NusanTaRa.Com Siapa yang tidak kenal dengan payung
?, suatu saat dulu pernah menjadi satu simbol kehromatan dan kekuasaan, yaitu suatu alat dari tongkat
bulat dari kayu, plastik dan besi 85 Cm
bagian atasnya kerangka bulat tertutup
kain berdiameter 130 Cm yang berguna
sebagai pelindung dari Hujan dan panas matahari ketika kita berjalan. Saat inipun model payung telah berkembang
dengan berbagai ragam model yang praktis dan berwarna indah. Sampai ada yang mengatakan “ Anak gadis tak
sempurna kecantikannya tanpa Payung menghiasinya “.
Diperkirakan Payung mulai dikenal manusia
khususnya di daerah Asiria kuno, Mesir, Yunani, dan Cina sejak sekitar 4000 tahun lalu, pada abad
ke – 18 payung telah digunakan hampir diseluruh Eropah sebagai pelindung hujan
dan panas. Sejarah payung Indonesia
mencatat bahwa tahun 1926 ditasik Malaya yang dikenal dengan payung Geulis ditemukan none-none belanda banyak memakai payung
dan sampai tahun 1960 payung di Indonesia masih terbuat dari Kertas yang mengandung lilin sebagai penahan hujan. Juwiring kecamatan di kab. Klaten merupakan
sentra pengrajin payung hias sebagai perangkat upacara, peneduh dari matahari
atau hujan berbahan baku bambu,
Kerajinan ini bagi masyarakat Juwiring merupakan usaha warisan mereka
sejak tahun 1800-an buat kebutuhan acara keraton Surakarta atau Solo.
Untuk Mengenang sejarah budaya pembuatan Payung di Indonesia yang saat dulu banyak di gunakan kalangan Kraton di Surakarta dan mendukung perkembangan dunia pariwisata Indonesia dalam menarik wisatawan mancanegara serta memajukan industri kecil payung tanah air maka digelarlah Festival Payung Surakarta. Festival Payung pertama kali digelar di Taman Balekambang, Kota Surakarta, Jawa
Tengah, diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asal
Tiongkok. Pasalnya, wisatawan dari Negeri Tirai Bambau masih terbilang
sedikit.
Harapan tersebut disampaikan Direktur Jenderal Ekonomi Kreatif Berbasis Seni dan Budaya, HM Ahman, dalam jumpa pers di Taman Balekambang, Kamis (27/11/2014). "Hingga saat ini jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok masih dikisaran 1 juta orang per tahun. Dengan adanya festival seperti ini diharapkan bisa meningkat menjadi 2 juta orang per tahun," kata dia. Harapan tersebut cukup realistis. Pasalnya, festival payung ini memiliki benang merah dengan tradisi payung yang ada di Tiongkok. Ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, 3500 tahun lalu Cina menemukan Payung seiring dengan penemuan mereka akan pembuatan kertas dan lilin yang kemudian berkembang keseantero bumi termasuk ke Indonesia meski disisi lain pemakaian payung mulai populer di Indonesia saat bangsa belanda menggunakannya
Untuk lebih mendukung program tersebut panitia memiliki agenda pariwisata tematik yang juga memiliki kaitan dengan negeri China. Salah satunya adalah wisata sejarah Laksamana Cheng Ho yang akan dirangkaian dengan kegiatan tersebut. Konsultan Kebudayaan Kedutaan Besar RRT untuk Indonesia, Chin Hong Yuk, yang hadir dalam jumpa wartawan mengapresiasi langkah Kementerian Pariwisata dia bahkan bersedia untuk ikut serta dalam Festival Payung itu serta akan mengajak teman-teman di Tiongkok untuk mengunjungi kota Solo.
Festival Payung digelar 28-30 November 2014, akan memberikan gambaran dan memamerkan payung tradisi dari berbagai daerah di Indonesia serta dipamerkan elaborasi payung tradisi sebagai bagian dari kreatifitas seni tari, lukis, dan fesyen.
Sejalan dengan Festipal payung Surakarta 2014 yaitu Penarikan wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dengan perkiraan tambahan 450-500 ribu wisatawan khususnya yang dari Tiongkok dengan pemberian bebas Visa bagi lima negara yaitu Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Rusia, ujar Menteri Koordinator Bidang Maritim Indroyono Soesilo di Hotel Mandarin Oriental Jakarta (12/11/2014). Sehingga para
pengusaha Amerika Serikat (AS) siap menginvestasikan dananya ke Indonesia dalam lima tahun ke depan. . Maka itu,
menurutnya, dengan dana tersebut program yang bisa dilaksanakan dengan
segera adalah meningkatkan sektor pariwisata untuk meningkatkan devisa
negara.
byBakriSupian
byBakriSupian
Sedia payung sebelum hujan.
Kerajinan Payung masyarakat Indonesia mengundang Wisatawan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar