Subuh hari di Wonokitri Penanjakan menanti saat - saat Matahari muncul dari upuk Timur |
Gugusan rumah warga Petani suku Tengger yang berbaris dilereng gunung semakin
lama semakin terlihat dalam kesamaran seiring waktu semakin menuju ke pagi, tentunya dari mobil yang kami tumpangi sepanjang
malam melewati lereng gunung, setelah melewati tanjakan panjang yang diapit
rumah penduduk mobil kamipun memasuki Terminal Mobil di Pasar Tosari Wonokitri
Pasuruan dan terlihat beberapa mobil pribadipun telah parkir meski telah kosong.
Terminal Pasar Tosari disebuah puncak yang datar dengan keluasan sekitar 1,2 ha beraspal berbentuk segi empat disekitarnya berdiri Homestay kecil, Mungkin sebuah kuil peribadatan suku Tengger maklum malam, Toilet umum dan sederetan warung kecil beberapa diantaranya masih buka. Jika kesini tidak membawa pakaian dingin jangan risau karena dikawasan ini banyak penjaja yang menawarkan keperluan tersebut. Pasar Tosari merupakan salah satu pintu masuk ke kawasan wisata Wonokitri Penanjakan, jalur lainnya melewati Cemoro Lawang dan Winangun.
Terminal Pasar Tosari disebuah puncak yang datar dengan keluasan sekitar 1,2 ha beraspal berbentuk segi empat disekitarnya berdiri Homestay kecil, Mungkin sebuah kuil peribadatan suku Tengger maklum malam, Toilet umum dan sederetan warung kecil beberapa diantaranya masih buka. Jika kesini tidak membawa pakaian dingin jangan risau karena dikawasan ini banyak penjaja yang menawarkan keperluan tersebut. Pasar Tosari merupakan salah satu pintu masuk ke kawasan wisata Wonokitri Penanjakan, jalur lainnya melewati Cemoro Lawang dan Winangun.
Setelah Parkir Sopir dan
rombongan dari warga Aceh Muh. Faisal, Tajuddin, P Agus, Mahdi, Adzmil dan Pak Din
serta saya sendiri (Kaltara) keluar dari
mobil melepaskan lelah dan kantuk selama di perjalanan. Tak lama kemudian ramai para penjaja menawarkan pakaian dingin berupa
Kaus tangan Rp 10.000, Topi dan Sal Rp 15.000 dan Baju dingin Rp 25.000 dan
lainnya. Karena sebelum berangkat telah
melengkapi kebutuhan tersebut maka saya hanya membeli Kaus tangan sementara
beberapa teman membeli Topi dan Sal yang langsung kami pakai maklum dingin
telah merasuk ke tubuh.
Untuk mencapai Wonokitri Penanjakan Point para pengunjung harus menggunakan mobil
khusus yang beroperasi di kawasan Wisata ini berupa Jeep HardTop harga sewa Rp 400.000 dan supir kami telah menghubunginya lewat HP. Sambil menunggu mobil jemputan kami
bertujuh mampir di warung kopi kecil dipinggir jalan untuk menghangatkan diri
sambil mengisi perut dengan secangkir Caffe Mix dan Mie Goreng yang
berasap-asap di kesejukan subuh.
Dengan Jeep Hardtop ungu kamipun meluncur menembus kegelapan gunung nan dingin, meski berdesakan semobil tetap melaju meninggalkan deretan warung, semakin jauh melewati rumah penduduk di kiri-kanan jalan yang lebarnya pas-pasan menuju pendakian, semakin lama semakin gelap menjauhi perkampungan seiring suhu semakin dingin, sesekali saya melihat di kejauhan perkampungan di lembah yang hitam tertutup pohon pinus yang seolah berlari disepanjang pinggir jalan.
Dengan Jeep Hardtop ungu kamipun meluncur menembus kegelapan gunung nan dingin, meski berdesakan semobil tetap melaju meninggalkan deretan warung, semakin jauh melewati rumah penduduk di kiri-kanan jalan yang lebarnya pas-pasan menuju pendakian, semakin lama semakin gelap menjauhi perkampungan seiring suhu semakin dingin, sesekali saya melihat di kejauhan perkampungan di lembah yang hitam tertutup pohon pinus yang seolah berlari disepanjang pinggir jalan.
Setengah jam kemudian, kami tiba di arena parkir mobil yang berbaris panjang disepanjang kiri kanan jalan. Sopir mengatakan bahwa kami harus berjalan sejauh 300 meter untuk mencapai Wonokitri Penanjakan Point. Dengan tubuh kedinginan kamipun melanjutkan perjalanan pendakian dijalan beraspal, disatu titik pantau terlihat kampung pertanian di lembah yang gelap tertutup halimun, setelah membelok kekanan terlihat warung yang berjejer terang dengan pengunjungnya yang menikmati berbagai kudapan seperti minuman hangat, jagung bakar dan lainnya.
Setelah melewati warung, perjalanan melalui jalan tangga dan berpagar selebar 3 meter sepanjang 350 meter dan sebuah Gapura diatasnya bertuliskan Wonokitri Penanjakan Point, dari sini kita dapat melihat lembah yang jauh kebawah di kedua sisi jalan seolah sebuah Tanah Lot di angkasa malam. Dibawah Gapura menyaksikan lembah yang jauh dikaki bukit disebelah kanan sambil berfoto tentunya lampu blis harus on kliiikk.
Menaiki tangga yang agak tegak sekitar 10 buah sampailah kami dipuncak Wonokitri Penanjakan sebuah puncak beralas semen berjenjang seluas seperempat ha, berpagar keliling, sebuah pondok beratap ditengah, bagian kanan terdapat dua pelataran lebih kecil berjenjang menyempurnakan lokasi pemantauan ini.
Berhubung masih belum jam 05.00 suasana sangat sejuk 10o C hingga terasa gemetar tubuh kisaran suhu disini antara 2o C – 20o C, tangan dan Gigi menggelutuk tentunya buat saya yang dari daerah panas. Pengunjung banyak yang berdiri disayap kiri karena lebih dekat kearah datangnya matahari terbit. Terlihat cakrawala masih gelap seiring waktu sedikit demi sedikit rona cahaya tampak dan bukit-bukit semakin terbentuk berurut terbit berbaris di cakrawala timur tak lama kemudian mega merah menghiasi dengan sedikit sinar memancar keluar di upuk timur, Wow indahnya Kliiiikk.
Sekitar Jam 06.00 Mataharipun
terlihat muncul diupuk timur kemudian para pengunjung bertepuk tangan dan ada
yang berdoa. Sambil menikmati keindahan
matahari terbit pengunjung mengabadikannya dengan berfoto ria Kliiiiik, yang
tadinya sulit mengenali wajah orang kinipun semakin jelas terlihat berbagai
warna kulit Nusantara termasuk orang Barat, Cina dan Arab bersama kerabatnya
kegirangan menikmati keindahan matahari pagi tentunya dengan berbagai canda
masing-masing, kurang lebih sekitar 860 orang pengunjung saat itu memadati area
yang sempit.
Momen ini tentunya sayang untuk dilewatkan
ketika berkunjung ke Wonokitri Penanjakan Point dengan menikmati keindahan bentangan alam dari sebelah kanan
area sembari duduk-duduk dikursi yang nempel dilantai, pengunjung melepaskan pandangan kedepan,
sebuah keagungan alam terbentang indah seolah kita berada di suatu Puncak
ketinggian bumi yang di kelilingi laut
yang tak lain adalah gugusan awan yang mengitari beberapa puncak gunung. Di hadapan, kliiiikkkk.
Ketika terang semakin nyata para pengunjung bergantian mengabadikan momen tersebut seperti bersandar dipagar yang menanpakkan matahari pagi, atau mengambil latar gugusan gunung Semeru (3675 m dpl) dan Bromo (2392 m dpl) yang dikelilingi awan sehingga tampak seolah gunung yang muncul di tengah lautan dengan berpoto kliiikkkk. Seorang pengunjung mengatakan bahwa jika ingin mengetahui yang mana gunung Bromo, maka cari gunung yang puncaknya berkawah yang mengeluarkan asap maka itulah Bromo, ternyata memang ada, ia dibawah gunung semeru sebelah kiri dan dari kawahnya keluar asap putih kemudian Gunung Batok didepan diantara beberapa jajaran gunung yang kurang lebih tingginya.
Ketika terang semakin nyata para pengunjung bergantian mengabadikan momen tersebut seperti bersandar dipagar yang menanpakkan matahari pagi, atau mengambil latar gugusan gunung Semeru (3675 m dpl) dan Bromo (2392 m dpl) yang dikelilingi awan sehingga tampak seolah gunung yang muncul di tengah lautan dengan berpoto kliiikkkk. Seorang pengunjung mengatakan bahwa jika ingin mengetahui yang mana gunung Bromo, maka cari gunung yang puncaknya berkawah yang mengeluarkan asap maka itulah Bromo, ternyata memang ada, ia dibawah gunung semeru sebelah kiri dan dari kawahnya keluar asap putih kemudian Gunung Batok didepan diantara beberapa jajaran gunung yang kurang lebih tingginya.
Kemudian saya turun keplataran yang
lebih kecil sebelah kanan untuk berpoto, disini gambar gunung semeru gunung
tertinggi di P Jawa 3.675 m dpl, gugusan gunung Bromo 2.392 m dpl terlihat lebih
jelas, membuat suasana di pagi yang dingin serasa berada di angkasa, Kliiikkk. Matahari semakin bergerak keatas keberadaan pengunjung berangsur-angsur kurang,
pulang entah untuk mengunjungi wilayah wisata apa lagi yang memang banyak
tersaji disekitar kawasan Wonokitri Penanjakan Point yang masuk dalam Kawasan
Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru seperti ke Gunung Bromo, Ranu Kumbolo,
Ranu Pane, Puncak Mahameru dan lainnya, termasuk saya dan rombongan juga harus
bergerak kedaerah lain.
Sebelum meninggalkan plataran tersebut saya menyempatkan jalan disetapak sebelah kiri tangga turun sejauh 150 meter yang dipenuhi semak perdu yang kaya akan bunga-bunga daerah pegunungan seperti yang mirip bunga matahari dan bunga berwarna ungu semakin kebawah lereng yang ditumbuhi pohon pinus semakin terjal hemmm ngeri, setelah cukup jauh saya balik untuk segera berkumpul di Mobil Hardtop yang akan kami tumpangi, tentunya melewati Gapura yang bertuliskan Selamat jalan, Wonokitri Penanjakan Poin, Kliiiikkkk.
Sebelum meninggalkan plataran tersebut saya menyempatkan jalan disetapak sebelah kiri tangga turun sejauh 150 meter yang dipenuhi semak perdu yang kaya akan bunga-bunga daerah pegunungan seperti yang mirip bunga matahari dan bunga berwarna ungu semakin kebawah lereng yang ditumbuhi pohon pinus semakin terjal hemmm ngeri, setelah cukup jauh saya balik untuk segera berkumpul di Mobil Hardtop yang akan kami tumpangi, tentunya melewati Gapura yang bertuliskan Selamat jalan, Wonokitri Penanjakan Poin, Kliiiikkkk.
By BakriSupian
Wonokitri Penanjakan titik puncak
diatas awan,
Menatap Matahari Pagi menyambut era baru kehidupan.
Menatap Matahari Pagi menyambut era baru kehidupan.
Keren sekali ........
BalasHapus