NusaNTaRa.Com
byRaisALembuduT, J u m ‘ a t, 0 3 D e s e m b e r 2 0 2 1
Budidaya Udang
or Lobster umumnya banyak
dilakukan di Laut or Pantai, tapi lain halnya di Lombah Baliem Papua yang
terkenal dengan “Udang Selingkuh” yang memiliki rasa khas dan dihargai mahal. Sungai – sungai yang mengalir dari pegunungan
Papua yang berketinggian sekitar 1.650 –
1.750 meter di atas permukaan laut banyak
ditemukan Lobster air tawar yang hidup endemik
khas di aliran sungai ini, rasanya yang
khas membuatnya banyak di cari para traveler yang datang berkunjung ke daerah
Lembah Baliem untuk mencicipinya dan
sebagi oleh-oleh.
Menurut sebagian masyarakat disebut
“Udang Selingkuh” karena diduga hasil
dari indukan udang yang "berselingkuh" dengan kepiting karena
bentuknya yang mirip udang namun mempunyai capit besar soporti kepiting, Udang selingkuh adalah lobster air tawar yang
berjenis crayfish atau udang karang yang memiliki capit kepiting dengan warna
agak kebiruan. Bila kamu mengungi Papua,
maka kuliner undang selingkuh menjadi satu santapan yang tidak boleh kamu
lewatkan karena memiliki rasa yang sangat enak dan menambah kesan akan daerah
Baliem.
Para pelancong lebih suka memberi nama lobster ini
udang selingkuh yang memiliki bentuk sangat unik, terlihat sepintas badannya
seperti udang bercapit besar seukuran capit kepiting, secara ilmiah, lobster ini termasuk dalam
genus Cherax dan diperkirakan di pegunungan Papua ini terdapat 13 spesies
Cherax. Spesies yang banyak
ditemui di sungai Lembah Baliem yang
bersuhu sekitar 14 - 18 derajat ini diantaranya
Cherax monticola hidup di Sungai Baliem dan Spesies
Cherax Lorenzi juga bisa dijumpai di bagian barat pegunungan Papua hingga
Sungai Lorentz.
" Lobster
air tawar endemik pegunungan Papua ini mahal sekali. Lobster ini dihargai Rp
200 ribu sampai Rp 300 ribu per porsi di rumah makan seputaran Wamena ",
Ujar SiDin Hari Suroto, Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Kamis (26/11/2020). Ditambahkan Hari Suroto, harga satu plastik
udang selingkuh mentah di Pasar Nayak, Wamena, Kabupaten Jayawijaya disebut lebih
mahal lagi. Dalam satu plastik beratnya kurang dari satu kilogram, harganya
mencapai Rp 500.000 bila sedang musim dan bila tidak musim maka harganya bisa
mencapai jutaan rupiah, demikian !!.
Sungai di Baliem Papua |
Udang selingkuh segar akan tampak berwarna Biru dan
akan berubah warna menjadi jingga usai dicuci dan direbus bentuknya mirip
dengan kepiting atau jenis lobster yang hidup di lautan lepas. Dalam penyajiannya penduduk setempat, udang selingkuh biasanya direbus atau
digoreng, namun masyarakat Papua gemar mengolahkan dengan cara dibakar dengan
menambahkan garam saja. Cita rasa dari
udang selingkuh hampir sama dengan udang pada umumnya, namun teksturnya terasa
lebih lembut dan punya sedikit rasa manis dan makin mantap ketika disanyap
dengan nasi panas.
Udang Selingkuh yang bergizi ini selain di temukan
di Sungai Baliem Udang Selingkuh juga bisa ditemukan di Danau
Paniai, Danau Tage, dan Danau Tigi.Kandungan kalsium dan protein yang tinggi
juga terdapat di dalam udang ini. Selain protein dan kalsium, udang selingkuh
mengandung mineral berupa selenium, fosfor, magnesium, sodium, dan zinc dalam
kadar yang sesuai dengan kebutuhan gizi manusia. Udang selingkuh juga termasuk makanan yang
rendah kalori. Dalam 100 gram daging udang segar terkandung 106 kalori.
Masyarakat Suku Dani di Lembah Baliem dalam mendapatkan udang selingkuh dengan menggunakan cara tradisional menggunakan alat serupa Serok terbuat dari rajutan kulit pohon melinjo atau menjebak dengan bubu terbuat dari rotan or bamboo namun sekarang Warga Dani juga sudah banyak yang menggunakan Jaring Jala dari toko. Dalam berburu Udang Selingkuh ini warga local melakukannya secara perorangan atau kelompok kecil tapi keberadaan Udang Selingkuh sekarang dibandingkan dahulu sangat menurun drastic, sehingga perlu kearipan untuk menjaga kelestariannya.
Kadang suatu kelezatan disebut bagai satu kejutan,
Udang Selingkuh tak selingkuh tapi mungkin bak Rasa
selingkuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar