinya serta akan membicarakannya dengan pelaku bisnis perkapalan
di negaranya, sebagaimana kata Menteri Perkapalan dan Kebijakan Kepulauan
Yunani Theodoris Drista, “ Tawaran ini Sangat menarik “.
Rizal berujar " Saat ini sudah mulai ada sejumlah Kapal tanker besar
yang melewati Selat Lombok ". Namun sidin menambahkan, jika ingin perekonomian
Indonesia khususnya di bagian Timur lebih baik lagi, pemerintah harus terus
berusaha agar lebih banyak lagi kapal yang melewati alur ini. " Karena kalau itu terjadi, Ekonomi Indonesia timur akan sangat diuntungkan, kaarena akan banyak fasilitas maintenance service,
supply, air minum, makanan dll yang akan berkembang di seputar jalur ALKI II. Secara strategis kita ingin ada pergeseran dari Selat Malaka ke ALKI II sehingga kita perlu bicara dengan pemain-pemain besar di dalam bidang
perkapalan dunia. Kalau yang komersial nomor satu Yunani menguasai 30%
perkapalan dunia. Selanjutnya Norwegia, Denmark, dan negara Eropa
lainnya " tutupnya.
byBakuiNunukaN
Selat Malaka antara Sabang dan Batam,
Alur pelayaran memperlancar transportasi Maritim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar