NusanTaRa.Com
byDjoneDPringgoNDandI, 10/10/2018
byDjoneDPringgoNDandI, 10/10/2018
Kantor BRI awalnya |
Berawal dari
kisah sang Wirjaatmadja pegawai dan
wakil Bupati Banyumas sekitar tahun 1894
sebagaimana dikutip dari buku One Hundred Years Bank Rakyat Indonesia,
1895-1995. Beliau seorang pegawai yang
jujur dan baik setidak dimata Asisten
Resident E. Sieburgh yang memberikannya
kepercayaan untuk mengelola kas masjid kota Purwokerto hingga sebesar 4.000
Gulden, yang digunakannya untuk memberikan pinjaman kepada pegawai rendahan dan
kalangan petani yang sangat membutuhkan dana.
Kegiatan simpan pinjam Kas Masjid tersebut berkembang dan manfaatnya sangat terasa bagi kalangan wong cilik, pemerintah belanda atas referensi perkembangan Kas Masjid tersebut, Lembaga keuangan Bank yang ada di Belanda, untuk mendukung ekonomi orang susah serta keinginan untuk dapat mengelola keuangan residen maka pada 16 Desember 1895 berdirilah “ Bank Simpan Pinjam Pemuka Bumiputra Purwokerto “. Bank Simpan Pinjam Pemuka Bumputra Purwokerto atau bahasa Londone De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden didirikan setelah pergantian Residen dari E. Sieburgh ke Wolf Van Westerrode atas inisiator R. Wiriaatmadja; R. Atma Soepradja; R. Atma Soebrata dan R. Djaja Soemitra.
Sekelumit kisah bank ini ditahun 1939-1940, Al kisah Soeharto presiden RI kedua yang pernah bekerja di sebuah Volksbank di Wuryantoro, Wonogiri. “ Ia diterima sebagai pembantu klerk (juru tulis) di sebuah bank desa ( Volksbank) ”, tulis OG Roeder dalam Anak Desa : Biografi Presiden Soeharto. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari mengharuskan dirinya untuk memakai sepeda berkeliling desa dengan memakai pakaian Jawa khas, suatu hari kain pinjaman dari bibinya tersangkut di pedal sepeda dan rusak yang membuatnya berhenti dari pekerjaan tersebut.
Puncak sejarah BRI Pada Tahun 1992 ketika berubah menjadi perseroan terbatas dengan 100 persen saham milik pemerintah. Pada tahun 2003, status BRI berubah menjadi perusahaan publik, setelah pemerintah melepas 30 persen sahamnya ke publik yang menjadi salah satu sumber dana pengembangan modal usaha. “ Saat mula-mula didirikan, bank ini sudah menjalin hubungan dengan mesjid dan ulama-ulama setempat. Hubungan BRI-mesjid, kemudian seperti terputus begitu saja,” tulis Ohiao Halawa dalam Kisah Sukses Para Manajer, 1992. Keputusan Muhammadiyah yang dipimpin Abdul Rozak Fachruddin untuk berhubungan dengan BRI menjadi hal penting dalam hubungan BRI dengan ulama pada 1989, terutama sekali berkaitan dengan perkembangan soal kehalalan penggunaan bank.
Setelah berdiri awalnya, selanjutnya Perkembangan lembaga keuangan ini mengalami beberapa kali pergantian nama sesuai sejarah dan penguasa yang ada. Bank ini berubah menjadi Poerwokertosche Hulp en Spaar Landbouw Credietbank alias Bank Kredit Simpan Pinjam Pertanian Purwokerto tahun 1897, tahun berikutnya berubah menjadi Volksbank alias Bank Rakyat, kadang diterjemahkan sebagai Bank Desa, keberadaannyapun telah merambah ke beberapa tempat.
Depresi ekonomi dunia atau Malaise 1929 Lembaga keuangan tersebut mengalami kepakuman akut dan berdasar Staatsblad No. 82 tahun 1934, bank umum kredit rakyat alias Algemene Volkscrediet Bank (AVB) didirikan pada 19 Februari 1934, pada masa ini sekitar 1936-1937, “ keadaan ekonomi penduduk mengalami perbaikan yang berarti setidak-tidaknya di banyak daerah di Luar Jawa, sehingga tercatat hasil-hasil yang tidak mengecewakan oleh berbagai golongan penduduk ”, ungkap Sumitro Djojohadikusumo dalam Kredit Rakyat Di Masa Depresi.
Setelah balatentara Jepang mendarat dan menggantikan Hindia Belanda, AVB tak beroperasi. Menurut Faried Wijaya Mansyoer, “ Zaman Pendudukan Jepang Nama AVB diubah menjadi Syomin Ginko berdasarkan Osamu Seirei No. 8 tahun 2602 (tahun Jepang) ”. Sekitar bulan Oktober 1942 itu bekas AVB yang bersalin jadi Syomin Ginko dibuka kembali namun sejarh itu tidak berjalan lama seiring penyerahan Jepang pada sekutu tahun 1942, Syomin Ginko sudah dikendalikan orang-orang Indonesia. “ Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1946 (tanggal 22 Februari 1946), bank ini berganti nama menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI) dengan status sebagai Bank Pemerintah ”, Ujar SiDin Djokosantoso Moeljono dalam Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi.
Bank ini sempat tak bisa berjalan tahun 1948 karena konflik fisik Indonesia-Belanda, tapi melalui kesepakatan perdamaian Roem Royen 1949 BRI beroperasi lagi. Di zaman Republik Indonesia Serikat, bank ini dinamai Bank Rakjat Indonesia Serikat (BARRIS). BRI sempat dilebur bersama Nederlandsch Handels Maatschapijj dan Bank Tani dan Nelajan dalam Bank Koperasi Tani dan Nelajan (BKTN) berdasar PERPU nomor 41 tahun 1960. Bank Indonesia tahun 1965 memasukkan Bank tersebut kedalam Urusan Koperasi, Tani dan Nelajan (BIUKTN), kemudian digabung dengan Bank Tabungan Negara menadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rural kemudian kembali menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) berdasar UU Nomor 21 tahun 1968.
Kegiatan simpan pinjam Kas Masjid tersebut berkembang dan manfaatnya sangat terasa bagi kalangan wong cilik, pemerintah belanda atas referensi perkembangan Kas Masjid tersebut, Lembaga keuangan Bank yang ada di Belanda, untuk mendukung ekonomi orang susah serta keinginan untuk dapat mengelola keuangan residen maka pada 16 Desember 1895 berdirilah “ Bank Simpan Pinjam Pemuka Bumiputra Purwokerto “. Bank Simpan Pinjam Pemuka Bumputra Purwokerto atau bahasa Londone De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden didirikan setelah pergantian Residen dari E. Sieburgh ke Wolf Van Westerrode atas inisiator R. Wiriaatmadja; R. Atma Soepradja; R. Atma Soebrata dan R. Djaja Soemitra.
Sekelumit kisah bank ini ditahun 1939-1940, Al kisah Soeharto presiden RI kedua yang pernah bekerja di sebuah Volksbank di Wuryantoro, Wonogiri. “ Ia diterima sebagai pembantu klerk (juru tulis) di sebuah bank desa ( Volksbank) ”, tulis OG Roeder dalam Anak Desa : Biografi Presiden Soeharto. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari mengharuskan dirinya untuk memakai sepeda berkeliling desa dengan memakai pakaian Jawa khas, suatu hari kain pinjaman dari bibinya tersangkut di pedal sepeda dan rusak yang membuatnya berhenti dari pekerjaan tersebut.
Puncak sejarah BRI Pada Tahun 1992 ketika berubah menjadi perseroan terbatas dengan 100 persen saham milik pemerintah. Pada tahun 2003, status BRI berubah menjadi perusahaan publik, setelah pemerintah melepas 30 persen sahamnya ke publik yang menjadi salah satu sumber dana pengembangan modal usaha. “ Saat mula-mula didirikan, bank ini sudah menjalin hubungan dengan mesjid dan ulama-ulama setempat. Hubungan BRI-mesjid, kemudian seperti terputus begitu saja,” tulis Ohiao Halawa dalam Kisah Sukses Para Manajer, 1992. Keputusan Muhammadiyah yang dipimpin Abdul Rozak Fachruddin untuk berhubungan dengan BRI menjadi hal penting dalam hubungan BRI dengan ulama pada 1989, terutama sekali berkaitan dengan perkembangan soal kehalalan penggunaan bank.
Setelah berdiri awalnya, selanjutnya Perkembangan lembaga keuangan ini mengalami beberapa kali pergantian nama sesuai sejarah dan penguasa yang ada. Bank ini berubah menjadi Poerwokertosche Hulp en Spaar Landbouw Credietbank alias Bank Kredit Simpan Pinjam Pertanian Purwokerto tahun 1897, tahun berikutnya berubah menjadi Volksbank alias Bank Rakyat, kadang diterjemahkan sebagai Bank Desa, keberadaannyapun telah merambah ke beberapa tempat.
Depresi ekonomi dunia atau Malaise 1929 Lembaga keuangan tersebut mengalami kepakuman akut dan berdasar Staatsblad No. 82 tahun 1934, bank umum kredit rakyat alias Algemene Volkscrediet Bank (AVB) didirikan pada 19 Februari 1934, pada masa ini sekitar 1936-1937, “ keadaan ekonomi penduduk mengalami perbaikan yang berarti setidak-tidaknya di banyak daerah di Luar Jawa, sehingga tercatat hasil-hasil yang tidak mengecewakan oleh berbagai golongan penduduk ”, ungkap Sumitro Djojohadikusumo dalam Kredit Rakyat Di Masa Depresi.
Setelah balatentara Jepang mendarat dan menggantikan Hindia Belanda, AVB tak beroperasi. Menurut Faried Wijaya Mansyoer, “ Zaman Pendudukan Jepang Nama AVB diubah menjadi Syomin Ginko berdasarkan Osamu Seirei No. 8 tahun 2602 (tahun Jepang) ”. Sekitar bulan Oktober 1942 itu bekas AVB yang bersalin jadi Syomin Ginko dibuka kembali namun sejarh itu tidak berjalan lama seiring penyerahan Jepang pada sekutu tahun 1942, Syomin Ginko sudah dikendalikan orang-orang Indonesia. “ Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 1 tahun 1946 (tanggal 22 Februari 1946), bank ini berganti nama menjadi Bank Rakjat Indonesia (BRI) dengan status sebagai Bank Pemerintah ”, Ujar SiDin Djokosantoso Moeljono dalam Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi.
Bank ini sempat tak bisa berjalan tahun 1948 karena konflik fisik Indonesia-Belanda, tapi melalui kesepakatan perdamaian Roem Royen 1949 BRI beroperasi lagi. Di zaman Republik Indonesia Serikat, bank ini dinamai Bank Rakjat Indonesia Serikat (BARRIS). BRI sempat dilebur bersama Nederlandsch Handels Maatschapijj dan Bank Tani dan Nelajan dalam Bank Koperasi Tani dan Nelajan (BKTN) berdasar PERPU nomor 41 tahun 1960. Bank Indonesia tahun 1965 memasukkan Bank tersebut kedalam Urusan Koperasi, Tani dan Nelajan (BIUKTN), kemudian digabung dengan Bank Tabungan Negara menadi Bank Negara Indonesia Unit II bidang Rural kemudian kembali menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) berdasar UU Nomor 21 tahun 1968.
Berawal dari Kas Mesjid desa,
BRI lembaga keuangan kebanggan Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar