Sabtu, 25 Juni 2022

KEMENANGAN PERJUANGAN RAKYAT MELAYU 1957 DENGAN MERDEKA, MENGAKHIRI PERJUANGAN KOMUNIS DI SEMENANJUNG MALAYU

NusaNTaRa.Com

byMuhammaDBakkaranG, S e l a s a,  2  1   J  u  n  i   2  0  2  2

Tentara Melayu anti Jepang Beroperasi

Hampir sahaja Malaysia menjadi Negara  Komunis  kalau sahaja  saat Darurat Malaya berakhir dengan  kemenangan di negara tetangga kita yang terdiri dua bagian  yaitu  di wilayah semenanjong Malaya dan  Kalimantan Utara.   Darurat Malaya  / Darurat Tanah Melayu (Malayan Emergency) adalah konflik bersenjata di Malaya yang terjadi antara kelompok pemberontak Parti Komunis Malaya (PKM) melawan militer Inggris yang dibantu oleh militer daerah-daerah Persemakmurannya  pada  tahun  1948 sampai 1960 karena adanya perbedaan pendapat mengenai sistem pemerintahan di Malaya. Pasca berakhirnya konflik, Malaya sempat memasuki periode damai sebelum kemudian pemberontakan komunis meletus kembali pada tahun 1968.

Malaya adalah sebutan untuk daerah di Semenanjung Malaka yang hampir seluruh penduduknya berasal dari etnis Melayu yang  sejak abad ke-19  wilayah Malaya berada di bawah kendali Inggris.  Untuk memudahkan kontrol Inggris atas Malaya, Inggris membiarkan sultan-sultan Melayu berkuasa selama mereka mau bekerja sama dengan Inggris  dengan  tujuan  agar  Inggris  dapat  mengeksploitasi sumber-sumber daya alamnya, terutama karet & timah.   Lebih jauh lagi Inggris mengimport warga Cina dan India ke wilayah Malaya untuk menjadi tenaga kerja mereka di Perkebunan  Karet  dan  Pertambangan timah.

Sehingga jika pada tahun 1800 etnis Melayu berjumlah  90% dari total penduduk Malaya, maka pada tahun 1911 persentasenya menurun menjadi tinggal 60%. Masing-masing etnis cenderung hidup terkotak-kotak sehingga muncullah benih-benih fanatisme etnis sekaligus rasa antipati kepada etnis lainnya.   Tahun 1941, Malaya dikuasai  Jepang  dan rakyat melaya melakukan perlawanan terhadap Jepun yang  terkesan kejam,   diantaranya  perlawanan tersebut Malayan Peoples' Anti-Japanese Army (MPAJA) yang memiliki hubungan dekat dengan Parti Komunis Malaya (PKM)  berhaluan politik sayap kiri yang mayoritas anggotanya berasal dari etnis Cina.

Ketika Perang Dunia II Tahun 1945  berakhir dengan kekalahan Jepang & Malaya pun kembali dikuasai oleh Inggris.  Inggris lalu mengubah sistem pemerintahan Malaya menjadi  daerah   Serikat (union) dan membatasi  status politik dari kesultanan-kesultanan local  serta  semua orang kelahiran  Malaya mendapat satatus warga Negara dan hak politik yang sama.   Pendirian Serikat Malaya  tersebut  membuat  rasa tidak suka dari komunitas Melayu setempat,  karena hak-hak istimewanya diusik  dan   khawatir akan domain  etnis Cina serta India.   Maka  tahun 1946 komunitas Melayu  mendirikan  United Malays National Organization (UMNO)  untuk memperjuangkan kepentingan mereka.

Berkat  perjuangan dan politik UMNO  pada tahun 1948, maka  Inggris  mengubah Serikat Malaya menjadi Federasi Malaya di mana etnis Melayu - khususnya para sultan - diberikan hak-hak istimewa dalam federasi.  Perubahan  kebijakan  Inggris   menuai rasa tidak suka dari PKM yang menginginkan negara merdeka dengan hak politik setara untuk semua penghuninya. Dengan bermodalkan sisa-sisa anggota MPAJA, PKM pun memulai perlawanan bersenjatanya. Tindakan yang direspon Inggris dengan memberlakukan status darurat militer atas Malaya pada tanggal 18 Juni 1948.

Perjuangan bersenjatanya  PKM  meliputi tiga strategi  :   1.  Menyerang sektor ekonomi di daerah terpencil  dan warganya  melarikan diri ke kota,   2.  Daerah pinggiran dijadikan sebagai markas dan tempat merekrut anggota baru.  dam  3.  Menyerang  kawasan padat penduduk serta jalur rel kereta api. Pemimpin utama perlawanan PKM   CHIN PENG,  bekas  MPAJA yang  dilatih militer dari Inggris.   Awalnya Inggris mengatasi PKM hanya menambah polisinya,  setelah   Sir Harold Briggs  ditunjuk  memimpin operasi militer di tahun 1949,  Briggs sadar kalau PKM menjadikan  petani miskin dari etnis Cina sebagai sasaran utama perekrutan anggota baru  dan  sumber logistik utamanya. Maka, Briggs lalu merelokasi para petani tersebut ke kawasan pedesaan yang dilindungi oleh pagar berduri & pos polisi.

Briggs juga  memerintahkan pembentukan Komite Eksekutif Perang mulai dari level daerah kecil (distrik) hingga level nasional,  sehingga  komunikasi antara warga sipil, polisi, & militer mengalami peningkatan pesat  dam  ruang gerak   milisi PKM menjadi semakin terbatas.   Menanggapi ini PKM  melakukan perubahan taktik seperti  tahun 1941, PKM mengalihkan fokusnya untuk mendukung unit kelompok tempur yang jumlah personil per unitnya lebih sedikit, namun lebih fleksibel pergerakannya.   Tahun 1951, PKM sukses menewaskan Sir Henry Gurney  komisaris tinggi setempat yang digantikan Sir Gerald  Templer.    G Templer   menerapkan taktik  dimana  Penduduk lokal - khususnya di  pedalaman   dipikat simpatinya dengan cara diberikan bantuan makanan & pelayanan kesehatan,   Patroli di kawasan hutan ditingkatkan  dam  Tentara  persemakmuran  Inggris seperti Australia & Fiji didatangkan.

Strategi  G Templer tersebut  berhasil   memojokkan pasukan PKM  hingga  mengungsi   hutan,  SIKAP PKM menyerang desa-desa di kawasan pedalaman untuk mendapatkan suplai logistik  membuat  penduduk setempat  semakin antipati terhadap PKM dan kekurangan dukungan.   Tahun 1955, PKM bersedia  berunding dengan Inggris, namun  gagal  sehingga  konflik tetap berlanjut.   Tahun 1957  Malaya Merdeka berbentuk  negara federasi kesultanan,  membuat perjuangan idealisme PKM semakin kehilangan momentum.   Tahun 1960 dengan berkurangnya  perlawanan pemerintah Malaya menyatakan  status darurat militer resmi berakhir,  dan Pasukan PKM yang  tersisa bersembunyi di perbatasan Malaya & Thailand  serta  Chin Peng  pemimpin PKM melarikan diri ke Cina.

Darurat Malaya membawa kerugian yang tidak sedikit bagi pihak Inggris & Malaya. Tercatat antara tahun 1948 hingga 1955, pemerintah Malaya harus menanggung kerugian sebesar 200 juta dollar per tahun, sementara Inggris harus menanggung kerugian 500 juta dollar setiap tahunnya. Jumlah korban tewas di pihak Malaya & Inggris adalah sekitar 1.346 jiwa. Sementara itu di pihak yang berseberangan, jumlah korban tewas dari kubu PKM mencapai 6.710 jiwa.

Walaupun status darurat militer sudah tidak lagi diberlakukan, hal tersebut tidak lantas menunjukkan kalau PKM sudah kehilangan taji sepenuhnya. Tahun 1968, PKM memulai kembali pemberontakan bersenjatanya dalam skala yang lebih kecil. Periode pemberontakan tersebut dikenal dengan sebutan "Darurat Kedua" & diwarnai dengan perpecahan internal dalam tubuh PKM. Baru pada tahun 1989, pemberontakan PKM berakhir sepenuhnya & kelompok tersebut dibubarkan setelah para anggotanya mendapat pengampunan hukum serta bantuan uang dari pemerintah Malaysia.

Darurat Malaya kerap dibandingkan dengan Perang Vietnam karena kedua konflik tersebut sama-sama diikuti oleh pihak komunis & mengambil tempat di Asia Tenggara, namun dengan hasil akhir yang jauh berbeda. Jika Darurat Malaya berakhir dengan kemenangan pihak anti-komunis, maka Perang Vietnam berakhir dengan kemenangan pihak komunis.  Salah satu alasan yang kerap diapungkan mengenai berbedanya hasil akhir dari kedua peperangan tersebut adalah karena kubu anti-komunis terlalu fokus mencoba mengalahkan musuhnya lewat jalur militer tanpa mencoba menarik simpati penduduk lokal.  (dr.Histori&WarIndonesia)


 


Perjuangan  juga harus menghadapi sesama warga,

Terlepas dari Inggeris, Tahun 1957 Federal Malaysia merdeka.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...