Kamis, 06 Januari 2022

CARINA CITRA DEWI JOE ILMUWAN INDONESIA DIBALIK TIM OXFORD ASTRAZENECA PENEMU VAKSIN COVID

NusaNTaRa.Com

byPakeLEE,      M  i  n  g  g  u,    2  1        N  o  v  e  m  b  e  r     2  0  2  1

Carina Citra Dewi Joe penemu Vaksin Covid bersama Tim  OxfordAstraZeneca Inggris 

Carina Citra Dewi Joe,  ilmuwan Indonesia,  salah satu figur di tim manufaktur yang sukses memproduksi vaksin yang paling banyak didistribusikan di dunia, Oxford AstraZeneca, mewakili tim menerima penghargaan Pride of Britain di London Sabtu malam (31/10).   "  Ketika giliran tim Oxford, hadirin memberikan sambutan dengan berdiri, lama sekali   ",  Ujar SiDin Carina salah seorang anggota tim yang dipilih untuk mewakili tim dalam menerima penghargaan special Recognition Award  yang banyak dihadiri kalangan selebritis dunia.

Award  ini merupakan satu dari sejumlah penghargaan yang diterima tim vaksin Universitas Oxford sejauh ini.  Ketua tim manufaktur, Dr Sandy Douglas mengatakan formula  "dua sendok makan sel"  yang ditemukan Carina menjadi landasan produksi besar vaksin Oxford AstraZeneca, serta memungkinkan diproduksi dengan  "harga semurah mungkin".  Sandy sendiri mengatakan dalam diskusinya dengan salah seorang kolega - walaupun setengah bercanda – bahwa   "Carina adalah peneliti paska doktoral yang paling penting di dunia. Pekerjaannya sangat fantastis dan sangat penting".

"Formula 30 mililiter sel"  itu ditemukan Carina pada 15 Januari 2020,  temuan ini memungkinkan produksi vaksin lebih banyak 10 kali dengan menggunakan sel hanya sekitar dua sendok makan.   Produksi vaksin dalam skala besar dalam waktu singkat, yang dilakukan Universitas Oxford dan AstraZeneca serta sejumlah produsen lain, pertama terjadi dalam pandemi Covid-19 ini. Biasanya produksi vaksin memakan waktu setidaknya 10 tahun.    Saat ini vaksin Oxford AstraZeneca adalah vaksin yang paling luas jangkauannya, dengan lokasi produksi di lebih selusin laboratorium di lima benua. Vaksin ini digunakan di lebih 170 negara, termasuk Indonesia.

Dalam penelitian Carina sendiri mengatakan ia hampir menyerah dua kali karena tekanan yang begitu besar, tanpa tahu pasti, apakah vaksin akan berhasil dikembangkan atau gagal.   "  Pandemi mengajarkan saya untuk tahan banting dengan segala keadaan untuk mengerjakan tugas saya karena saat itu hanya saya satu-satunya yang bisa mengerjakan eksperimen ini karena tim ini kecil. Tidak ada gantinya untuk mengerjakan tugas ini. Tidak semudah itu merekrut orang, perlu training lama … semuanya harus saya sendiri yang atasi  ",  Ujar SiGaluh Carina.

"  Saya sempat bilang, saya mau berhenti, saya tak bisa lagi lakukan ini. Nangis-nangis di depan bos. Mereka berikan pengertian. Mau gimana lagi, cuma kamu yang melakukan, tidak ada gantinya lagi. Mau sakit atau tidak tetap harus dikerjakan   ",  Ujar SiGaluH Carina mengingat kerja nonstop tanpa istirahat tahun lalu.   "  Saat hampir menyerah, bos saya bilang, kita melakukan hal yang tepat. Ini mungkin satu hal yang sangat penting yang kita lakukan dalam karir kita karena banyak orang meninggal, jadi kita lakukan yang terbaik, demi kemanusiaan  ",   Ujar SiGaluH Carina lagi.

Dari percobaan awal ini, jumlah sel ditingkatkan terus sampai pada skala produksi besar melalui kerja sama dengan berbagai laboratorium di seluruh dunia.   "  Dengan kombinasi upaya Dr Carina Joe untuk meningkatkan proses manufaktur dan komitmen serta kerja keras rekan-rekan kami di AstraZeneca dan semua mitra kami lainnya, kami mampu memberikan vaksin untuk dunia, dibuat di berbagai penjuru dunia, dengan harga semurah mungkin  ",  Ujar SiDin  Sandy Douglas dengan Soppenger (jumawanya).

"  Ada lebih dari 1,5 miliar dosis vaksin Oxford AstraZeneca yang didistribusikan secara global. Saya sangat bangga dengan kerja kami yang memungkinkan manufaktur vaksin dilakukan di lebih dari selusin tempat di lima benua, dengan sejumlah besar vaksin dikirim ke berbagai negara di luar Amerika Utara dan Eropa  ",  Ujar Sandy Douglas Laji.

Formula sederhana dengan menggunakan jumlah sel yang sedikit ini juga memungkinkan produksi vaksin dengan harga semurah mungkin.   "  Saya rasa formula ini sangat penting [agar vaksin dapat disebar ke negara berkembang, termasuk Indonesia] dan ada dua alasan untuk itu.   Pertama, jumlah vaksin yang didapat dari jumlah tertentu sel, sangat terkait dengan harga. Jadi, formula Carina ini sangat produktif sehingga [vaksin] dapat dibuat dengan harga murah  “.

"  Dan yang kedua, yang sangat penting juga adalah formula ini sangat sederhana sehingga dapat ditranfer ke berbagai fasilitas seperti Serum Institute of India ... yang belum pernah memproduksi produk seperti ini sebelumnya. Namun cukup sederhana sehingga dapat dipelajari dengan cepat dan kami dapat menyerahkannya ke fasilitas manufaktur di seluruh dunia  ".  Ujar SiDin Sandy.

Ketika ditemui di laboratorium Jenner Institute, Universitas Oxford, Carina memperkenalkan sejumlah kolega yang meneliti berbagai vaksin lain termasuk untuk virus Zica dan Malaria.   Carina - yang memperoleh gelar doktoral dalam bidang bioteknologi di Royal Melbourne Insitute, Australia - menunjukkan dua ruang laboratorium, tempat ia menghabiskan hari-hari dan malam tanpa tidur cukup, hampir sepanjang 2020.  Formula hasil eksperimen Carina ketika itu rencananya digunakan untuk penelitian vaksin rabies, yang tengah dikembangkan tim peneliti di bawah Sandy Douglas, sebelum ia ditarik ke tim Covid  bergabung dengan tim Sandy pada Agustus 2019 dan memulai eksperimennya pada sekitar akhir September.

Penyakit  ganas  cepat menyebar,  Covid, 

Carina Citra Dewi Joe Penemu Vaksin  Covid.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LIMA PEMBUANGAN SAMPAH TERBESAR DI DUNIA, ADA BANTAR GEBANG !!

NusaNTaRa.Com       byBatiSKambinG,        R   a   b   u,    2   0      N   o   p   e   m   b   e   r      2   0   2  4     Tempat Pengelola...