Jumat, 24 Juni 2022

MENANTI KEPASTIAN AKAN KLAIM KALAU SALAKANAGARA KERAJAAN TERTUA DI NUSANTARA

NusaNTaRa.Com

byBasruLDatUMabusunG,      S  e  n  i  n,     3    0      M    e    i      2  0  2  2

Candi diperkirakan peninggalam Salakanagara

Kerajaan Salakanagara diyakini sebagian masyarakat merupakan kerajaan tertua dan pertama di Nusantara,   Kutai yang diakui sebagai yang tertua di Nusantara  yang muncul pada abad ke 4 M jelas masih lebih muda dari sejarah berdirinya  Salakanaagara yang sudah eksis keberadaannya di Nusantara sejak  abad ke 2 M.   Keterbatasan sumber sejarah terkait Salakanagara  maka kerajaan ini  menjadi cukup misterius,  nama Salakanagara mencuat berdasarkan adanya bukti beberapa arca dan naskah Wangsakerta, sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa Kuno yang berasal dari Cirebon.

Melalui buku  karya  Claudius Ptolemaeus  yang dipublikasikan sekitar tahun 150, Geographia menggambarkan adanya kawasan yang berada sangat jauh  ketimur dari Yunani,  yang  ia  sebutkan  kawasan itu sebagai Argyre  atau negeri besi.    Digambarkan  Argyre tidak jauh dari semenanjung Malaya dan kawasan yang bernama Barus di Sumatra,   dari para  sejarawan  banyak  mencari tahu keberadaan negeri yang dimaksud, dan menemukan kerajaan tertua di Nusantara : Salakanagara.    Ahmad Darsa, peneliti peninggalan kuno dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran  menulis makalah Kropak 406, Carita Parahyangan dan Fragmen Carita Parahyangan tahun 2014,     Ptolemeus bisa jadi sempat mengunjungi Salakanagara  ”,  Ujar SiDin Ahmad Darsa dalam  tulisannya  yang dimuat National Geographic.

Tertulis dalam naskah Wangsakerta, Salakanagara memiliki raja pertama Dewawarman yang berasal dari India dan menjadi duta India di Pulau Jawa  yang  kemudian menikahi Pwahaci Larasati, putri kepala daerah setempat, Aki Tirem atau Sang Aki Luhurmulya,     Ternyata, Aki Tirem leluhurnya berasal dari “seberang”, yaitu Suwarnabhumi (Sumatra), sedangkan nenek moyangnya berasal dari India  ”,  Ujar SiDin Ayatrohaedi  arkeolog Universitas Indonesia.    Setelah menjadi menantu Aki Tirem, Dewawarman memiliki nama penobatan Dharmalikapala Dewawarman Haji Raksagapurasagara dan dari Pwahaci Larasit lahir beberapa anak salah satunya Dewawarman II.

Dewawarman I ini berkuasa selama 38 tahun (130-168 M) selanjutnya pada masa kekuasaan Dewawarman VIII berkuasa pada 340-363 Masehi,  pemerintahan saat  ini dengan keadaan ekonomi penduduknya sangat baik.  Tetapi setelah masa pemerintahannya Kerajaan Salakanagara akhirnya tamat karena dikuasai oleh Kerajaan Tarumanegara,  pusat kekuasaannya pun pindah ke Jayasinghapura yang sudah menjadi kota besar.

Pusat Kerajaan Salakanagara juga masih belum pasti,  Namun  ada tiga versi terkait perkiraan di mana pemerintah Salakanagara dijalankan, yakni  1.  di Teluk Lada,  Pandeglang (Banten) sesuai naskah Wangsakerta dan pusat kerajaan di Rajatpura  kota tertua di P Jawa,  Rajatpura menjadi pusat pemerintahan Raja Dewawarman I hingga era Raja Dewawarman VIII dua kali dipimpin Ratu, hingga menjadi bawahan dari Tarumanegara,   namun diragukan karena tidak memiliki Pelabuhan besar yang menjadikannya  Bandar Niaga yang menjadi  simbol kejayaan  Bandar dagang.

2.  Ciondet  atau  Condet (Jakarta)  berada di Jakarta Timur tak jauh dari Bandar niaga besar bernama  Sunda Kelapa  yang  pada masanya dikenal sebagai pusat perdagangan paling ramai di Nusantara,  orang datang ke Sunda kelapa kemudian beranak pinak yang kemudian dikenal sebagai kum Betawi.  3.   Di lereng Gunung Salak di Bogor, Jawa Barat.  Dikisahkan  di kaki Gunung Salak sering terlihat keperak-perakkan ketika diterpa sinar matahari kemudian menjadi sebutan  “Negara Perak” dan ditambah penyebutan “Salaka” dengan “Salak” hampir mirip, melihat cakupan wilayahnya maka penduduknyalah yang disebut  sebagai orang Sunda.

Ayatrohaedi memperkirakan beberapa nama pada lokasi sekarang, seperti Agrabinta adalah kerajaan kecil di Cianjur Selatan yang terdapat nama daerah serupa   dan Jayasinghapura adalah Jasinga di Kabupaten Bogor.   Terdapat berbagai titik temu antara naskah Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara dengan ragam prasasti peninggalan Tarumanegara,  diperkirakan prasasti itu berasal dari abad ke 5, yang juga tidak bertentangan dengan penanggalan naskah bila  ini dipercaya  banyak sejarah masa lampau di Indonesia yang perlu dirombak.

Naskah Wangsakerta sendiri  hingga kekinian  masih menjadi kontroversi. Naskah yang digarap oleh semacam panitia riset dari Kesultanan Cirebon ini konon disusun selama 21 tahun dan selesai pada 1698.   Panitianya terdiri dari lima penasehat agama Islam  dari Arab, Siwa dari India, Wisnu dari Jawa Timur, Buddha dari Jawa Tengah  dan Konghucu dari Semarang. Ada pula para pelaksana di bawah mereka yang terdiri tujuh orang jaksa pepitu, Cirebon.

Para panitia ini berhasil memustakaan 1.700 naskah,  lengkap dengan semua jilidnya, seperti Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara dan salinan kitab-kitab hukum Majapahit yang paling banyak adalah rangkaian carita, katha, dan itihasa dengan 286 jilid.  Meskipun penemuan naskah ini sangat disyukuri karena terbilang lengkap, tetapi tidak sedikit kalangan sejarawan yang meragukan keasliannya. Lantaran isinya yang begitu detail dan rinci menceritakan sejarah Nusantara  dari peradaban purba hingga Kerajaan Islam.

Ilustrasi  Raja  Sunda

 

Migrasi warga Nusantara dahulu dari India dam China.

Salakanagara diperkirakan kerajaan tertua di Nusantara.    




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...