NusaNTaRa.Com
byMuhammaDBakkaranG, S e l a s a, 2 1 J u n i 2 0 2 2
Tentara Melayu anti Jepang Beroperasi |
Hampir sahaja Malaysia menjadi Negara Komunis kalau sahaja saat Darurat Malaya berakhir dengan kemenangan di negara tetangga kita yang terdiri dua bagian yaitu di wilayah semenanjong Malaya dan Kalimantan Utara. Darurat Malaya / Darurat Tanah Melayu (Malayan Emergency) adalah konflik bersenjata di Malaya yang terjadi antara kelompok pemberontak Parti Komunis Malaya (PKM) melawan militer Inggris yang dibantu oleh militer daerah-daerah Persemakmurannya pada tahun 1948 sampai 1960 karena adanya perbedaan pendapat mengenai sistem pemerintahan di Malaya. Pasca berakhirnya konflik, Malaya sempat memasuki periode damai sebelum kemudian pemberontakan komunis meletus kembali pada tahun 1968.
Malaya adalah sebutan untuk
daerah di Semenanjung Malaka yang hampir seluruh penduduknya berasal dari etnis
Melayu yang sejak abad ke-19 wilayah Malaya berada di bawah kendali
Inggris. Untuk memudahkan kontrol
Inggris atas Malaya, Inggris membiarkan sultan-sultan Melayu berkuasa selama
mereka mau bekerja sama dengan Inggris
dengan tujuan agar Inggris dapat mengeksploitasi
sumber-sumber daya alamnya, terutama karet & timah. Lebih jauh lagi Inggris mengimport warga
Cina dan India ke wilayah Malaya untuk menjadi tenaga kerja mereka di
Perkebunan Karet dan
Pertambangan timah.
Sehingga jika pada tahun
1800 etnis Melayu berjumlah 90% dari
total penduduk Malaya, maka pada tahun 1911 persentasenya menurun menjadi
tinggal 60%. Masing-masing etnis cenderung hidup terkotak-kotak sehingga
muncullah benih-benih fanatisme etnis sekaligus rasa antipati kepada etnis
lainnya. Tahun 1941, Malaya
dikuasai Jepang dan rakyat melaya melakukan perlawanan
terhadap Jepun yang terkesan kejam, diantaranya perlawanan tersebut Malayan Peoples'
Anti-Japanese Army (MPAJA) yang memiliki hubungan dekat dengan Parti Komunis
Malaya (PKM) berhaluan politik sayap
kiri yang mayoritas anggotanya berasal dari etnis Cina.
Ketika Perang Dunia II Tahun
1945 berakhir dengan kekalahan Jepang
& Malaya pun kembali dikuasai oleh Inggris. Inggris lalu mengubah sistem pemerintahan
Malaya menjadi daerah Serikat (union) dan membatasi status politik dari kesultanan-kesultanan local
serta
semua orang kelahiran Malaya
mendapat satatus warga Negara dan hak politik yang sama. Pendirian Serikat Malaya tersebut membuat
rasa tidak suka dari komunitas Melayu setempat, karena hak-hak istimewanya diusik dan khawatir akan domain etnis Cina serta India. Maka tahun 1946 komunitas Melayu mendirikan United Malays National Organization (UMNO) untuk memperjuangkan kepentingan mereka.
Berkat perjuangan dan politik UMNO pada tahun 1948, maka Inggris mengubah Serikat Malaya menjadi Federasi Malaya di mana etnis Melayu - khususnya para sultan - diberikan hak-hak istimewa dalam federasi. Perubahan kebijakan Inggris menuai rasa tidak suka dari PKM yang menginginkan negara merdeka dengan hak politik setara untuk semua penghuninya. Dengan bermodalkan sisa-sisa anggota MPAJA, PKM pun memulai perlawanan bersenjatanya. Tindakan yang direspon Inggris dengan memberlakukan status darurat militer atas Malaya pada tanggal 18 Juni 1948.
Perjuangan bersenjatanya PKM meliputi tiga strategi : 1. Menyerang
sektor ekonomi di daerah terpencil dan
warganya melarikan diri ke kota, 2.
Daerah pinggiran dijadikan sebagai markas dan tempat merekrut anggota
baru. dam 3.
Menyerang kawasan padat penduduk
serta jalur rel kereta api. Pemimpin utama perlawanan PKM CHIN PENG, bekas MPAJA yang dilatih militer dari Inggris. Awalnya Inggris mengatasi PKM hanya menambah
polisinya, setelah Sir
Harold Briggs ditunjuk memimpin operasi militer di tahun 1949, Briggs sadar kalau PKM menjadikan petani miskin dari etnis Cina sebagai sasaran
utama perekrutan anggota baru dan sumber logistik utamanya. Maka, Briggs lalu
merelokasi para petani tersebut ke kawasan pedesaan yang dilindungi oleh pagar
berduri & pos polisi.
Briggs juga memerintahkan pembentukan Komite Eksekutif
Perang mulai dari level daerah kecil (distrik) hingga level nasional, sehingga
komunikasi antara warga sipil, polisi, & militer mengalami peningkatan
pesat dam ruang gerak
milisi PKM menjadi semakin
terbatas. Menanggapi ini PKM melakukan perubahan taktik seperti tahun 1941, PKM mengalihkan fokusnya untuk
mendukung unit kelompok tempur yang jumlah personil per unitnya lebih sedikit,
namun lebih fleksibel pergerakannya. Tahun
1951, PKM sukses menewaskan Sir Henry Gurney
komisaris tinggi setempat yang digantikan Sir Gerald Templer.
G Templer menerapkan taktik dimana Penduduk lokal - khususnya di pedalaman
dipikat simpatinya dengan cara
diberikan bantuan makanan & pelayanan kesehatan, Patroli di kawasan hutan ditingkatkan dam
Tentara persemakmuran Inggris seperti Australia & Fiji
didatangkan.
Strategi G Templer tersebut berhasil memojokkan pasukan PKM hingga mengungsi hutan, SIKAP PKM menyerang desa-desa di kawasan pedalaman untuk mendapatkan suplai logistik membuat penduduk setempat semakin antipati terhadap PKM dan kekurangan dukungan. Tahun 1955, PKM bersedia berunding dengan Inggris, namun gagal sehingga konflik tetap berlanjut. Tahun 1957 Malaya Merdeka berbentuk negara federasi kesultanan, membuat perjuangan idealisme PKM semakin kehilangan momentum. Tahun 1960 dengan berkurangnya perlawanan pemerintah Malaya menyatakan status darurat militer resmi berakhir, dan Pasukan PKM yang tersisa bersembunyi di perbatasan Malaya & Thailand serta Chin Peng pemimpin PKM melarikan diri ke Cina.
Darurat Malaya membawa
kerugian yang tidak sedikit bagi pihak Inggris & Malaya. Tercatat antara
tahun 1948 hingga 1955, pemerintah Malaya harus menanggung kerugian sebesar 200
juta dollar per tahun, sementara Inggris harus menanggung kerugian 500 juta
dollar setiap tahunnya. Jumlah korban tewas di pihak Malaya & Inggris
adalah sekitar 1.346 jiwa. Sementara itu di pihak yang berseberangan, jumlah
korban tewas dari kubu PKM mencapai 6.710 jiwa.
Walaupun status darurat
militer sudah tidak lagi diberlakukan, hal tersebut tidak lantas menunjukkan
kalau PKM sudah kehilangan taji sepenuhnya. Tahun 1968, PKM memulai kembali
pemberontakan bersenjatanya dalam skala yang lebih kecil. Periode pemberontakan
tersebut dikenal dengan sebutan "Darurat Kedua" & diwarnai dengan
perpecahan internal dalam tubuh PKM. Baru pada tahun 1989, pemberontakan PKM
berakhir sepenuhnya & kelompok tersebut dibubarkan setelah para anggotanya
mendapat pengampunan hukum serta bantuan uang dari pemerintah Malaysia.
Darurat Malaya kerap dibandingkan dengan Perang Vietnam karena kedua konflik tersebut sama-sama diikuti oleh pihak komunis & mengambil tempat di Asia Tenggara, namun dengan hasil akhir yang jauh berbeda. Jika Darurat Malaya berakhir dengan kemenangan pihak anti-komunis, maka Perang Vietnam berakhir dengan kemenangan pihak komunis. Salah satu alasan yang kerap diapungkan mengenai berbedanya hasil akhir dari kedua peperangan tersebut adalah karena kubu anti-komunis terlalu fokus mencoba mengalahkan musuhnya lewat jalur militer tanpa mencoba menarik simpati penduduk lokal. (dr.Histori&WarIndonesia)
Perjuangan
juga harus menghadapi sesama warga,
Terlepas
dari Inggeris, Tahun 1957 Federal Malaysia merdeka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar