NusanTaRa.Com
“ Menerjang bola yang ditendang lawan kemudian
memeluk dan berguling ditanah, didepan gawang, disambut penonton dengan melompat sambil berteriak Saelannya kaue “, demikianlah sekelumit gambaran saat saya
main bola di Palantikan dekat makam sultan Hasaanuddin Gowa ketika SMA
dulu. Saya mencoba mencari kata saelan
dalam bahasa Indonesia tapi tak pernah menemukannya, namun ketika saya
mengetahui bahwa ada seorang Legenda
Sepak Bola Sulawesi Selatan sebagai kiper yang handal dan dikagumi masyarakat
Sulawesi bernama Maulwi Saelan, saya berpikir bahwa mungkin kata itu berasal dari
nama Maulwi Saelan yang bermakna “
Kiper yang hebat “ .
Namun kiper hebat yang pernah mengharumkan nama Indonesia dimata dunia
tersebut telah berpulang ke rahmattullah pada Senin, 10/10/2016 jam 18.30 WIB di RS
Pertamina Jakarta. Innalillahi
wainnalillahi Rojiun.
Meski memiliki prestasi yang membanggakan dalam dunia sepok bola tanah air khususnya di kancah olimpiade Melbourne tahun 1956 bersama Ramang karena berhasil menahan permainan Tim Beruang Salju Uni Sovyet imbang 0-0, namun nama Maulwi Saelan tidak begitu dikenal. Maulwi Saelan mempunyai sejarah cemerlang di dunia sepak bola dengan tercatat sebagai salah satu pemain nasional, beliau juga memiliki prestasi luar biasa dibidang lain yang layak dikatakan sebagai satu catatan sejarah bangsa seperti keterlibatan Pak Saelan Dalam perjuangan kemerdekaan, Kemiliteran, Pengawal Presiden (Cakrabirawa), Dunia Pendidikan, Pengembangan Persepak bolaan tanah air, Jurnalis dan masih banyak aktipitas lainnya.
Meski memiliki prestasi yang membanggakan dalam dunia sepok bola tanah air khususnya di kancah olimpiade Melbourne tahun 1956 bersama Ramang karena berhasil menahan permainan Tim Beruang Salju Uni Sovyet imbang 0-0, namun nama Maulwi Saelan tidak begitu dikenal. Maulwi Saelan mempunyai sejarah cemerlang di dunia sepak bola dengan tercatat sebagai salah satu pemain nasional, beliau juga memiliki prestasi luar biasa dibidang lain yang layak dikatakan sebagai satu catatan sejarah bangsa seperti keterlibatan Pak Saelan Dalam perjuangan kemerdekaan, Kemiliteran, Pengawal Presiden (Cakrabirawa), Dunia Pendidikan, Pengembangan Persepak bolaan tanah air, Jurnalis dan masih banyak aktipitas lainnya.
Sejarah perjalanan besar Maulwi
Saelan dalam hidupnya tersebut ada beberapa yang tercatat sebagai kisah perjuangan hidupnya bagi
tanah air seperti yang telah ditulis salah seorang sejarawan Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Jakarta bertajok ‘’ Penjaga
Terakhir Soekarno ’’, buku
lainnya “
Dari Revolusi ’45 Sampai Kudeta ’66 : Kesaksian Wakil Komandan Tjakrabirawa ” (2002),
buku kedua ini sangat menarik untuk dibaca
karena berkisah tentang riwayat hidup almarhum dengan suka-dukanya selama
menjadi pasukan Cakrabirawa. Serta berbagai dokumentasi yang menggambarkan
tentang perjuangan beliau mulai dari Makassar,
Jogjakarta, Klaten dan Jakarta.
Nama Maulwi Saelan terkenal karena kepiawaiannya mengawal gawang kesebelasan nasional. yang paling spektakuler dan itu sebabnya dia disebut sebagai “ benteng beton “, ketika kesebelasan Indonesia menahan gempuran tim Beruang Merah Uni Soviet 0 - 0 pada pertandingan Olimpiade Melbourne Australia, 1956. Penampilan Maulwi Saelan dan Ramang di Australia ini menjadi sangat monumental, sehingga FIFA melalui laman resminya 26 September 2012 dalam memperingati seperempat abad meninggalnya Ramang, menyebut pemain legendaris asal Makassar Maulwi Saelan sebagai inspirator sepakbola Indonesia tahun 1950-an.
Awal karier sepak bola Maulwi Saelan bukan sebagai penjaga gawang tapi sebagai pemain penyerang/striker. Pria kelahiran Makassar 8 Agustus 1926 secara resmi memasuki dunia sepak bola dengan bermain di klub Main Oentoek Sport (MOS) di Makassar. Ketika VOS membutuhkan seorang penjaga gawang dalam tim, maka anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Amin Saelan dan Sukartini mengikutinya sebagaimana ungkap beliau ‘’ Saya coba jadi kiper, dites dan ternyata lulus ka ’’, mulai itulah status Beton putih mulai menjadi jati dirinya. Di usia yang masih muda 17 tahun, Maulwi sudah terpilih sebagai penjaga gawang Makassar Voetball Bond (MVB), yang kelak menjadi cikal bakal Persatuan Sepakbola Makassar (PSM).
Pada tahun 1943 Jepang memasuki Indonesia untuk mengusir Belanda dan menjajah, situasi yang tidak pasti kala itu membuat Maulwi Saelan berhenti bermain bola dan turut berjuang dengan bergerilya, hingga hampir sepanjang tahun 1944 - 1945 ia berada dihutan-hutan. Pada tahun 1946 Saelan hengkang ke Tanah Jawa dan menetap di Yogyakarta bergabung dengan Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Satu.
Kata orang bagaimanapun disembunyikan suatu bakat ia akan terlihat juga, sebagaimana bakat Saelan dalam bermain Sepak Bola kala itu terlihat juga akhirnya oleh Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) dan memposisikannya sebagai kiper kedua setelah Komaruddin. Tahun 1948 PON I digelar di Solo, Maulwi Saelan bergabung bermain bola di bawah bendera kontijen Jakarta, namun PSIM kala itu tak keberatan dengan kesertaannya tersebut.
Sebagai kiper yang handal dalam mengamankan gawang dari kebobolan, Maulwi dikenal berpembawaan tenang dan selalu bertindak tepat dalam mengantisipasi kemasukan bola, Ia selalu berkonsentrasi mengamati pergerakan bola dan gerakan pemain lawan terutama pada saat diserang. ‘’ Seorang kiper harus berkemauan keras untuk memelihara kondisi badan dan berlatih teratur dan kontinyu meningkatkan kemampuannya ’’, Salah satu kutipan dari Majalah Olympik edisi 27 Juni 1983. Beberapa media menganggap Maulwi Saelan sebagai penjaga gawang terhebat sepanjang zaman yang pernah di miliki Indonesia.
Pada saat Maulwi Saelan bergabung dengan Indonesia Muda Bandung tahun 1951, ia dipanggil memperkuat PSSI guna menghadapi Asian Games I di India. Dengan pelatih yang berasal dari Singapura Choo Seng Que ia menjalani Pelatihan Nasional (Pelatnas) yyang dilaksanakan di Yogyakarta, iapun diposisikan sebagai kiper kedua setelah Bing Moheng dari Surabaya. Menghadapi Asian Games II Maulwi Saelan kembali dipanggil untuuk memperkuat kontijen Indonesia tapi karena kesibukannya sebagai tentara sehingga ia kurang mengikuti porsi latihannya hingga ia gagal dikirim ke Asian Games tahun 1954 di Manila, Filipina.
Ketika PSSI mencatat sejarah menahan kesebelasan Uni Soviet 0 - 0 di Olimpiade Melbourne 1956, Maulwi tampil sebagai penjaga gawang kesebelasan nasional yang menjadi salah satu bintang cemerlang saat itu karena berhasil menggagalkan tendangan pemain Soviet seperti Igor Netto Sergei Salniko untuk menggetarkan jala Indonesia di pertandingan pertama meski di pertandingan ulang Indonesia tewas 4 - 0. Pers asing menyebut Maulwi sebagai ‘benteng beton’ yang susah ditembus pemain Soviet.
Nama Maulwi Saelan terkenal karena kepiawaiannya mengawal gawang kesebelasan nasional. yang paling spektakuler dan itu sebabnya dia disebut sebagai “ benteng beton “, ketika kesebelasan Indonesia menahan gempuran tim Beruang Merah Uni Soviet 0 - 0 pada pertandingan Olimpiade Melbourne Australia, 1956. Penampilan Maulwi Saelan dan Ramang di Australia ini menjadi sangat monumental, sehingga FIFA melalui laman resminya 26 September 2012 dalam memperingati seperempat abad meninggalnya Ramang, menyebut pemain legendaris asal Makassar Maulwi Saelan sebagai inspirator sepakbola Indonesia tahun 1950-an.
Awal karier sepak bola Maulwi Saelan bukan sebagai penjaga gawang tapi sebagai pemain penyerang/striker. Pria kelahiran Makassar 8 Agustus 1926 secara resmi memasuki dunia sepak bola dengan bermain di klub Main Oentoek Sport (MOS) di Makassar. Ketika VOS membutuhkan seorang penjaga gawang dalam tim, maka anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Amin Saelan dan Sukartini mengikutinya sebagaimana ungkap beliau ‘’ Saya coba jadi kiper, dites dan ternyata lulus ka ’’, mulai itulah status Beton putih mulai menjadi jati dirinya. Di usia yang masih muda 17 tahun, Maulwi sudah terpilih sebagai penjaga gawang Makassar Voetball Bond (MVB), yang kelak menjadi cikal bakal Persatuan Sepakbola Makassar (PSM).
Pada tahun 1943 Jepang memasuki Indonesia untuk mengusir Belanda dan menjajah, situasi yang tidak pasti kala itu membuat Maulwi Saelan berhenti bermain bola dan turut berjuang dengan bergerilya, hingga hampir sepanjang tahun 1944 - 1945 ia berada dihutan-hutan. Pada tahun 1946 Saelan hengkang ke Tanah Jawa dan menetap di Yogyakarta bergabung dengan Angkatan Darat dengan pangkat Letnan Satu.
Kata orang bagaimanapun disembunyikan suatu bakat ia akan terlihat juga, sebagaimana bakat Saelan dalam bermain Sepak Bola kala itu terlihat juga akhirnya oleh Persatuan Sepakbola Indonesia Mataram (PSIM) dan memposisikannya sebagai kiper kedua setelah Komaruddin. Tahun 1948 PON I digelar di Solo, Maulwi Saelan bergabung bermain bola di bawah bendera kontijen Jakarta, namun PSIM kala itu tak keberatan dengan kesertaannya tersebut.
Sebagai kiper yang handal dalam mengamankan gawang dari kebobolan, Maulwi dikenal berpembawaan tenang dan selalu bertindak tepat dalam mengantisipasi kemasukan bola, Ia selalu berkonsentrasi mengamati pergerakan bola dan gerakan pemain lawan terutama pada saat diserang. ‘’ Seorang kiper harus berkemauan keras untuk memelihara kondisi badan dan berlatih teratur dan kontinyu meningkatkan kemampuannya ’’, Salah satu kutipan dari Majalah Olympik edisi 27 Juni 1983. Beberapa media menganggap Maulwi Saelan sebagai penjaga gawang terhebat sepanjang zaman yang pernah di miliki Indonesia.
Pada saat Maulwi Saelan bergabung dengan Indonesia Muda Bandung tahun 1951, ia dipanggil memperkuat PSSI guna menghadapi Asian Games I di India. Dengan pelatih yang berasal dari Singapura Choo Seng Que ia menjalani Pelatihan Nasional (Pelatnas) yyang dilaksanakan di Yogyakarta, iapun diposisikan sebagai kiper kedua setelah Bing Moheng dari Surabaya. Menghadapi Asian Games II Maulwi Saelan kembali dipanggil untuuk memperkuat kontijen Indonesia tapi karena kesibukannya sebagai tentara sehingga ia kurang mengikuti porsi latihannya hingga ia gagal dikirim ke Asian Games tahun 1954 di Manila, Filipina.
Ketika PSSI mencatat sejarah menahan kesebelasan Uni Soviet 0 - 0 di Olimpiade Melbourne 1956, Maulwi tampil sebagai penjaga gawang kesebelasan nasional yang menjadi salah satu bintang cemerlang saat itu karena berhasil menggagalkan tendangan pemain Soviet seperti Igor Netto Sergei Salniko untuk menggetarkan jala Indonesia di pertandingan pertama meski di pertandingan ulang Indonesia tewas 4 - 0. Pers asing menyebut Maulwi sebagai ‘benteng beton’ yang susah ditembus pemain Soviet.
Kesuksesan karier Sepak bolanya
bisa dibilang secemerlang kariernya di militer, karena beliau termasuk seorang
anggota pasukan pengawal presiden atau Istana yang disebut Pasukan Cakrabira ketika
Bung Karno menjadi Presiden RI. Prestasi
kemiliteran lainnya ia pernah mengikuti pendidikan militer di Port Gordon,
Amerika Serikat tahun 1959 dan 1960 dan mengikuti
pendidikan pasukan para di Batujajar, Jawa Barat. Pada tahun 1949 Maulwi Saelan berpangkat
Letnan Satu Polisi Militer TNI AD, Yogyakarta, 1949-Perwira POM Komisi Militer Teritorial
Indonesia, 1951-Komandan Detasemen CPM,
Bandung, 1952-Komandan detasemen CPM,
Purwakarta, 1953-Komandan Detasemen CPM
Makassar, 1954-Wakil Komandan Batalyon VII CPM Makassar, 1962-Komandan POMAD PARA, 1962-Komandan POMAD TJADUAD/MANDAL/TRIKORA Makassar,
1962-Kepala Staf Resimen Tjakrabirawa Jakarta, 1963-Pangkat Kolonel, wakil Komandan Resimen
Tjakrabirawa dan 1966-Ajudan Presiden RI
Bung Karno. Selama perjuangan
kemerdekaan RI ia pernah menjadi menjadi Pemimpin Harimau Indonesia dan Pimpinan
Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (LAPRIS) serta mengakhiri karier militernya dengan pangkat terakhir Kolonel.
Setelah tak lagi aktip di
Kemiliteran, Maulwi Saelan mengabdikan diri dibidang pendidikan dengan mendirikan
Perguruan Islam Al Azhar, serta menjadi ketua dibeberapa yayasan social seperti Yayasan Haji
Amin Saelan (1975), Yayasan Shifa Budi (1975), dan Yayasan Pendidikan Islam Al
Azhar bagian Kesehatan. Pada tahun 1964-1967 Maulwi dipercaya
sebagai Ketua Umum PSSI dan terus aktif sebagai anggota Dewan Penasihat PSSI.
Maulwi Saelan Pria kelahiran Kota
Makassar pada 8 Agustus 1926, anak kedua dari Delapan bersaudarai dari Orang
tua Amin Saelan dan Sukartin. Dalam
menjalani hidupnya ia diteman dengan setia istrinya Tjitji Awasih dikaruniai 6
anak tiga diantaranya putri.
Pendidikan yang ia pernah lalui antara lain, Frater School Makassar, HBS
Makassar, Tokubetsu Tjugako, SMA C Makassar, Physical Security, The Provost
Marshal General’s School, Fort Gordon-USA.
Kepergian Maulwi Saelan, satu dari dua legenda sepak Bola tahun 1960an kelahiran Makassar bersama Ramang, merupakan satu atau dua orang saja yang
tersisa dari Tim tangguh Indonesia di Olimpiade Melbourne 1956. Bahkan mungkin
“ Benteng Beton “ yang mengakhiri hayatnya dalam usia 90
tahun lalu, satu – satunya sisa “ Laskar
Indonesia “ di Australia. Innalillahi
wainnalillahi Rojiun dan Selamat jalan “ Pahlawan
“ olahraga nasional, yang
pernah mengharumkan nama Indonesia dilapangan Hijau tahun 60an silam.
byMcDonalDBiunG
Menepis bola menyelamatkan Gawang,
Maulwi Saelan si Benteng beton penjaga Gawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar