NusaNTaRa.Com
byBasruLDatUMabusunG, J
u m ‘ a t,
2 4 J
u n i 2
0 2 2
Pemerintah Indonesia terus memperhatikan dan
berupaya mendorong wilayahnya agar terus maju dan berkembang agar tak jauh
tertinggal dibandingkan dengan negara-negara bahkan kalau bisa lebih maju. Namun
perbedaan perspektif akan sudut pandang akan menghasilkan perbedaan sudut melihat Tanah air termasuk dalam
melihat Papua. Melihat dari sisi
wilayah timur yakni dari Pasifik, Papua
tergolong wilayah yang cukup berkembang dan menganggap tidak kalah dari sejumlah negara lain di
sekitar Papua. Meskipun belum optimal, hal ini mengindikasikan bahwa Pemerintah
Indonesia terus memperhatikan dan berupaya mendorong wilayah ini agar terus
maju dan berkembang.
Sementara daru sisi barat, ada sejumlah indikator yang
menunjukkan bahwa kemajuan di Papua relatif tertinggal dibandingkan dengan
daerah lain di Indonesia. Salah satunya
adalah indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Data
Badan Pusat Statistik (BPS) IPM di
wilayah Papua masih berada di urutan terbelakang di Indonesia. Pada tahun 2021, Rata-rata IPM nasional sebesaran 72,29 dan IPM wilayah Papua di bawah rata-rata
tersebut yaitu IPM Papua Barat sebesar
65,26 dan Papua 60,62, IPM di keduanyapun masih sedikit lebih rendah daripada IPM
wilayah Kepulauan Nusa Tenggara yang rata-rata untuk NTB sebesar 68,65 dan NTT 65,28.
Gambaran tersebut memprihatinkan karena IPM merupakan indikator
sejauh mana masyarakat menikmati
pembangunan dengan melihat akses pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan. Semakin rendah IPM mengindikasikan bahwa
akses masyarakat Papua terhadap hasil pembangunan juga rendah, bermakna bahwa kualitas hidup masyarakat Papua lebih rendah
daripada rata-rata kualitas hidup masyarakat Indonesia pada dam akses
masyarakat Papua terhadap hasil pembangunan juga relatif rendah.
Kondisi tersebut tentu saja berdampak dilematis
bagi masyarakat di Papua. Di satu sisi, masyarakat ingin maju, tetapi kemampuan
dan keterampilannya kurang karena tidak sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan
pihak pemberi kerja dan sektor usaha penyerap lapangan kerja juga
sedikit. Memiliki penghasilan yang
relatif kecil, sulit untuk memenuhi standar kebutuhan hidup layak, bahkan sulit
memiliki uang karena menganggur tidak terserap lapangan pekerjaan. Kemiskinan di kedua wilayah senantiasa membayangi keseharian masyarakat
Papua yang menjadi angka
terbesar di seluruh Indonesia
yaitu di Papua Barat mencapai 22
persen dan Papua 27 persen sedang rata-rata
kemiskinan nasional 2021 sebesar 9,71 persen. Kemiskinan di Papua
Barat hampir mencapai 22 persen dan di Papua sekitar 27 persen.
Kondisi Papua yang memprihatinkan tersebut
akan sedikit berbeda perspektifnya apabila sudut pandang dilihat dari sisi
timur, yakni dari arah Pasifik karena
akan memberi gambaran yang
sedikit menggembirakan. Di sisi timur
Papua, terdapat 20.000-30.000 pulau yang terbagi ke dalam tiga gugusan
kepulauan, terdiri dari Melanesia, Mikronesia dan Polinesia,
ketiga gugusan kepulauan tersebut terbagi dalam sejumlah negara yang
bernaung dalam Forum Kepulauan Pasifi
yang beranggotakan setidaknya 18
negara dengan kondisi sosial ekonomi beragam.
Dari segi pendapatan per kapita, ada sejumlah
negara yang tergolong negara maju, seperti Australia, Selandia Baru, Kaledonia
Baru, Polinesia Perancis dan Palau. Kelima negara ini memiliki produk domestik
bruto (PDB) per kapita lebih dari 14.000 dollar AS per tahun. Ada juga yang
pendapatannya masuk dalam kategori upper middle income, seperti Samoa, Tuvalu,
Kepulauan Marshall, dan Fiji. Berikutnya, ada yang masuk dalam kelompok lower
middle income, seperti Vanuatu, Kepulauan Solomon, Federasi Mikronesia, Papua
Niugini (PNG), dan Kiribati.
Jika dibandingkan secara langsung dengan
wilayah Papua, kondisi sejumlah negara di Kepulauan Pasifik tidak lebih baik.
Diestimasi PDRB per kapita di Papua Barat mencapai 5.800 dan Papua berkisar 3.300 dollar AS per tahun dan masuk
dalam kategori upper middle income.
Jika dibandingkan secara langsung dengan wilayah Papua, kondisi sejumlah
negara di Kepulauan Pasifik tidak lebih baik,
bermakna perekonomian di wilayah Papua secara umum lebih baik daripada
negara-negara di sekitarnya, seperti Kiribati, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Federasi
Mikronesia, dan PNG dengan PDB per kapita rata-rata kurang dari 3.500 dollar AS
setahun.
Dari segi pendidikan pun, wilayah Papua tidak
berbeda jauh dengan negara-negara tersebut dengan rata-rata lama sekolah di
wilayah Papua berkisar 6-7 tahun membuat
wilayah Papua tidak tertinggal jauh dari negara Vanuatu, Mikronesia dan
Kiribati dengan lama waktu belajar
penduduknya berkisar 7-8 tahun. Untuk
saat ini, tingkat pendidikan di wilayah Papua sedikit lebih tinggi daripada
Kepulauan Solomon dan PNG yang rata-rata lama waktu sekolahnya berkisar 4-5
tahunan.
Dengan sejumlah keterbatasan yang terdapat di
Papua saat ini, ternyata wilayah Indonesia paling timur ini masih lebih baik
daripada kedua negara tersebut,
inipun tecermin dari Human
Development Index (HDI) atau yang dikenal dengan IPM. Data dari BPS yang dibandingkan dengan data
UNDP tahun 2019 menunjukkan bahwa IPM di kedua provinsi di Papua ini berkisar
pada rentang 60-65, setara dengan IPM Vanuatu, Mikronesia, dan Kiribati yang
berkisar 61-63, ini mengindikasikan
bahwa akses untuk memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas kehidupan di wilayah Papua lebih baik daripada Kepulauan
Solomon dan PNG.
Deskripsi tersebut mengindikasikan bahwa
wilayah Papua sebagai bagian dari negara Indonesia juga mendapat perhatian
serius dari pemerintah untuk segera diakselerasi kemajuannya. Negara kepulauan
yang kecil-kecil di sekitar Papua ternyata juga tidak lebih mudah dalam
mendorong kemajuan negaranya. Luasan
negara yang kecil dan jumlah penduduk yang sedikit ternyata tidak juga membuat
negara-negara tersebut berkembang lebih cepat. Dengan kompleksitas permasalahan
di Papua, ternyata wilayah ini tetap mampu bersaing dalam kemajuan dengan
sejumlah negara di sekitarnya.
Pada saat ini Papua mengalami perkembangan
infrastruktur yang revolusioner
dengan pembangun jalur
infrastruktur darat di wilayah Papua yang menghubungkan Sorong di wilayah
barat, Jayapura di ujung utara, dan Merauke di ujung selatan melalui Pegunungan
Tengah, Papua. Hal ini merupakan upaya
luar biasa karena medan yang ditembus sangat sulitm, total
panjang jalan yang direncanakan 1.287 kilometer sekitar 80 persen sudah berhasil ditembus
dan ini peluang pembangunan lebih baik.
Aksesibilitas infrastruktur yang baik, niscaya perekonomian di wilayah Papua dan Papua Barat lambat laun akan tumbuh dan berkembang. Daerah pedalaman dan perbatasan yang berada di ujung negeri menjadi terhubung secara baik dengan pusat-pusat perekonomian sehingga kesejahteraan masyarakat menjadi meningkat. InsyaAllah beberapa tahun kedepan lagi maka Papua akan setara dengan daerah lain di Indonesia, seiring dengan lancarnya pendistribusian barang dan jasa sehingga memunculkan aktivitas perekonomian yang baru di daerah-daerah pedalaman yang terisolasi, bahkan akan menjadi daerah termaju dibandingkan dengan negara-negara lain di Kepulauan Pasifik.
Meski
masih serumpun, berbeda jarak.
Pembangunan
Papua lebih baik dari saudarinya di
Pasifik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar