NusanTaRa.Com
byBakuINunukaN, 16/10/2018
Gelombang Tsunami memilukan hati,
PLTD Apung Aceh museum sejarah Tsunami.
byBakuINunukaN, 16/10/2018
" BOOMMMM …. BOOMMMM
dua bunyi ledakan berasal dari Samudera Indonesia di Barat kota Aceh,
selang beberaapaa menit air laut di Pantai Ulee Lheuee meninggi berupa
gelombang setinggi 30 meter yang berasal dari tengah laut dan terus merangsek
ketengah kota Aceh. Kapal PLTD Apung
Aceh yang berlabuh di Pantai Ulee
Lheuee saat itupun terangkat naik oleh
ombak dan menyeretnya kedarat melintasi dan
merusak sebuah jembatan dimuara sungai Ulee Lheuee, kearah
Lempaseh terus menyusuri aliran
sungai, kemudian terdengar lagi satu
ledakan BOOMMMM …… yang mengarahkan PLTD Apung Aceh membelok kearah kanan
sungai. Selang dua puluh lima menit
sejak ledakan pertama tiba-tiba bah Ombak tersebut mereda dan air kembali turun
kelaut, sehingga PLTD Apung Aceh terkandas di area Gampong Punge Blangcut Aceh, kalau saja tidak
ada ledakan ketiga dieprkirakan kapal
akan mendarat di pusat kota Aceh. ".
Demikian gambaran sekilas kejadian Tsunami Aceh 26 Desember 2004 pada Kapal PLTD Apung Aceh di Pantai Ulee Lheuee yang terpantau oleh Kamera Satelit Palapa yang saat itu mengorbit disekitar angkasa aceh yang dapat kita saksikaan di Museum PLTD Apung Aceh. Sebagaimana di ketahui bahwa saat itu terjadi bencana Gelombang Tsunami nasional di aceh yang beraasal dari lautan di barat kota Aceh dan menyapu semua wilayah pantai aceh dan menerpa hingga ke 24 negara di sekitar Samudera Indonesia. Bencana kemanusia tesebut mengorbankan 240,000 jiwa warga Aceh dan kerugian materil yang tak terkira, diluar korban yang timbul dinegara lain.
Demikian gambaran sekilas kejadian Tsunami Aceh 26 Desember 2004 pada Kapal PLTD Apung Aceh di Pantai Ulee Lheuee yang terpantau oleh Kamera Satelit Palapa yang saat itu mengorbit disekitar angkasa aceh yang dapat kita saksikaan di Museum PLTD Apung Aceh. Sebagaimana di ketahui bahwa saat itu terjadi bencana Gelombang Tsunami nasional di aceh yang beraasal dari lautan di barat kota Aceh dan menyapu semua wilayah pantai aceh dan menerpa hingga ke 24 negara di sekitar Samudera Indonesia. Bencana kemanusia tesebut mengorbankan 240,000 jiwa warga Aceh dan kerugian materil yang tak terkira, diluar korban yang timbul dinegara lain.
PLTD Apung
Aceh yang hadir di pantai Ulee Lheuuee tahun
2003 dari Batam untuk mendukung operasionil Listrik PLN Aceh yang kala itu
banyak mengalami gangguan pelayanan, baik karena kerusakan jaringan dan tiang
listrik yang dilakukan para ekstrimis yang pada saat mengganggu keamanan di Aceh. Pasca Tsunami mesin pada kapal tersebut
telah dibuka dengan rencananya akan
dikmbaalikan ke pangkalan semula, namun sebagian kalangan menganggap sebaiknya
di jadikan Museum untuk memperingati “ Bencana
Kemanusia Gelombang Tsunami 2004 “ dan
Tempat Wisata, terlebih adanya kesulitan dalam
mengembalikan kapal tersebut ketempat semula yang berjarak 7 km.
Mengunjungi Museum PLTD Apung Aceh di Gampong Punge Blang Cut yang menempati areal seluas 2 Ha, sebelum masuk gapura yang diatasnya bertuliskan “ Selamat Datang Museum PLTD APUNG ACEH “ dijaga pemeriksa tiket yang dibeli seharga Rp 40.000/orang. Di halaman tersebut terdapat kantin, Penjual Souvenir dan penjual buku dan tempat parkir kendaraan, pada kesempatan ini saya membeli dua buku yang berkisah tentang sejarah Tsunami 2004 yaitu Misteri dan Keajaiban Kapal di atas Rumah Lampulo Banda Aceh dan Dahsyatnya Tsunami Aceh, Sejarah, Fakta, Faktor dan Testimoni, keseluruhan seharga Rp 120.000.
Melewati Gapura terdapat monument Tsunami berupa tiang segi empat di atasnya terdapat replika Perahu kayu agak rusak dari beton memuat bundaran Jam yang diselimuti Ombak besar, ketinggian keseleuruhan sekitar 4 meter. Ditengah area Museum berdiri Kapal PLTD Apung Aceh yang dulunya berbobot 2.600 ton, di kelilingi Jeramba dari kayu tempat para pengunjung menyaksikan dari luar sambil Klikkk, sebuah menara setinggi kapal tersebut dan dibeberapa titik terdapat taman dengan lantai semen serupa ombak-ombak dengan tanaman kelapa.
Mengunjungi Museum PLTD Apung Aceh di Gampong Punge Blang Cut yang menempati areal seluas 2 Ha, sebelum masuk gapura yang diatasnya bertuliskan “ Selamat Datang Museum PLTD APUNG ACEH “ dijaga pemeriksa tiket yang dibeli seharga Rp 40.000/orang. Di halaman tersebut terdapat kantin, Penjual Souvenir dan penjual buku dan tempat parkir kendaraan, pada kesempatan ini saya membeli dua buku yang berkisah tentang sejarah Tsunami 2004 yaitu Misteri dan Keajaiban Kapal di atas Rumah Lampulo Banda Aceh dan Dahsyatnya Tsunami Aceh, Sejarah, Fakta, Faktor dan Testimoni, keseluruhan seharga Rp 120.000.
Melewati Gapura terdapat monument Tsunami berupa tiang segi empat di atasnya terdapat replika Perahu kayu agak rusak dari beton memuat bundaran Jam yang diselimuti Ombak besar, ketinggian keseleuruhan sekitar 4 meter. Ditengah area Museum berdiri Kapal PLTD Apung Aceh yang dulunya berbobot 2.600 ton, di kelilingi Jeramba dari kayu tempat para pengunjung menyaksikan dari luar sambil Klikkk, sebuah menara setinggi kapal tersebut dan dibeberapa titik terdapat taman dengan lantai semen serupa ombak-ombak dengan tanaman kelapa.
Memasuki
Museum PLTD Apung terlebih dahulu melewati tangga besi ke lantai dasar kapal
kemudian memasuki kapal yang terdiri tiga lantai tapi hanya berupa Beranda di
dinding kapal. Dilantai dasar kita dapat
menyaksikan berbagai kisah PLTD Apung Aceh dan kejadian Tsunami berupa Gambar,
Penjelasan, Videorama dan benda-benda terkait seperti Gambaran Kejadian PLTD
Apung sampai dilokasinya, Gambaran Kapal PLTD Apung semulanya, Gambaran
Kejadian Tsunami, Gambaran Tsunami dan PLTD Apung berdasarkan kesaksian orang,
Gambaran Relawan Tsunami dalam misi Kemanusiaan tersebut, Penyajian live via
Videotron, Kronologis gambaran kejadian Tsunami dan sebagainya.
Untuk Lantai
selanjutnay kurang lebih seperti itu tapi dengan alat peragaan yang berbeda
serta kita mendapat penjelasan dari petugas yang ada setiap saat disitu dengan
cukup jelas. Dilantai dua ini saya
mendapatkaan Foto yang diambil Satelit yang lagi bereda di angkasa Aceh saat
itu berupa Kapal PLTD Apung di atas badai ombak yang sangat besar. Gambaran lain tentunya seputar sejarah bumi
aceh purba dan sekarang, serta gambar
petugas Relawan kemansian dari Negara sahabat
dan dari berbagai Provinsi dalam bertugas membantu mengurangi beban para korban
dan membenahi infrastruktur yang rusak.
Naik keatas Dek kapal teratas juga banyak dilakoni para pengunjung untuk Berfoto dan mengamati keadaan sekitar terlihat
Pantai Ulee Lheuee sambil berdiskusi.
Kapal PLTD
Apung dibuat di Pulau Batam 15 oktober 1996 di galangan kapal PT. Batamas Jala
Nusantara yang digunakan untuk memberikan bantuan dukungan penyedian Listrik di
Nusanatara yang membutuhkan. Operasi
Kapal PLTD Apung pertaama tahun 1997 di Pontianak karena enjin listrik disana
lagi mengalami perbaikan besar-besaran,
tahun 1999 PLTD Apung bertugas di Bali untuk mengatasi krisis listrik akibat gangguan kabel bawah laut Jawa
dan Bali, PLTD Apung bertugas di Pulau
Madura, PLTD Apung kembali bertugas
ke Pontianak dan PLTD Apung bertugas di Banda Aceh tahun 2003 akibat
kerusakan jaringan listrik oleh gangguan Gerombolan yang sering mengganggu
keamanan kala itu.
Mengunjungi
Museum PLTD Apung Aceh benar-benar akan mengingatkan kita akan sejarah Bencana
Kemanusia Nasional Tsunami 2004 sebagai bencana terbesar di abad tersebut dan
kedua terbesar yang pernah terjadi di muka bumi. Sebuah bencana yang disebabkan Gelombang Laut
seismik berupa rangkaian gelombang besar setinggi 30 meter dan kecepatan arus
mencapaai 350 km per jam disebabkan oleh Pergeseran lapasin tanah dasar laut
oleh gempa bumi berkekuatan 9,1 – 9,7 skala richter yang terjadi di Samudera
Indonesia 60 km sebelah barat kota Aceh.
Presiden Susilo Bambang Yudoyono 2005 menetapkan hari tersebut sebagai
Hari Bencana Kemanusia Tsunami Nasional dan menerima bantuan Negara sahabat
dalam membangun kembali Aceh.
PLTD Apung Aceh museum sejarah Tsunami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar