NusanTaRa.Com
byMcDonalDBiunG, 2/4/2018
byMcDonalDBiunG, 2/4/2018
Gambar latar doang |
Penemuan kerangka manusia purba di
daerah Wajak, dekat Tulungagung, Jawa Timur oleh Pakar Palaentologi Dubois 1890-an
yang bercirikan ras Mongoloid bagian wajahnya dan bercirikan ras Austromelanesid pada bentuk umum tengkoraknya. Bukti ini menyimpulkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia merupakan
percampuran dua ras Austromelanesid dan Mongoloid yang mendiami bumi
nusantara ini kemudian berbaur lagi dengan Rumpun Asia dari India, Rumpun Aria
dari India dan dimasa modern berbaur dengan bangsa Semit dari Eropah.
Beberapa arkeolog dan pemerhati
budaya meyakini bahwa Suku Wajak merupakan suku tertua yang ada di Indonesia
yang telah ada sejak 500 ribu sampai 1
juta tahun yang lalu. Hal ini dapat
dilihat melalui adanya fosil-fosil manusia purba yang ditemukan di daerah
tersebut, yang juga menunjukan eksistensi manusianya yang telah terjadi ratusan
ribu hingga juta tahun lalu. Desa Wajak
yang terbagi atas Wajak Kidul dan Wajak Lor diyakini sebagai timpat tinggal dan
berkembangnya masyarakat Suku Wajak, yakni manusia purba jenis Homo Wajakensis
dimasa lalu.
Pada awal abad ke-20 setelah ditemukannya fosil H erectus di Jawa
dan Zhoukoudian, Tiongkok, para ilmuwan mempercayai bahwa manusia modern
berevolusi di Asia ini bertentangan dengan teori Charles Darwin
yang mengatakan bahwa manusia modern berasal dari Afrika. Penemuan fosil di Kenya Afrika Timur pada tahun 1950-an dan 1970-an menunjukkan bahwa hominin (Hominidae yang
berjalan dengan kaki, atau manusia minus kera besar lainnya) memang berasal
dari benua Afrika sehingga Homo Wajakinensi dianggap berasal dari afrika yang
migrasi selama masa Pleistocene sekitar awal 2 juta tahun yang lalu.
Dalam buku Pithecanthropus karya
Richard E Leakey dan Jan kkerveer, ditulis di sekitar Desa Wajak ditemukan fosil
tengkorak manusia oleh seorang insinyur tambang batu gamping berkebangsaan
Belanda, BD van Rietschoten, 24 Oktober 1888 yang kemudian diserahkan kepada CP
Sluiter kurator dari Koninklijke Natuurkundige Vereeniging [Perkumpulan Ahli
Ilmu Alam] di Batavia saat itu. Hampir
bersaman dengan waktu itu Eugene Dubois mendarat di Jawa untuk melanjutkan
riset arkeologinya yang di Sumatera dan Sluiter menyerahkan fosil tengkorak
Wajak kepada Dubois. Bagi Dubois fosil temuan tersebut harapan baru untuk
menemukan “missing link” asal-usul manusia.
Menurut anggapan dari beberapa cerita
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat sekitar, Suku Wajak menghilang dari
peredaran sekitar
20 ribu tahun lalu. Beberapa
ahli lain menyampaikan bahwa masyarakat Suku Wajak hijrah ke Jepang, tepatnya
di Pulau Ainu dan Pulau Jumono, usai terjadinya musibah letusan tiga gunung
berapi di Indonesia yakni Gunung Toba, Gunung Dumpo, dan Gunung Krakatau yang
mengakibatkan bencana Tsunami.
Bagi masyarakat Desa Wajak, yang
mempercayai hadirnya suku tersebut, mengatakan bahwa Suku Wajak memiliki
kehebatan yang berbeda dari suku-suku lain. Mereka, masyarakat Suku Wajak, berani
mengarungi samudera hanya dengan menggunakan perahu sampan dari pohon besar
yang dilubangi. Selain itu Suku Wajak dikenal sebagai suku orang-orang cerdas. Sebelumnya, Hampir bersamaan dengan penemuan tersebut ditemukan
Manusia Sangiran atau Phitocontrophus Erectus yang penyebaran fosilnya tidak
jauh dari Homo Wajakinensi yaitu sekitar Sangiran, Trinil, Sambung Macan
(Sragen), Blora, Keradenan dan Sekitar Sungai Bengawan solo oleh Eugene Dubois
yang membeutanya menjadi seorang ahli Palaentologi Dunia.
Namun hingga saat ini belum ada
runtutan sejarah yang jelas mengenai keberadaan Suku Wajak tersebut. Hal ini
disebabkan, Suku Wajak menghilang secara misterius dan tidak diketahui
keberadaannya. Kondisi demikian memunculkan banyak anggapan dan praduga serta
mencuatnya cerita-cerita yang masih tidak diketahui kebenarannya. Akan tetapi
legenda mengenai hadirnya Suku Wajak sebagai suku leluhur di Desa Wajak masih
menjadi sesuatu yang diyakini dan dipercayai oleh masyarakat setempat. Mereka
pun memiliki kebanggaan tersendiri tatkala mengetahui bahwa suku nenek
moyangnya merupakan suku tertua yang ada di Indonesia.
Indonesia Indah di Khatulistiwa,
Wajakensis suku tertua di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar