NusanTaRa.Com
byRaisALembuduT,17/1/2018
Bangunan
terbuat dari kayu beratap Nipah dengan tiang bulat besar
berwarna coklat dan bis warna kuning akan kita temukan saat meninggalkan Kota
Banda Aceh sekitar 14 km kearah Meulaboh Aceh, sebuah bangunan yang disebut “
MUSEUM PAHLAWAN CUT NYAK
DHIEN “,
Seorang pahlawan wanita Indonesia yang mendapat gelar “ RATU PERANG ACEH “. Dalam museum ini tersimpan berbagai bukti
sejarah perjuangan Pahlawan wanita Aceh
CUT NYAK DHIEN dalam melawan dan mengusir pasukan Belanda di Tanah Serambi
Mekkah baik dalam bentuk Gambar,
Tulisan, Buku-buku, Senjata,
Rencong, tempat kediaman beliau,
beberapa tokoh Pahlawan aceh, Pemimpin Belanda, Keadaan Rumah Adat Aceh, Silsilah raja aceh, Gambar pertempuran
melawan Belanda dan berbagai bukti benda
lain yang memperkaya tentang sejarah Cut
Nyak Dhien dan Aceh.
Museum CUT
NYAK DHIEN sebuah bangunan coklat
berpagar besi dan sebuah Plang bertuliskan tentang Museum tersebut ditemukan disebelah kanan jalan ketika keluar dari Kota Banda Aceh, beralamat Jalan Banda Aceh Calang Lam Pisang
Kec. Peukan Bada Kabupaten Aceh
Besar. Dikiri kanan bangunan ini banyak
ditemukan penjaja penganan khas Aceh
Dodol, kue2, Kopi dll dan barang
kerajinan sebagai oleh-oleh seperti miniature Rumah Aceh, Rencongg Aceh,
Buku dll, kawasan ini juga berada di
lokasi perkampungan petani dengan
bentangan sawah yang sangat luas.
CUT NYAK
DHIEN, Merupakan seorang pahlawan
wanita yang gigih terlahir di Bumi Aceh, berani dan tangguh yang tidak kenal kompromi melawan kaum
imperialis, meski di usianya yang sudah lanjut dan mata yang tak melihat, ia masih dapat mencabut rencong dan berjuang
melawan pasukan Kolonial Belanda sampai akhirnya ia ditangkap dan dibuang ke
Sumedang Jawa Barat. Cut Nyak Dhien
dari garis ayahnya masih termasuk keturunan langsung Sulthan Aceh lahir pada
tahun 1848 di Lam Padang Aceh, semasa hidupnya dihabiskan untuk berjuang
melawan Belanda bersama-sama kedua Suaminya Teuku Cek Ibrahim dan Teuku Umar
serta memiliki seorang anak Cut Gambang.
Tahun 1862
di usia 12 tahun Cut Nyak Dien
dinikahkan dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga keluarga bangsawan dan dikaruniai satu orang anak Cut
Gambang, Ayah dan Suaminya memimpin
perang di garis depan pada 26 maret 1873 yang membuat mereka mengungsi kedaerah
terpencil, kepedihannya mulai terasa ketika
suaminya Teuku Cek Ibrahim Lamnga gugur
29 Juni 1878 di Sela Glee Tarun dalam pertempuran melawan Belanda. Meski demikian keteguhannya bertempur dan
utuuk melawan musuh tidak surut, sehingga
ia dipersunting Teuku Umar dengan
syarat ia harus turut dalam perjuangan
mereka melawan Belanda yang meresahkan masyarakat, hingga Teuku Umar gugur di
Meulaboh 11 Februari 1899 setelah
sebelumnya merampas persenjataan Belanda untuk melengkapi senajat perjuangan. Setelah Panglimanya Pang Lot Ali menyerah ia tertangkap oleh Belanda 11 Desember 1905 dan beliau
diasingkan ke Sumedang Jawa Barat dan meninggal disana pada 06 November 1908.
Kisah
Perjuangan Cut Nyak Dhien yang gigih membuat Ny Szekly Lulof kagum dan
menggelarinya dengan “ Ratu Perang Aceh “,
serta Atas teladan dan perjuangan
yang tinggi selama hidupnya bagi Negara oleh pemerintah Republik Indonesia ia
dinobatkan sebagai “ Pahlawan
Kemerdekaan Nasional “ berdasarkan Surat
Keputusan (SK) Presiden RI No. 106 tahun
1964 tanggal 2 mei 1964. Untuk
mendapatkan gambaran perjuangan tersebut kita dapat melihatnya dalam berbagai
peragaan dalam Museum CUT NYAK DHIEN tersebut yang tersusun dalam urutan yang cukup baik
serta melihat beberapa peninggalan peralatan yang dipergunakan selama perang
beliau. Berapa Gambar yang dipanjang
sana seperti Gambar Makam Cut Nyak Dhien
di Sumedang Jawa Barat, Bentengg Belanda di Bilui Aceh Besar, Lubang-lubang perlindungan Pejuang, Letnan JJ. Verbrugh Pasukan Belanda yang
berhasil menghadang pasukan Teuku Umar dan membunuhnya 10/11 Februari 1899 di Ujong kala Meulaboh, Pengburan massal
pejuang Aceh di Benteng Kuta Reh Aceh Tenggara, Gambar sislsilah Cut Nyak Dhien
dll.
Dalam meseum
ini para pengunjung juga dapat menyaksikan Replika keadaan kamar tidur untuk
Raja, para Putri, Dayang dan ruang tamu
Raja, disetiap ruang dalam bangunan yang terdiri
dari tiga bagian memanjang yaitu
depan, tengah dan belakang dan setiap bagian tersebut dibagi tiga
ruangan dengan berbagai peragaan tersendiri.
Memasuki museum dari
pintu samping tengah melalui
tangga kayu langsung berada di ruangan dengan gambaran Silsilah CUT NYAK DHIEN
dan selanjutnya membelok kekanan dan
ketengah terus berputar, setiap ruangan menampilkan gambaran tersendiri.
Untuk
memasuki museum kita harus membeli tiket masuk, dengan halaman yang cukup baik
maka pengunjung dapat memarkir kendarannya di halaman yang ditumbuhi beberapa
tumbuhan hias yang teratur dan indah.
Sebelum pulang jangan lupa untuk melihat sumur dibelakang bangunan
yang telah ada sejak zaman kerajaan dulu dan untuk mengambil air tidak
perlu turun dari bangunan karena ia bersatu dengan bangunan, konon sejak dulu
sumur ini selalu penuh air airnya tak pernah turun dari mulut sumur. Banyak pengunjung yang datang akan membawa air sumur tersebut sebagai oleh-oleh yang katanya juga memiliki khasiat tertentu.
Sumur Cut Nyak Dhien |
Cut Nyak Dhien Ratu Perang Aceh,
Pejuang wanita buta tak gentar terhadap musuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar