NusaNTaRa.Com
byIndaHPalloranG,
S
e l a s a, 1 0 M
e i 2
0 2 2
Benteng Van Der Wijck jadi pusat wisata di Kebumen |
Di beberapa daerah di Indonesia masih ditemukan benteng-benteng peninggalan zaman kolonial Eropa, terutama Belanda dan umumnya bangunan tersebut telah berusia antara ratusan hingga ribuan tahun. Benteng merupakan sebuah bangunan yang didirikan untuk keperluan miiliter seperti pertahanan dalam peperangan selain itu berfungsi sebagai bagian dari strategi penyerangan. Benteng juga dibangun untuk mencegah bahaya yang mengancam keselamatan penduduk dan juga harta benda.
Salah satu benteng yang hingga kini masih berdiri
kokoh dan dapat kita saksikan adalah Benteng Van der Wijck. Benteng pertahanan Hindia Belanda yang
dibangun tahun 1818 ini terletak di Jalan Sapta Marga, Desa Sedayu, Kecamatan
Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Nama
Van der Wijck diambil dari nama salah satu Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Carel Herman Aart Van der Wijck yang bertugas di Jawa pada tahun 1893-1899.
Awalnya
benteng ini bernama Forth Cochius,
nama dari pemimpin perang
Belanda, Frans David Cochius pemimpin prajurit Belanda ketika perang DiPonegoro
berlangsung, yang pernah bertugas di
daerah Bagelen masuk karesidenan
Kedu. Pada tahun 1856 benteng tersebut beralih menjadi sebuah
sekolah khusus anak-anak dari bangsa Eropa. Sekolah tersebut bernama Pupillen
School yaitu sekolah calon militer dan
terakhir dibori nama Bentem Van der Wijk di sekitar tahun 1896 .
Benteng ini berdiri dua lantai dan masih terlihat
gagah walau usianya sudah ratusan tahun, dengan model bangunan benteng ini bersegi delapan dan tingginya sekitar 10 meter
dengan empat pintu masuk dan pintu utamanya berada di sisi barat daya. Memasuki kawasan benteng, pengunjung akan
disambut dengan keberadaan pohon palem menjulang tinggi dan di kanan-kiri pintu
masuk terdapat sepasang meriam lapangan dan sepasang tank ringan dan patung
serdadu kompeni yang tengah berjaga di depan gerbang.
Benteng
tampak begitu kokoh,
dindingnya memiliki ketebalan
hingga 1,4 meter. Saat memasuki lantai
pertama, ada 16 ruangan besar dan 27 ruangan lain dengan ukuran berbeda dan
pengunjung dapat melihat area disokitar
dengan 72 buah jendela, 63 pintu, 8 tangga menuju lantai dua, serta 2 tangga
darurat. Di lantai atas terdapat 70
pintu, 84 jendela dan terdiri dari 16
ruangan besar, 25 ruangan kecil dan 4
tangga menuju atap yang berbentuk serupa piramida terbuat dari bata morah.
Dalam bangunan ini masih ditemukan sederet
koleksi foto yang menampilkan kondisi benteng ini pada masa lampau sebelum
direnovasi. Ada pula koleksi foto para
pejuang dan presiden Republik Indonesia sepanjang zaman. Suasana zaman kolonial masih begitu kental
dirasakan pada benteng ini, mulai
bangunan dari batu bata merah, pilar-pilar
yang menjulang, ditambah dengan pintu setengah bundar yang unik.
Dalam area ini juga terdapat bangunan pendukung
lain seperti garasi, penjara, rumah sakit, barak prajurit, bangunan logistik
perkantoran dan kompleks makam Belanda. Pihak pengelola Benteng Van der Wijck pun
melengkapi kawasan ini dengan berbagai wahana,
taman bermain dengan wahana kincir putar, perahu angsa, mobil-mobilan dan kolam ronnang sehingga lebih menarik kala
kita berkunjun.
Salah satu fasilitas yang menarik untuk dicoba
adalah kereta wisata di atas benteng. Dengan naik kereta tersebut, pengunjung bisa
berkeliling sambil menikmati pemandangan sekitar dari bagian atas benteng, disanapun ditemukan sebuah penginapan yang
bernama Hotel Wisata Benteng Van der Wijck.
Luas benteng atas dan bawah sebesar 3.606 meter persegi. Memiliki 4
pintu masuk utama ke dalam benteng
dan tinggi dari benteng yaitu
9,67 meter dan ditambah cerobong setinggi 3,33 meter
Pada awalnya, pembangunan benteng ini didirikan
untuk kantor Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) di Gombong kemudian berubah menjadi benteng pada tahun
1818. Pembangunan Benteng Van der Wijck
dilakukan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Godert Alexander Gerard
Philip baron van der Capellen yang dibangun Frans David, seorang perwira tentara Belanda
yang merupakan ahli tentang bangunan benteng.
Pada saat terjadinya Perang Jawa atau Perang Diponegoro tahun 1825-1830, pemerintah Hindia Belanda membuat strategi yang disebut dengan Benteng Stelsel. Strategi ini meliputi pembangunan benteng di sejumlah wilayah Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur guna mempersempit ruang gerak gerilya oleh Pangeran Diponegoro dan pasukannya.
Pintu utama masuk Benteng Van Der Wijck Kebumen
Merawat situs mengingatkan sejarah perjuangan,
Benteng Van Der Wijck yang seram kini tempat
hiburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar