NusaNTaRa.Com
byBasruLDatUMabusunG, S e n i n, 3 0 M e i 2 0 2 2
Candi diperkirakan peninggalam Salakanagara
Kerajaan Salakanagara
diyakini sebagian masyarakat merupakan kerajaan tertua dan pertama di Nusantara, Kutai yang diakui sebagai yang tertua di
Nusantara yang muncul pada abad ke 4 M
jelas masih lebih muda dari sejarah berdirinya
Salakanaagara yang sudah eksis keberadaannya di Nusantara sejak abad ke 2 M.
Keterbatasan sumber sejarah terkait Salakanagara maka kerajaan ini menjadi cukup misterius, nama Salakanagara mencuat berdasarkan adanya
bukti beberapa arca dan naskah Wangsakerta, sebuah karya sastra dalam bahasa
Jawa Kuno yang berasal dari Cirebon.
Melalui buku karya
Claudius Ptolemaeus yang
dipublikasikan sekitar tahun 150, Geographia menggambarkan adanya kawasan yang
berada sangat jauh ketimur dari
Yunani, yang ia sebutkan
kawasan itu sebagai Argyre atau negeri besi. Digambarkan Argyre tidak jauh dari semenanjung Malaya dan
kawasan yang bernama Barus di Sumatra,
dari para sejarawan banyak mencari
tahu keberadaan negeri yang dimaksud, dan menemukan kerajaan tertua di
Nusantara : Salakanagara. Ahmad Darsa,
peneliti peninggalan kuno dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran menulis makalah Kropak 406, Carita
Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan tahun 2014, “ Ptolemeus
bisa jadi sempat mengunjungi Salakanagara
”, Ujar SiDin Ahmad Darsa dalam tulisannya
yang dimuat National Geographic.
Tertulis dalam naskah
Wangsakerta, Salakanagara memiliki raja pertama Dewawarman yang berasal dari
India dan menjadi duta India di Pulau Jawa
yang kemudian menikahi Pwahaci
Larasati, putri kepala daerah setempat, Aki Tirem atau Sang Aki
Luhurmulya, “ Ternyata, Aki Tirem leluhurnya berasal dari
“seberang”, yaitu Suwarnabhumi (Sumatra), sedangkan nenek moyangnya berasal
dari India ”, Ujar SiDin Ayatrohaedi arkeolog Universitas Indonesia. Setelah
menjadi menantu Aki Tirem, Dewawarman memiliki nama penobatan Dharmalikapala Dewawarman
Haji Raksagapurasagara dan dari Pwahaci Larasit lahir beberapa anak salah
satunya Dewawarman II.
Dewawarman I ini berkuasa
selama 38 tahun (130-168 M) selanjutnya pada masa kekuasaan Dewawarman VIII
berkuasa pada 340-363 Masehi, pemerintahan
saat ini dengan keadaan ekonomi
penduduknya sangat baik. Tetapi setelah
masa pemerintahannya Kerajaan Salakanagara akhirnya tamat karena dikuasai oleh
Kerajaan Tarumanegara, pusat
kekuasaannya pun pindah ke Jayasinghapura yang sudah menjadi kota besar.
Pusat Kerajaan Salakanagara
juga masih belum pasti, Namun ada tiga versi terkait perkiraan di mana
pemerintah Salakanagara dijalankan, yakni 1. di
Teluk Lada, Pandeglang (Banten) sesuai
naskah Wangsakerta dan pusat kerajaan di Rajatpura kota tertua di P Jawa, Rajatpura menjadi pusat pemerintahan Raja
Dewawarman I hingga era Raja Dewawarman VIII dua kali dipimpin Ratu, hingga
menjadi bawahan dari Tarumanegara, namun diragukan karena tidak memiliki
Pelabuhan besar yang menjadikannya Bandar
Niaga yang menjadi simbol kejayaan Bandar dagang.
2. Ciondet
atau Condet (Jakarta) berada di Jakarta Timur tak jauh dari Bandar niaga
besar bernama Sunda Kelapa yang pada
masanya dikenal sebagai pusat perdagangan paling ramai di Nusantara, orang datang ke Sunda kelapa kemudian beranak
pinak yang kemudian dikenal sebagai kum Betawi.
3. Di lereng Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat. Dikisahkan di kaki Gunung Salak sering terlihat
keperak-perakkan ketika diterpa sinar matahari kemudian menjadi sebutan “Negara Perak” dan ditambah penyebutan “Salaka”
dengan “Salak” hampir mirip, melihat cakupan wilayahnya maka penduduknyalah
yang disebut sebagai orang Sunda.
Ayatrohaedi memperkirakan
beberapa nama pada lokasi sekarang, seperti Agrabinta adalah kerajaan kecil di
Cianjur Selatan yang terdapat nama daerah serupa dan
Jayasinghapura adalah Jasinga di Kabupaten Bogor. Terdapat
berbagai titik temu antara naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara dengan
ragam prasasti peninggalan Tarumanegara,
diperkirakan prasasti itu berasal dari abad ke 5, yang juga tidak
bertentangan dengan penanggalan naskah bila
ini dipercaya banyak sejarah masa
lampau di Indonesia yang perlu dirombak.
Naskah Wangsakerta sendiri hingga kekinian masih menjadi kontroversi. Naskah yang digarap
oleh semacam panitia riset dari Kesultanan Cirebon ini konon disusun selama 21
tahun dan selesai pada 1698. Panitianya
terdiri dari lima penasehat agama Islam dari Arab, Siwa dari India, Wisnu dari Jawa Timur,
Buddha dari Jawa Tengah dan Konghucu
dari Semarang. Ada pula para pelaksana di bawah mereka yang terdiri tujuh orang
jaksa pepitu, Cirebon.
Para panitia ini berhasil memustakaan 1.700 naskah, lengkap dengan semua jilidnya, seperti Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara dan salinan kitab-kitab hukum Majapahit yang paling banyak adalah rangkaian carita, katha, dan itihasa dengan 286 jilid. Meskipun penemuan naskah ini sangat disyukuri karena terbilang lengkap, tetapi tidak sedikit kalangan sejarawan yang meragukan keasliannya. Lantaran isinya yang begitu detail dan rinci menceritakan sejarah Nusantara dari peradaban purba hingga Kerajaan Islam.
Migrasi
warga Nusantara dahulu dari India dam China.
Salakanagara
diperkirakan kerajaan tertua di Nusantara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar