NusanTaRa.Com
Adil ka'talino, bacuramin ka'saruga, basengat ka'Jubata... Aruus !!!, Pepatah Bhs Dayak
Sungai Kapuas mengalir ke Laut Jawa,
Palaunsoeka Pejuang putra Dayak yang Sederhana.
Adil ka'talino, bacuramin ka'saruga, basengat ka'Jubata... Aruus !!!, Pepatah Bhs Dayak
Mengenang kembali sosok Pejuang dan
Panutan bangsa Dayak, Alm. Fransiskus Conradus Palaunsoeka - Pendiri
Partai Persatuan Dayak.
" Fransiskus Conradus Palaunsoeka " merupakan
Putra Dayak yang lahir pada 19 Mei 1923 di Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu,
Provinsi Kalimantan Barat dan meninggal
dunia pada 12 Agustus 1993 di Pontianak.
Beliau seorang pejuang masyarakat Dayak di awal kemerdekaan dan turut mengisi awal-awal kemerdekaan
dengan berbagai perjuanagn politiknya di Jakarta di tahun 1945.
Pada awalnya Palaunsoeka berkarir
sebagai guru di salah satu sekolah Katolik di Kalimantan Barat. Karena
desakan berkali-kali Pastor Adikarjana SJ yang merupakan seorang biarawan
pribumi yang lolos dari sekapan tentara Jepang saat itu, Palaunsoeka pun
mendirikan Dayak in Action (DIA) pada tanggal 30 Nopember 1945 dan yang kemudian berubah menjadi Partai Persatuan
Dayak (PPD) tahun 1946.
Berkat Partai PPD yang ia dirikan
inilah, Palaunsoeka berhasil menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) untuk
pertama kalinya hingga ia berhasil bertahan sebagai wakil rakyat selama 37
tahun yaitu periode 22 Desember1948 – 26
Maret 1988 ketika ia di-recall Soerjadi dan Nicolaus Darjanto, Ketua Umum dan
Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (DPP PDI).
Selanjutnya sejarah PPD resmi
dibubarkan tahun 1963, karena tidak mencapai ketentuan Partai Politik yang
dapat berpartisipasi dalam Petsa Demokrasi Tanah Air saat itu yaitu minimal partai
berada pada 5 provinsi, kemudian Palaunsoeka bergabung dengan Partai Katolik
yang menghantarkannya mengenal banyak
tokoh – tokoh nasional hingga membuat kredibilitasnya sebagai tokoh politik
semakin dikenal. Selain menjadi
anggota DPR, Palaunsoeka bersama Frans Seda, Jacob Oetama, dan lain-lain
mendirikan Harian Pagi Kompas pada tanggal 28 Juni 1965, pendirian ini tak
lepas dari Anjuran Menteri/Panglima Angkatan
Darat Letjen TNI Ahmad Yani dan disetujui Presiden Soekarno.
Pendirian Harian Pagi Kompas
bertujuan mengimbangi agitasi Partai Komunis Indonesia (PKI) melalui Harian
Rakjat. Saat pertama kali terbit jabatan Palaunsoeka di Harian Kompas sebagai
Penulis I sedangkan Jacob Utama sebagai Penulis II yang sekarang setara dengan
Pemimpin Redaksi. Palaunsoeka terpaksa
meninggalkan Harian Kompas karena kesibukan politiknya di awal kemerdekaan
tersebut banyak menyita waktu bersama Frans Seda pada Tahun 1970.
Kesibukan beliau dalam politik lima
tahun kemudian membuatnya dipercaya menjadi Staf Ahli Badan Intelijen Negara
(BIN) periode 1975 hingga 1982, dengan jabatan khusus sebagai Tenaga Analisis
Pergerakan Komunis di Eropah Timur.
Kiprah Politik Palaunsoeka di tanah Air selama itu dapat jadi Panutan
bagi Generasi penerus bangsa karena ia dekat dengan masyarakat dan tidak tamak akan kekuasaan sipat ini
jualah yang membuat Presiden Soeharto mempercayainya untuk membantu proses
Integrasi Timor Timur menjadi Provinsi ke-27 Indonesia tahun 1975.
Ketua Dewan Pendidikan Provinsi
Kalimantan Barat DR Clarry Sada mengatakan, dari buku biografi Palaunsoeka berjudul " F.C Palaunsoeka pendiri Partai Persatuan Dayak dan Harian Kompas ",
banyak hal-hal yang selama ini belum diketahui masyarakat luas karena kurang
informasi dan penggalian sejarah perjuangan beliau akan tertuang dalam buku tersebut. Buku Biografi Palaunsoeka tersebut ditulis Waratawan Kalimantan Barat Dimas Ajung dan diterbitkan PT. Kanisius Yogyakarta setebal 233 halaman, buku ini telah dirilis pada 19 Mei 2016 di Ballroom Hotel Santika Pontianal, Ujar sidin YE Ranggau Barani (anak Palaunsoeka).
Di antaranya, Palaunsoeka pernah
mengirim surat kepada Gubernur Kalimantan Tengah Tjilik Riwut pada tanggal 18
Nopember 1959, yang pada dasarnya
menyarankan agar Pak Gubernur memberikan dukungan pada Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray untuk
dapat diangkat kembali menjadi Gubernur Kalimantan Barat. Kemudian J.C. Oevaang Oeray kembali dipercaya
menjabat Gubernur Kalimantan Barat selama enam tahun 1960 – 1966. “ Tahun 1976, ketika masih menjadi anggota DPR
dan merangkap menjadi staf ahli BIN, Palaunsoeka pernah menolak tawaran
Presiden Soeharto menjadi Duta Besar Indonesia di Meksiko, sehingga pilihan
kemudian jatuh kepada Benedictus Mang Reng Say
” ujar Clarry Sada.
byIanArdyan (FB, 20 Juni 2016).Sungai Kapuas mengalir ke Laut Jawa,
Palaunsoeka Pejuang putra Dayak yang Sederhana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar